Paulus Yulius Kollo (24) dan Indra Wibowo (21) sedianya akan pergi ke Pontianak, Kalimantan Barat (Kalbar), dengan menumpangi pesawat Sriwijaya Air nomor penerbangan SJ182. Namun keduanya batal terbang karena terbentur biaya tes usap (swab test) yang mahal.
Keduanya telah membeli tiket pesawat. Namun, karena biaya swab test yang mahal, keduanya akhirnya memilih menggunakan angkutan laut KM Lawit.
"Kami berdua harusnya berada di pesawat Sriwijaya Air, tetapi batal karena biaya tes usap yang mahal, untuk yang hasilnya tiga hari saja sebesar Rp 1,3 juta, sementara yang untuk enam jam sudah ada hasilnya sebesar Rp 2,6 juta, sehingga pihak perusahaan menyuruh kami memilih naik KM Lawit yang kebetulan Selasa sore (8/1) itu juga berangkat," kata Paulus Yulius Kullo kepada wartawan di Pontianak, Rabu (13/11/2021) seperti dilansir Antara.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Paulus adalah salah seorang warga Desa Noelbaki, Kecamatan Kupang Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT). Sementara Indra Wibowo berasal dari Aceh Tenggara, Aceh.
Dia menceritakan, selama dalam perjalanan di laut, mereka tidak mendapatkan sinyal sama sekali sehingga mereka tidak mengetahui musibah jatuhnya pesawat Sriwijaya Air SJ182 yang seharusnya mereka tumpangi itu.
"Ketika KM Lawit berada di muara sungai dekat Pontianak, saya pun mendapatkan notifikasi telepon dari orang tua di Kupang. Karena khawatir, saya lalu menghubungi mereka, dari situlah baru diketahui bahwa pesawat yang harusnya saya tumpangi itu mengalami kecelakaan," ungkap Paulus.
Paulus menceritakan, dia dan Indra tidak membatalkan tiket pada maskapai Sriwijaya Air sehingga pihaknya tetap terdaftar dalam penumpang pesawat yang mengalami kecelakaan tersebut.
"Kami sebenarnya berenam, empat langsung berangkat ke Pontianak, sementara saya sama teman Indra tertahan karena hanya mencantumkan tes antigen, sementara Pemprov Kalbar mengharuskan tes usap, sehingga jadwal penerbangan diubah menjadi 9 Januari 2021, karena biaya tes usap mahal, maka pihak kantor menyarankan kami menggunakan KM Lawit yang berangkat, Jumat sore (8/1)," ujarnya.
Simak video 'Gelombang Tinggi, Evakuasi Sriwijaya Air SJ182 Dihentikan Sementara':
Simak berita selengkapnya di halaman selanjutnya.
Sebelumnya, pesawat Sriwijaya Air nomor register PK-CLC rute Jakarta-Pontianak hilang kontak pada Sabtu (9/1/2021), sekitar pukul 14.40 WIB. Pesawat tersebut dinyatakan jatuh di perairan Kepulauan Seribu di antara Pulau Lancang dan Pulau Laki.
Pesawat jenis Boeing 737-500 itu hilang kontak pada posisi 11 mil laut di utara Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Tangerang, setelah melewati ketinggian 11 ribu kaki dan pada saat menambah ketinggian di 13 ribu kaki.
Pesawat tinggal landas dari Bandara Soekarno-Hatta pukul 14.36 WIB. Jadwal tersebut mundur dari jadwal penerbangan sebelumnya 13.35 WIB karena faktor cuaca.
Berdasarkan data manifes penerbangan, pesawat yang diproduksi pada 1994 itu membawa 62 orang, yang terdiri atas 50 penumpang dan 12 orang kru. Dari jumlah tersebut, 40 orang dewasa, tujuh anak-anak, dan 3 bayi. Sedangkan 12 kru terdiri atas enam kru aktif dan enam kru ekstra.
Saat ini petugas gabungan masih melakukan pencarian terhadap korban. Dokter kepolisian juga sedang melakukan identifikasi terhadap bagian tubuh korban yang ditemukan oleh petugas. Tim DVI RS Polri telah mengungkap identifikasi 4 korban.