Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo angkat bicara soal keterlibatan tim Satgas Pangan dari Bareskrim Polri soal dugaan penimbunan kedelai imbas kenaikan harga di pasaran. Syahrul menyebut Bareskrim memang selalu melekat dengan kementeriannya.
"Bareskrim itu melekat dengan kita, semua lintas kementerian, Bapak Presiden perintahkan. Negara harus hadir," kata Syahrul di kompleks Kopti, Semanan, Kalideres, Jakarta Barat, Kamis (7/1/2021).
Syahrul menilai semua kementerian dan instansi terkait harus bersinergi. Dia juga menyebut TNI turut hadir membantu Kementerian Pertanian dalam masalah kenaikan harga kedelai ini.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Selama ini TNI mem-back up, nggak pernah berhenti," ujar Syahrul.
Syahrul Yasin Limpo bersama Pangdam Jaya Mayjen TNI Dudung Abdurachman meninjau langsung rumah produksi tempe dan tahu di kompleks Kopti, Semanan, Kalideres, Jakarta Barat. Syahrul menilai para produsen lokal mengeluhkan soal kenaikan harga kedelai.
"Mereka keluhkan karena harga naik saja, pasokan nggak ada masalah. Oleh karena itu, kalau dia tidak naikkan, jadi rugi," jelas Syahrul.
Sebelumnya diberitakan, Satgas Pangan Bareskrim Polri terjun ke lapangan menelusuri dugaan penimbunan kedelai yang disebut menjadi penyebab kenaikan harga di pasaran. Hingga kini, Bareskrim belum menemukan adanya unsur pidana.
"Jadi saya sampaikan bahwa Satgas Pangan belum menemukan pelanggaran terkait itu," kata Kabag Penum Divisi Humas Polri Kombes Ahmad Ramadhan di Bareskrim Mabes Polri, Jalan Trunojoyo, Jakarta Selatan, Rabu (6/1/2021).
Sejauh ini, Bareskrim telah menelusuri tiga gudang importir kedelai di kawasan Jabodetabek. Melalui pemeriksaan ini, Polri mengidentifikasi terjadinya keterlambatan pengiriman kedelai ke Indonesia. Hal inilah yang menjadi salah satu penyebab harga bahan baku tahu-tempe ini melonjak di pasar.
"Berdasarkan hasil pengecekan di tiga lokasi tersebut, didapati fakta bahwa terjadinya kenaikan harga kedelai selain disebabkan harga beli dari negara asal mengalami kenaikan, yaitu yang sebelumnya Rp 6.800 menjadi Rp 8.300, juga disebabkan sejak pertengahan bulan Oktober sampai Desember 2020, kapal yang langsung tujuan Indonesia sangat jarang sehingga menggunakan angkutan tujuan negara Singapura dan sering terjadi keterlambatan dikarenakan menunggu waktu dalam connecting ke Indonesia. Hal ini yang menyebabkan keterlambatan 2-3 minggu untuk sampai ke Indonesia," terangnya.
Polri pun menjelaskan alasan Indonesia perlu memasok kedelai dari luar negeri. Indonesia, sebut Ramadhan, setidaknya membutuhkan lebih dari 3 juta ton stok kacang kedelai demi memenuhi kebutuhan nasional. Karena stok dalam negeri tak bisa memenuhi kebutuhan pasar, impor kedelai akhirnya dilakukan.
"Jumlah tersebut digunakan untuk pemenuhan untuk industri besar, sedang, mikro, kecil sebanyak 3.092.351 ton, konsumsi untuk tahu dan tempe sebanyak 13.480 ton, benih sebanyak 9.858 ton, kemungkinan hilang atau tercecer sebanyak 14.806 ton," jelasnya.