Sejumlah massa menggelar aksi solidaritas di depan Kedutaan Besar (Kedubes) Myanmar, Jakarta Pusat (Jakpus). Unjuk rasa itu merupakan aksi solidaritas atas peristiwa kudeta militer di Myanmar.
Pantauan detikcom di depan Kedubes Myanmar, Jalan Haji Agus Salim, Menteng, Jakarta Pusat, Jumat (5/1/2021), massa Jaringan Rakyat Miskin Kota (JRMK) Jakarta yang tergabung dalam Leaders and Organizers of Community Organizations in Asia (LOCOA) datang ke depan Kantor Kedubes Myanmar sekitar pukul 10.00 WIB. Polisi pun sudah berada di depan Kedubes Myanmar untuk melakukan pengamanan.
Massa pun berunjuk rasa sambil membawa spanduk dan poster bertuliskan 'we stand the people of Myanmar', 'peace in Myanmar', dan lainnya. Satu spanduk bertuliskan 'Democray for Myanmar LOCOA JRMK Jakarta Urban Poor Consurtium' pun dibawa.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tak hanya itu, massa juga membawa kaleng-kaleng bekas. Bendera-bendera pun turut dibawa.
"Kami dari JRMK dan LOCOA hari ini menggelar aksi solidaritas atas peristiwa kudeta yang terjadi di Myanmar. Kami mengumumkan supaya demokrasi dapat dikembalikan di Myanmar. Kami menyadari kudeta militer atau pengambilalihan dari pemerintahan sipil akan membelenggu hak-hak rakyat Myanmar," ujar orator.
Saat berunjuk rasa, massa juga memukul kaleng-kaleng bekas. Kaleng-kaleng ini dipukul memakai kayu. Ada juga kaleng yang dipukul dengan memakai tutup kaleng.
Koordinator JRMK Jakarta Enny Rohayati pun membacakan pernyataan sikap atas kudeta yang terjadi di Myanmar. Dia mengatakan LOCOA menuntut agar orang-orang yang ditangkap dibebaskan, kelompok junta militer Myanmar mengakui hasil Pemilu November 2020. LOCOA juga menuntut agar kudeta militer di Myanmar dihentikan dan menjamin hak sipil dan hak asasi manusia (HAM).
"Anggota LOCOA mengungkapkan keprihatinan yang serius dan mengutuk keras mundurnya demokrasi. Angkatan bersenjata tidak pernah bisa melindungi perdamaian dan HAM," ucap Enny.
Usai membaca pernyataan sikap, aksi pun ditutup dengan pelepasan burung dara. Massa segera membuka kardus yang di alamnya terdapat burung dara.
Burung dara ini dipegang dan dilepaskan ke langit. Usai melepaskan burung dara, massa membubarkan diri. Aksi berlangsung kondusif.
"(Pelepasan burung dara ini adalah) bentuk kebebasan, bahwa demokrasi itu milik semua sipil. Kira tidak mau militer menguasai. Demokrasi harus tetap berlaku," ujar Enny.
Tonton video 'Respons Kudeta Myanmar, Dewan Keamanan PBB Serukan Pembebasan Suu Kyi':