Tim DVI Polri menjelaskan proses identifikasi korban Sriwijaya Air SJ182 berdasarkan DNA. Tim DVI mengungkit proses identifikasi saat Air Asia dan Lion Air.
"Berdasarkan pengalaman kami, ada beberapa kasus kecelakaan pesawat Lion Air. Itu dari DNA bisa memberikan sumbangsihnya dengan 88 penumpang dari 92 korban. Dari 92 korban teridentifikasi, 88 (diidentifikasi) dari DNA. Kemudian pada kasus Air Asia, 93 persen teridentifikasi berdasarkan DNA. Kenapa kok lama (identifikasi DNA)? Jadi setelah kita melakukan kemudian muncul profil DNA, itu harus kita cocokkan satu-satu. Memakai software tertentu mencocokkan satu per satu," kata Kepala Laboratorium DNA Pusdokkes Polri Kombes dr Ratna, saat konferensi pers di RS Polri Kramat Jati, Rabu (13/1/2021).
Ratna mengatakan awalnya tim DVI akan memilih sampel DNA yang diterima. Setelah itu, barulah dilakukan ekstraksi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Jadi yang pertama setelah kita mendapatkan sampel, harus kita lihat dulu, sampelnya itu apakah bisa. Harus kita pilih, mana yang kira-kira memungkinkan, akan muncul DNA-nya. Setelah itu baru diekstraksi dan ada proses selanjutnya," ujarnya.
Dia menerangkan DNA harus steril sebelum diidentifikasi. DNA yang didapat tim DVI, lanjutnya, disterilkan terlebih dahulu.
"Rekan-rekan sudah tahu bahwa di media atau yang lain, bagaimana kondisi para korban, kemudian body part itu ada terendam di air. Ini memang menjadi tantangan kita untuk lebih teliti dan hati-hati. Karena pemeriksaan DNA harus steril karena saya pegang seperti ini, mic-nya (mencontohkan) ada DNA saya. Padahal mungkin kemarin sudah ketumpuk-ketumpuk juga kita harus mengisolasi, mensterilkan dengan alat-alat tertentu bahwa body part tersebut tidak terkontaminasi dengan body part lain," terangnya.
Ratna menerangkan, proses identifikasi DNA yang dilakukan tim DVI berstandar internasional. Tahapan yang dilakukan tidak boleh dilewati agar mendapatkan hasil akurat.
"Pertanyaan pertama terkait sampel DNA yang postmortem, apa yang kita ambil adalah apa yang didapat, maksudnya seperti kirimannya body part berupa otot. Kemudian kita pilah lagi ototnya itu mana yang kira-kira masih diambil sampel DNA-nya, karena tidak semua otot itu bisa diambil. Kalau ototnya sudah mengalami degradasi maka tidak diambil, maka kita cari yang masih agak merah, gitu. Kalau kita menemukannya tulang, tulangnya kita ambil. Kalau kita menemukan lemak itu yang nggak bisa, karena lemak nggak ada selnya," ucapnya.
Dia mengatakan masih ada 9 keluarga korban yang belum menyerahkan data antemortem. Dia berharap keluarga segera menyerahkan data yang dibutuhkan tim DVI.
"Jadi mengapa membutuhkan waktu dan belum teridentifikasi, bisa saja nanti datanya sudah ada. Antemortem sudah kita dapatkan, tetapi data DNA untuk antemortem sudah kita dapatkan tapi di postmortemnya nggak ada, jadi belum teridentifikasi. Demikian juga sebaliknya," tandas dia.
Simak video 'DVI Polri Terima 137 Kantong Jenazah Korban Sriwijaya Air':