Makassar -
Viral di media sosial soal mahasiswi Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin, Makassar, diwajibkan oleh oknum dosen pembimbingnya membawa bunga setiap konsultasi skripsi. Sejumlah mahasiswa lalu menumpahkan curahan hatinya, karena kewajiban memberi bunga kepada sang dosen dirasa memberatkan penyelesaian tugas skripsi.
Penelusuran detikcom, oknum dosen di Jurusan Farmasi UIN Alauddin tersebut meminta mahasiswanya membawa bunga saat dihubungi via pesan singkat untuk konsultasi skripsi. Bunga yang dibawa harus sesuai yang dipesan oleh sang dosen. Jika tidak, konsultasi skripsi bisa batal.
"Dia (dosen) chat sendiri, bilang datang meki ke rumah (silakan datang ke rumah) sebentar sudah maghrib nah, tapi, tapi, bawakan ka bunga keladi pink yang besar nah," kata seorang mahasiswi Jurusan Farmasi berusia 22 tahun saat berbincang dengan detikcom, Kamis (4/2/2021).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut mahasiswi yang enggan disebutkan namanya itu, permintaan bunga tersebut membuatnya harus berkeliling Makassar mencari bunga yang diminta. Dia mengatakan tidak mudah menemukan bunga pesanan sang dosen.
"Bahkan sampai dua kali keliling tol cari bunga itu. Keliling tol karena kan harus cari bunga keladi pink dan harus keladi pink. Andaikan dia tidak me-request (jenis bunga tertentu), apa saja yang bisa dibawa ya, gampang," katanya.
Permintaan kepada mahasiswa untuk membawa bunga ternyata tidak hanya sekali. Saat mahasiswi akan kembali melakukan konsultasi skripsi, sang dosen kembali mewajibkan mahasiswanya membawa bunga. Karena dirasa memberatkan, mahasiswi tersebut sempat menolak secara halus.
"Sebenarnya sempat bilang waktu dia minta kembali untuk kedua kalinya, saya bilang, 'Maaf, Ibu, bunga apa, kayak kemarin kah Ibu?'. Seharusnya dia sudah mengerti, oh ini anak sudah bawa sekali, (ada penolakan) tersirat sebenarnya," keluhnya.
Namun penolakan secara halus tersebut tidak membuat sang dosen mengerti. Dia disebut tak menggubris pesan sang mahasiswi. Bahkan pesan singkatnya yang menolak secara halus hanya dibaca dosen tersebut.
"(Chat) dia read ji dan saya takut mi toh, karena dia tidak balas. Jadi saya bertanya kembali, 'Atau ada saran bunga yang lain, Ibu?'. Saya takut beliau tersinggung karena tidak ada tulisan mengetik," katanya.
"Beliau balas, 'Bunga kuping gajah'. Ganti jenis, tapi bawa lagi. Kan pertama bunga keladi pink," imbuhnya.
Kisah yang sama juga diungkapkan mahasiswi UIN Alauddin, Makassar, lainnya, simak selengkapnya di halaman selanjutnya>>>
Seorang mahasiswi Jurusan Farmasi lainnya yang juga berusia 22 tahun memberikan pengakuan yang sama. Permintaan tanaman bunga dilakukan saat dia akan melakukan bimbingan ke rumah oknum dosen yang sama.
"Kalau saya toh, Kak, bulan November 2020. Saya chat, kan mau bimbingan, dibalas, 'Bisa ji datang ke rumah sudah Magrib, tapi bawakan dua bunga nah'," ujar mahasiswi Farmasi kedua yang ditemui detikcom.
Mahasiswi Farmasi kedua itu mengatakan tak berani menolak permintaan sang dosen. Dia mengaku tidak ingin ada masalah karena dia tahu betul karakter sang dosen yang disebut mudah tersinggung. Kali ini sang dosen memesan bunga jenis lain.
Namun bunga yang dipesan dosen terasa berat untuk kantong mahasiswi. Bagaimana tidak, dia harus membawa dua pot bunga aglo, yang harga setiap potnya Rp 400 ribu. Dengan terpaksa, dia pun merogoh kocek hingga Rp 800 ribu untuk sekali konsultasi skripsi.
"Jadi pergilah saya mencarikan bunga dengan berkeliling Makassar. Cari harga yang paling murah dan di Antang mi itu paling murah, bunga aglo 1 pot itu Rp 400 ribu, dan saya disuruh bawa dua," katanya.
Menurut mahasiswi kedua ini, permintaan tanaman bunga tak hanya dialami dia dan rekannya. Pasalnya, mahasiswi kedua itu sempat bertemu dengan tiga orang mahasiswi lainnya yang juga membawa bunga ke rumah sang dosen.
Terkait kejadian tersebut, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Makassar mengaku telah turun tangan menyelidiki oknum dosen yang dimaksud.
"Sebenarnya informasi tentang adanya kasus seorang dosen yang mempersulit mahasiswa sudah diterima oleh Rektor pada Sabtu (30/1). Pada hari Ahad (31/1), Rektor menyampaikan untuk segera menindaklanjuti laporan tersebut," ujar Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) UIN Alauddin Dr dr Syatirah Jalauddin dalam keterangan resminya, yang diterima detikcom, Selasa (2/2).
Simak selengkapnya di halaman selanjutnya>>>
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Makassar juga sudah membentuk tim untuk mengusut kasus ini.
"Untuk saat ini kami sementara bentuk tim kecil di fakultas untuk mengusut kasus itu," katanya.
Menurut Syatirah, tim tersebut sudah mengagendakan untuk memanggil salah seorang mahasiswa yang diduga dimintai tanaman hias sebagai syarat konsultasi skripsi, bahkan sebelum kasus ini mencuat ke publik.
Syatirah juga menyampaikan, hasil pengusutan dari tim kecil itu nantinya akan diserahkan sepenuhnya pada Komisi Penegakan Kode Etik (KPKE) universitas untuk diproses.
"Apa pun hasilnya, akan kami serahkan kepada KPKE untuk diproses," imbuhnya.
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini