Polisi mengatakan kebanyakan pengungsi gempa Sulawesi Barat (Sulbar) termakan isu soal tsunami. Polisi berharap informasi itu diluruskan agar warga tidak resah.
Karo Ops Polda Sulbar Kombes Helmi menyampaikan hal itu dalam konferensi pers yang disiarkan lewat Channel YouTube BNPB Indonesia, Senin (18/1/2021). Helmi awalnya menyampaikan situasi kamtibmas di Sulbar dipengaruhi dampak gempa pada 14 Januari dan 15 Januari yang lebih besar kekuatannya.
"Dengan adanya kejadian berturut ini kemudian muncul analisa-analisa di televisi atau bahkan juga berkembang hoax-hoax di social media, ini yang sebabkan masyarakat Mamuju-Majene terpengaruh dengan info itu. Ini kemudian yang juga memperlambat normalisasi kehidupan masyarakat di Sulbar," ujarnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sampai dengan hari ketiga pada Minggu (17/1), Helmi mengatakan aktivitas perekonomian belum berjalan. Kondisi ini akan menimbulkan persoalan tersendiri karena masyarakat memiliki kebutuhan hidup yang harus dipenuhi setiap hari.
"Kalau sehari dua hari masih bisa bertahan, kalau lebih dari tiga hari tentu akan jadi persoalan," katanya.
Karena itu, Helmi mengatakan Kapolda Sulbar telah mengupayakan dan menyampaikan agar pengusaha retail di Sulbar untuk segera kembali memulai aktivitasnya. Hari ini, ada dua minimarket yang sudah beroperasi dengan dijaga 8 personel polisi di tiap minimarket.
"Harapan kami dengan operasional unit-unit toko ini bisa bantu masyarakat dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Kemarin-kemarin ada info ada pencegatan segala macam, mungkin di awal-awal dimaklumi ada desakan kebutuhan hidup di masyarakat, ini kita tak biarkan begitu saja, langkah yang diambil termasuk di posko ini adalah bagaimana distribusi bantuan logistik, kepada mereka yang membutuhkan," ujarnya.
Helmi lalu memberi catatan banyak warga termakan isu. Dia berharap data BMKG bisa disosialisasikan ke masyarakat untuk meluruskan informasi-informasi yang berlebihan dan memperbaiki informasi yang salah guna menepis kekhawatiran berlebihan warga.
"Pengungsi-pengungsi yang ada itu kebanyakan mereka bukan karena kondisi rumah hancur, karena dibayangi khawatir banyak tsunami, gempa kekuatan lebih timbulkan tsunami itu sebetulnya. Jadi terpaksa ngungsi karena kekhawatiran itu," ujarnya.
"Kita harap bisa cepat mengobati dan mengoreksi informasi-informasi yang beredar selama ini. Bahwa ini sudah ada data tadi. Dengan tren seperti apa saya kira cukup bisa menjadi bahan tenangkan warga, jadi tak perlu lagi, seharusnya tidak sebanyak ini. Pengungsi adalah orang-orang yang rumahnya hancur rusak total rusak berat, yang rusak ringan atau masih utuh sebetulnya tak perlu menjadi pengungsi," tuturnya.
Penjelasan soal tren gempa susulan bisa disimak di halaman selanjutnya.