Polsek Panakkukang, Kota Makassar menerima laporan dari Puskesmas Pampang terkait surat rapid antigen palsu yang mencatut nama dokter dan puskesmas tersebut. Pemalsu surat hasil rapid antigen itu kini dalam pengejaran polisi.
"Pelakunya sudah dalam pengejaran," kata Kanit Reskrim Polsek Panakkukang Iptu Iqbal Usman kepada wartawan di kantornya, Selasa (2/2/2021).
Iptu Iqbal mengatakan, suket rapid antigen palsu itu yang mencatut Puskesmas Pampang dan seorang dokter yang bertugas di sana ditemukan dari penumpang di Bandara Sultan Hasanuddin. Koordinasi pun terus dilakukan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Pengaduan kami terima dari pihak puskesmas, sekitar bulan Januari lalu, kita masih melakukan penyelidikan, kita juga sudah ambil keterangan dari pihak Puskesmas Pampang, dan otoritas bandara," kata Iqbal.
Menurut Iqbal, hasil penyelidikan sementara mengungkap, pelaku pemalsuan yang dimaksud di sini bukan penumpang. Sang penumpang pengguna suket palsu tersebut pun telah berhasil terbang ke Kalimantan.
"Suket ini diperoleh (penumpang) dari sekitar bendara. Jadi yang mengambil suket ini tidak sesuai prosedur (suket langsung jadi tanpa pemeriksaan rapid antigen)," katanya.
Dokter Puskesmas Pampang yangdicatut namanya dalam surat rapid antigen palsu tersebut angkat bicara. Simak selengkapnya di halaman selanjutnya>>>
"Ditahu palsu karena kebetulan petugas KKP juga paham kalau puskesmas tidak pernah menerbitkan rapid antigen," kata dokter Aulia saat ditemui terpisah.
Dia menjelaskan, Kota Makassar memiliki 47 Puskesmas di mana memang tak ada satu pun Puskesmas yang melakukan rapid antigen. Setelah diperiksa lebih lanjut, suket antigen palsu tersebut memang memiliki sejumlah kesalahan di dalamnya.
"Setelah dilihat dia pakai kop lama sudah setahun lebih kita tidak pakai kop itu. Dia juga memalsukan stempel, kebetulan stempelnya stempel lama. Namaku (di suket) benar tapi NIK-ku salah," kata Aulia.
"Terus di situ juga ada tandatangan petugas lab, petugas labnya salah. Petugas lab sama sekali tidak perna bekerja di puskesmas Pampang," sambung Aulia.
Meski sejauh ini hanya ditemukan satu suket rapid antigen palsu, Aulia mengaku ini tetap perlu diusut. Dia menyebut tidak menutup kemungkinan pelaku juga mencatut nama Puskesmas lain.
"Jadi laporannya itu saya berharap dengan saya melaporkan tindakan ini tidak akan terjadi lagi hal yang sama. Karena saya selaku dokter merasa dirugikan dan itu tentu melanggar kode etik. Sebagaimana kita tahu seorang naik pesawat dengan kursi yang penuh, sempit, itulah mengapa kita dianjurkan pakai rapid antigen," katanya.