Kerkhof Laan (Permakaman) Kebon Jahe Kober. Begitulah orang-orang dulu menyebutnya. Di sini, ada lonceng kematian yang berdentang, pertanda mendekatnya orang yang sudah meninggal dunia.
Lonceng kematian menjulang tinggi sekitar 3,5 meter. Tiangnya besi dicat hijau. Di puncak tiang, tergantung lonceng logam. Lonceng ini mengantarkan lamunan penduduk Jakarta abad ke-21 melayang ke abad ke-18.
"Lonceng kematian ini dibunyikan seandainya ada orang yang meninggal dunia. Lonceng memberi tanda," kata pemandu wisata Museum Prasasti, Eko Wahyudi (38), kepada detikcom di Museum Prasasti, Jl Tanah Abang 1, Gambir, Jakarta Pusat, Selasa (15/12/2020).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Eko Wahyudi menceritakan fungsi lonceng kematian ini pada era Hindia-Belanda di Kerkhof Laan atau Permakaman Kebon Jahe Kober. Bila lonceng tiga kali berdentang, itu artinya sang mayit sudah sampai di pinggiran sungai di Harmoni (Kali Molenvliet). Tentu saja lonceng tidak berdentang sendiri, melainkan dibunyikan oleh juru kunci makam. Tentu pula, sang mayit tidak mendekat sendiri, melainkan diantar oleh orang yang masih hidup.
![]() |
Dahulu kala, jenazah bangsawan dibawa dari pusat kota yang sekarang adalah daerah Kota Tua. Jenazah itu diantar menggunakan perahu, yang saat itu memang menjadi alat transportasi di Kali Molenvliet. Jenazah akan dijemput menggunakan kereta kuda untuk dikebumikan di Kerhof Laan atau Permakaman Kebon Jahe Kober.
Di sini, masih ada kereta asli dari zaman Belanda, diparkir di bawah pendapa, diapit kereta yang lebih modern, hasil pemberian Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo (sekarang Presiden RI) dari acara Kirab Keraton tahun 2013.
Melongok kereta peninggalan zaman Belanda, kereta ini terbuat dari kayu kokoh bercat hitam. Ada wadah kaca peti mati di kereta ini. Peti mati di dalamnya tertulis pabrik pembuatnya, '18 Gauge Steel, Batesville Casket Company, Inc'. Perusahaan Batesville Casket Company berasal dari Amerika Serikat, berdiri sejak 1884.
![]() |
Banyak orang Belanda kenamaan dimakamkan di sini. Pada perkembangan selanjutnya setelah era kemerdekaan, Tempat Permakaman Umum (TPU) Kebon Jahe Kober ini menjadi permakaman Nasrani. Soe Hok Gie, tokoh aktivis mahasiswa, pernah dimakamkan di sini sebelum akhirnya dikremasi.
Simak video 'Melihat Kemegahan Rancangan Museum Rasulullah SAW':
Selanjutnya, tak ada lagi mayat di sebalik batu-batu nisan di sini:
Batu-batu nisan di sini sudah tidak ada mayatnya. Semuanya sudah dievakuasi. Jadilah tempat ini museum. Gubernur DKI Jakarta Ali Sadikin mengakhiri sejarah panjang Kerkhof Laan.
"Bapak Ali Sadikin memugar. Selama dua tahun, jenazah yang masih memiliki keluarga dipersilakan untuk diangkut oleh keluarganya. Kalau tidak ada keluarganya, jenazah dimakamkan secara massal di Menteng Pulo dan Tanah Kusir," kata Yudi.
Akhirnya, jenazah-jenazah di Kerkhof Laan diangkut. Tinggal batu nisan kuno nan artistik saja yang tersisa. Batu-batu nisan itu ditata ulang, hanya sedikit yang masih berada di posisi aslinya. Tanggal 9 Juli 1977, Kerhkhof Laan resmi berubah menjadi Museum Prasasti.
"Artinya, di sini sudah tidak ada jasadnya. Kalau masih ada jasadnya, ini namanya kuburan, bukan museum," kata Yudi.
Sekarang, Permakaman Kebon Jahe Kober sudah menjadi Museum Prasasti. Lonceng kematian sudah tidak lagi digunakan di zaman modern.
![]() |
"Sekarang, masyarakat menggunakan pengeras suara dari masjid. Tapi dulu masyarakat menggunakan lonceng itu," kata Yudi, yang bekerja sebagai pemandu wisata di Museum Prasasti sejak 2003.
Selain karena sudah ketinggalan zaman, lonceng kematian ini tidak lagi berfungsi karena tempat ini sudah bukan lagi kuburan. Tempat ini sudah berubah menjadi museum. Namun dahulu kala, permakaman di sini sangat tersohor karena luas dan tua.
"Ini awalnya adalah sebuah permakaman khusus warga asing bangsawan dan yang setara, yang tinggal di Batavia. Orang Belanda menyebutnya Kerkhof Laan. Ini diresmikan pada 28 September 1785 dengan luas 5,5 hektare. Permakaman ini bertahan sampai 1975," tutur dia.
Bayangkan luas lahan untuk orang yang sudah meninggal itu. Area 5,5 hektare itu luas banget. Berarti luas asli dari permakaman Kerkhof Laan lima kali lipat lebih besar ketimbang Museum Prasasti, yang saat ini hanya 1,3 hektare.
Sri Anindiati Nursastri dalam detikTravel mencatat, ini adalah salah satu pemakaman modern tertua di dunia. Umurnya lebih tua dari Fort Canning Park (1926) di Singapura, Gore Hill Cemetery (1868) di Sydney, Pere Lachaise Cemetery (1803) di Paris, Mount Auburn Cemetery (1831) di Cambridge-Massachusstes, juga Arlington National Cemetery (1864) di Washington DC.
Kini lahan seluas 5,5 hektare itu sudah menjadi tempat berdirinya pelbagai macam gedung. Kantor Wali Kota Jakarta Pusat juga berdiri di atas bekas lahan Kerkhof Laan atau Permakaman Kebon Jahe Kober.
![]() |
Selanjutnya, daftar nisan tokoh-tokoh terkemuka di sini:
Nisan-nisan tokoh terkemuka
Berikut adalah batu nisan tokoh terkemuka yang ada di Museum Prasasti:
1. Soe Hok Gie: Aktivis mahasiswa UI kelahiran 17 Desember 1942, meninggal 1969. Jenazahnya kemudian diangkat dari TPU Kebon Jahe Kober dan dikremasi, abunya ditabur di kawah Mandala Wangi, Gunung Pangrango, Jawa Barat.
2. Dr HF Roll: Pendiri STOVIA (Sekolah Tinggi Dokter Indonesia)
3. Olivia Mariamne Raffles: istri Thomas Stamford Raffles
4. Pastor Van der Grinten: Pendeta kepala Gereja Katolik Batavia, salah satu pendiri Yayasan Vincentius
5. Marius Hulswit: Arsitek Gereja Katedral Batavia (sekarang Jakarta).
6. Pieter Gerardus Van Overstraaten: Gubernur Jenderal VOC terakhir ke-33, menjabat tahun 1796-1801
7. Johan Herman Rudolf Kohler: Jenderal pemimpn tentara KNIL dalam perang Aceh 1873.
8. Dr Andries Brandes: Arkeolog sastra Jawa Kuno yang disegani. Pengungkap kitab Pararaton dan naskah raja-raja Tumapel hingga Majapahit.
Ada pula koleksi-koleksi lain berupa patung dan replika prasasti serta replika monumen. Satu yang terkenal adalah patung Crying Lady atau Perempuan Menangis, dibuat Carminati Milano, Italia, 1907. Berjalan-jalan di Taman Prasasti yang bernuansa 'kuburan' ini juga bisa mengingatkan Anda pada satu hal yang paling pasti dalam kehidupan, yakni kematian. Ada plakat warisan masa lalu berbahasa Belanda kuno dipajang. Begini bunyinya:
![]() |
"SOO GY. NU SYT. WAS. IK VOOR DEESEN DAT. JK, NV BEN SVLT GY OOK WEESEN"
Arti kalimat tersebut dalam bahasa Indonesia kurang-lebih, "Seperti Anda sekarang, begitupun saya sebelumnya (pernah hidup). Seperti saya sekarang, begitupun Anda nantinya (akan mati)."