Pieter Erberveld adalah sosok dari masa lalu Jakarta. Orang keturunan asing ini menjadi simbol perlawanan terhadap penjajah di Batavia. Ini wujud monumennya.
Pieter Erberveld hidup di Batavia Abad 18 era VOC. Bersama Raden Kartadriya, Pieter menyusun rencana membantai penjajah di Batavia. Namun rencana makar Pieter dkk ini terbongkar VOC. Pieter dikepung saat sedang rapat bersama kawan-kawannya.
Pieter dihukum mati pada 22 April 1722, bersama belasan pemberontak lainnya. Tubuh Pieter ditarik kuda ke empat penjuru arah mata angin. Tubuhnya tercerai berai. Kepalanya dipenggal dan dipancangkan di pagar lokasi eksekusi, sekarang menjadi Kampung Pecah Kulit, Pinangsia, Kecamatan Taman Sari, Jakarta Barat.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pemerintah VOC lantas mendirikan monumen soal Pieter Erberveld. Lokasi asli monumen ini berada di Jalan Pangeran Jayakarta, dekat Kampung Pecah Kulit, Pinangsia, Taman Sari, Jakarta Barat.
![]() |
Pada 1942, monumen itu sempat dihancurkan oleh penjajah Jepang. Bagian monumen yang masih bisa diselamatkan lantas dibawa ke Museum Sejarah Jakarta (Museum Fatahillah) dan replikanya dibuat di Museum Prasasti, Tanah Abang.
Minggu (20/12/2020), detikcom mengunjungi batu prasasti Pieter Erberveld di Museum Sejarah Jakarta, Kompleks Kota Tua, Jakarta. Bagian prasasti adalah bagian monumen yang masih bisa selamat dari penghancuran tahun 1942.
![]() |
Tinggi monumen batu ini sekitar 2,5 meter. Letaknya ada di pojokan bangunan yang populer disebut Museum Fatahillah ini, di titik paling belakang halaman terbuka. Tulisan Belanda dan aksara Jawa masih terukir jelas di batu.
Selanjutnya, jejak di Museum Prasasti:
Lokasi replika monumen Pieter Erberveld ada di Blok G1 museum dengan konsep taman terbuka ini. Monumen ini berdiri di antara batu-batu nisan zaman Belanda.
![]() |
Tinggi monumen ini sekitar 2,5 meter. Monumen itu berupa tembok bercat putih. Yang paling unik dan menambah kesan seram, ada tengkorak di atasnya.
Ini adalah tengkorak tiruan, sebagai pengganti tengkorak asli Pieter Erberveld yang dulu dipancangkan usai dihukum mati pada tahun 1722. Tengkorak itu terpanjang di besi tajam, semacam mata tombak.
![]() |
Di tengah tembok monumen, ada prasasti yang terbuat dari batu. Terdapat tulisan berbahasa Belanda lawas serta tulisan aksara Jawa pada batu prasasti ini. Bentuknya hampir persis sama dengan prasasti asli yang disimpan di Museum Sejarah Jakarta.
Bunyi tulisan bahasa Belanda:
"Uyten verfoeyeeuke cedactenisse teecenden cestraften land verraa der Pieter Erberveld sal niemant vermoocen te deeser plaatse te bouwen timmeren met selen off planten nu ofte teneen cendaace Batavia den 14 April A 1722"
Cukup susah untuk menerjemahkan bahasa Belanda Abad 18 itu menggunakan Google Translate. Namun banyak referensi-referensi yang sudah menuliskan terjemahannya. Berikut adalah terjemahan yang dikutip dari buku 'Pembantaian Massal, 1740: Tragedi Berdarah Angke' karya Hembing Wijayakusuma.
"Sebagai peringatan yang menjijikkan akan pengkhianat Pieter Erberveld yang dihukum, tak seorangpun sekarang atau untuk seterusnya akan diizinkan membangun, menukang, memasang batu bata atau menanam di tempat ini. 14 April 1722"
Wujud replika monumen Pieter Erberveld ini sama dengan wujud asli yang pernah dipotret pada zaman penjajahan Jepang, sebelum monumen itu dihancurkan. Fotonya pernah ditampilkan dalam Pandji Poestaka tahun XXI, 9/10 Maret 2603 (tahun Showa Jepang atau 1943 Masehi).
Entah mengapa monumen itu punya tanggal yang lebih awal ketimbang catatan sejarah eksekusi matinya. Prasasti dalam monumen itu bertanggal 14 April 1722. Padahal menurut catatan sejarah, eksekusi Pieter Erberveld dilakukan pada 22 April 1722.