Scott A Jenkins, Douglas E Humphrey, dan Jeff Sherman dari UC San Diego menulis laporan soal seaglider atau underwater glider dalam 'Underwater Glider System Study, Scripps Institution of Oceanography, Technical Report No 53', diterbitkan University of California, tahun 2003.
Berdasar laporan penelitian itu, seaglider merupakan salah satu model dari banyak model underwater glider. Selain seaglider, ada model bernama Spray dan Slocum. Berikut adalah kemampuan underwater glider berdasarkan laporan penelitian tersebut.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Underwater glider bisa melakukan pengukuran suhu dan konduktivitas (untuk menghitung salinitas). Salinitas adalah tingkat kandungan garam air laut.
Underwater glider juga bisa melakukan pengukuran arus dan fluoresensi klorofil. Maksud dari fluoresensi klorofil adalah cahaya yang dipancarkan kembali oleh molekul klorofil. Di laut dalam, kondisinya gelap. Alat ini bisa mengukur hamburan optik di kedalaman laut.
![]() |
Terkadang, alat seperti ini juga bisa mendeteksi suara berupa hamburan akustik atau suara ambien.
Navigasi underwater glider dilakukan lewat bantuan GPS, sensor tekanan, sensor kemiringan, dan kompas magnetis.
Ada jenis underwater glider yang mampu bertahan dalam tekanan bawah laut yang besar, ada pula yang mampu bertahan dalam tekanan bawah laut yang tidak terlalu besar. Semakin dalam laut, semakin besar tekanannya.
Model underwater glider bernama 'The Slocum' bisa sampai kedalaman 200 meter sampai 1.000 meter di bawah permukaan laut. Model underwater 'Spray' bisa sampai 1.500 meter. Jenis underwater glider yang disebut 'Seaglider' mampu menyelam sampai 1.000 meter di bawah laut. Rekornya, ada 'Deep Glider' yang merupakan salah satu varian seaglider, mampu mencapai 6.000 meter alias 6 km di bawah laut. Glider China mampu mencapai kedalaman sejauh itu pada 2016.
(dnu/fjp)