Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) mendorong generasi muda Indonesia untuk menggali nilai-nilai Pancasila. Dengan ini diharapkan para generasi muda tidak terjebak pada isu-isu yang tidak benar bahkan menyesatkan.
Direktur Pengkajian dan Materi BPIP, Muhammad Sabri dalam acara webinar nasional Sekolah Pancasila bertema Respiritus Pancasila: Dialog Agama dan Negara mengatakan salah satu poinnya adalah penegasan Pancasila sebagai ideologi, pandangan dunia, dan dasar filosofis bangsa Indonesia.
"Sejatinya saya hendak mengungkapkan dan memastikan bahwa Indonesia tidak mengenal, tidak mengakui dan tidak menerima konsep ideologi selain Pancasila dan memilih model lain di luar sistem dan bentuk NKRI yang mengandaikan kepelbagaian," ujar Sabri dalam keterangan tertulis, Kamis (21/1/2021).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurutnya, Indonesia hanya mengakui dan memberlakukan bentuk NKRI yang berideologi Pancasila sebagai satu-satunya sistem final yang menyatukan seluruh bangsa Indonesia dan bentuk permanen Indonesia raya. Ia juga mengatakan hakikat Indonesia adalah suatu cita-cita politik untuk mempersatukan unsur tradisi dan inovasi serta berbagai etnik, agama, budaya, dan kelas sosial yang pelbagai ke dalam wadah baru bernama bangsa dan negara Indonesia.
Ia mengatakan hasrat persatuan terdorong secara negatif oleh kehendak menghadapi musuh bersama, seperti terorisme, radikalisme, kolonialisme, dan lainnya. Sedangkan secara positif tercipta oleh hasrat untuk mencapai kemerdekaan dan kebahagiaan bersama seluruh rakyat Indonesia. Menurutnya nilai persatuan memiliki energi yang mendorong serta menguatkan falsafah dan etos budaya gotong royong masyarakat dan bangsa Indonesia.
Dengan demikian, apabila ada niat, agenda, dan langkah-langkah aksi dari siapa saja dan dari kelompok mana saja yang memasarkan dan mempropagandakan aspirasi mengenai sistem dan bentuk negara Indonesia selain NKRI yang berdasar Pancasila, maka penyimpangan dan penentangan tersebut mesti segera diantisipasi, diatasi, dan dituntaskan," katanya lebih lanjut.
Direktur Eksekutif Lembaga Studi Agama dan Filsafat, Iqbal Hasanuddin mengatakan Pancasila adalah falsafah kenegaraan yang fokus pada dimensi manusia, yakni menjalankan kehidupan politis untuk mewujudkan kebaikan bersama.
"Dalam kerangka falsafah kenegaraan Pancasila, relasi agama dan negara tidak akan pernah tampil dalam dua wujud ekstrim yaitu negara-agama atau negara yang anti agama," katanya.
Menurutnya relasi agama dan negara adalah menara kembar berdiri sama tinggi, negara dan komunitas agama tidak saling mencampuri urusan masing-masing. Ia juga mengatakan lembaga negara dan lembaga agama saling menghormati otonomi masing-masing, keduanya mengembangkan sikap toleran satu sama lain.
Sementara itu Direktur Rumi Institute, M. Nur Djabir menekankan generasi Indonesia untuk menancapkan pondasi, yaitu berkomitmen untuk menjaga Pancasila sebagai ideologi.
(ega/ega)