Ribut Putra Nababan Vs Sandi soal Lari Pagi Dianggap Lucu Bak Konflik ABG

Ribut Putra Nababan Vs Sandi soal Lari Pagi Dianggap Lucu Bak Konflik ABG

Tim detikcom - detikNews
Kamis, 28 Jan 2021 14:24 WIB
Lucius Karus
Lucius Karus (Ari Saputra/detikcom)
Jakarta -

Postingan Menparekraf Sandiaga Uno tentang ajakan lari pagi untuk anggota Komisi X DPR, yang hanya dihadiri 2 orang, berbuntut panjang setelah diprotes Putra Nababan. Putra Nababan yang duduk di Komisi Kebudayaan itu menilai Sandiaga membuat citra mereka buruk karena terkesan tak bisa bangun pagi. Ribut-ribut kedua belah pihak ini dianggap lucu.

"Lucu juga sih melihat sumber persoalan yang menghadap-hadapkan Putra Nababan dan Sandiaga Uno yang kebetulan masing-masing merupakan anggota Komisi X dan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif," kata peneliti Forum Masyarakat Peduli Parlemen atau Formappi, Lucius Karus, dalam keterangannya, Kamis (28/1/2021).

Menurut Lucius Karus, ribut-ribut antara Putra Nababan dan Sandiaga Uno amat jauh dari pokok pembicaraan Komisi X DPR dan Kemenparekraf sehingga seharusnya itu tidak terjadi. Lucius menyebut kehebohan ini lantaran masalah gaya komunikasi.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Pokok soal yang terlihat ada pada masalah komunikasi yang tidak memadai. Sandi menganggap posting-annya sekadar informasi saja, tetapi ketika ia membawa institusi DPR yang diwakili oleh Komisi X dengan 50-an anggota, maka memang tak bisa mengharapkan semua anggota akan bisa menerima apa yang ditulisnya. Juga tak bisa dicegah juga anggapan jikalau posting-an itu merupakan upaya framing kepada Komisi X," jelas Lucius.

Lucius tak menyalahkan jika pada akhirnya Putra Nababan memilih mengingatkan Sandiaga Uno soal posting-an ini. Namun dia menyebut cara Putra Nababan seharusnya lebih elegan.

ADVERTISEMENT

"Akan tetapi cara DPR mengingatkan seorang menteri juga mesti dilakukan secara bijak. Jangan seperti anak baru gede yang suka baperan dengan teman bermainnya. Jangan sampai emosinya yang lebih menonjol ketimbang akal sehat," sebut Lucius Karus.

Menurut Lucius, cara mengingatkan dan cara menegur anggota DPR kepada menteri ikut menentukan bobot teguran yang disampaikan. Kalau teguran yang disampaikan lebih banyak hanya karena alasan sentimentil, jatuhnya bukan lagi sebagai kerja profesional DPR melakukan pengawasan terhadap pemerintah (menteri).

"Tetapi seolah-olah menjadi masalah pribadi," ucap dia.

Publik tentu menyaksikan keributan antara Putra Nababan dan Sandiaga yang menurutnya tak substansial. Pendapat publik terbelah, ada yang mendukung Putra Nababan, ada pula yang membela Sandiaga Uno.

"Yang jadi pembicaraan publik bukan lagi urusan inti kementerian pariwisata yang dibicarakan bersama DPR, tetapi justru urusan interpretasi atas cara berkomunikasi anggota DPR dan menteri," jelas Lucius.

"Cara berkomunikasi DPR dan menteri bisa menjadi sesuatu yang kontraproduktif dalam konteks profesionalitas kerja anggota DPR dan kementerian," tutur dia.

Lucius meminta DPR ataupun kementerian terkait tidak perlu kaget jika lagi-lagi citra mereka kena getah akibat polemik Putra Nababan ngegas Sandi ini. Dia berharap pihak Sandi ataupun Putra Nababan melakukan introspeksi.

"Cerdaslah berkomunikasi dan biasakan diri untuk memperlihatkan profesionalitas ketimbang mengumbar emosi yang sentimentil karena publik sesungguhnya belum banyak berubah menilai kinerja lembaga negara seperti DPR dan pemerintah saat ini. Publik hanya menunggu momen untuk menegaskan sikap mereka terhadap apa yang menjadi penilaiannya terhadap DPR dan pemerintah. Jangan kaget, apalagi emosi," jelas Lucius.

(gbr/tor)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads