Terjadi 28 Kali Gempa Susulan
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mencatat puluhan gempa susulan terjadi di Majene sejak kemarin hingga pagi ini. Setidaknya ada 28 kali gempa susulan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Hingga pukul 6 pagi, kita sudah mencatat 28 kali susulan," kata Koordinator Bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Daryono dalam jumpa pers virtual, Jumat (15/1/2021).
Dari 28 kali gempa susulan tersebut, gempa dengan kekuatan terbesar terjadi pada Kamis (14/1) pukul 13.35 WIB, yakni magnitudo (M) 5,9, dan pada Jumat (15/1) dini hari tadi pukul 01.28 WIB dengan kekuatan M 6,2.
"Dan itu kita petakan sama kami dan yang paling besar berkekuatan M 5,9 dan M 6,2," ujarnya.
Daryono menjelaskan gempa M 5,9 yang terjadi kemarin merupakan gempa pembuka. Sedangkan gempa M 6,2 yang terjadi dini hari tadi merupakan gempa utama.
Menurut BMKG, gempa yang mengguncang Majene ini memiliki kesamaan dengan gempa masa lalu. Diduga kuat pemicu gempa adalah sesar naik Mamuju atau Mamuju Thrust.
Ini Sejarah Gempa di Sulbar, Tahun 1967 dan 1969 Picu Tsunami
BMKG mengungkapkan gempa yang terjadi di Sulbar bukan baru pertama kali terjadi. Pusat gempa magnitudo 5,9 dan 76,2 yang terjadi kemarin berdekatan dengan pusat gempa pada 1969.
"Apa yang terjadi di Majene saat ini berkaitan dengan pengulangan gempa di wilayah sana. Pada 1969, sekitar tanggal 23 Februari, dibangkitkan sumber gempa yang sama yaitu dengan kekuatan 6,9 pada kedalaman 13 km," kata Kepala Bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Daryono dalam jumpa pers online, Jumat (15/1/2021).
Namun gempa yang terjadi pada 1969 tersebut memicu timbulnya gelombang tsunami. Peristiwa itu juga menyebabkan puluhan orang meninggal dunia.
"Saat itu memicu terjadinya gempa besar tetapi dengan episenter di laut saat itu, maka timbul tsunami. Dilaporkan saat itu 64 orang meninggal, 97 orang terluka, dan 1.287 rumah mengalami kerusakan, dermaga pelabuhan juga mengalami keretakan. Timbul tsunami 4 meter di Pelattoang, dan di Parasangan dan Paili tingginya 1,5 meter," ujar dia.
Daryono lalu menjelaskan soal gempa yang terjadi pada Kamis (14/1) kemarin. BMKG mencatat ada 28 gempa susulan setelah terjadi gempa M 5,9.
Dia menduga gempa M 5,9 sebagai gempa pendahuluan atau gempa pembuka. Dia berharap tak ada lagi gempa susulan usai terjadi gempa M 6,2 pada Kamis (14/1) malam tadi.
"Ada tiga yang kita kenali sumbernya, dengan mekanisme sumber yang sama, fold thrust belt. Gempa ini memiliki kesamaan dengan gempa yang terjadi masa lalu terkait dengan Mamuju Thrust. Kalau kita lihat sumber gempa ini, struktur sesar naik Mamuju seperti ini," jelas Daryono.
Berikut daftar sejarah gempa yang merusak di Sulbar:
11 April 1967
Gempa M 6,3 di Polewali Mandar
Dampak: terjadi gempa yang menimbulkan tsunami dan menyebabkan 13 orang meninggal
23 Februari 1969
Gempa M 6,9 Majene
Dampak: Memicu tsunami 4 meter, 65 orang meninggal, 97 orang terluka, 1.287 rumah rusak di 4 desa
8 Januari 1984
Gempa M 6,7 Mamuju
Dampak: Tidak ada catatan korban, banyak rumah rusak, maksimum intensitas VII MMI
Sejauh ini, gempa M 6,2 yang terjadi semalam menyebabkan sejumlah bangunan dan fasilitas umum di wilayah tersebut rusak. Laporan terkini, akses jalan, hingga puskesmas di Majene rusak.
Saat ini BPBD Majene masih berfokus pada penanganan darurat pascagempa, seperti menolong korban luka, evakuasi korban terdampak gempa, hingga mendirikan posko pengungsian.
(rdp/rdp)