Heboh 'Awan Tsunami' yang Kini Muncul di Tanah Sulawesi

Round-Up

Heboh 'Awan Tsunami' yang Kini Muncul di Tanah Sulawesi

Hestiana Dharmastuti - detikNews
Rabu, 09 Des 2020 20:33 WIB
Fenomena awan tsunami di Parepare (Foto: dok. Istimewa)
Foto: Fenomena awan tsunami di Parepare (Foto: dok. Istimewa)
Parepare -

Fenomena awan yang menyerupai gelombang tsunami beberapa kali muncul di Indonesia. Kali ini, 'awan tsunami' menghiasi langit di Kota Parepare, Sulawesi Selatan (Sulsel).

Awan raksasa muncul pada Rabu (9/12/2020) pagi. Warga pun berbondong-bondong mengabadikan momen tersebut.

"Ngeri lihat awannya, sepertinya Parepare mau ditelan, tadi saya liat hujannya juga mutar, semoga tidak terjadi apa-apa," kata Marni, warga Jalan Jenderal Ahmad Yani, Kota Parepare.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

BMKG Sulawesi Selatan kemudian angkat bicara terkait fenomena tersebut.

Prakirawan BMKG Sulsel, Etsy, menyebut munculnya fenomena awan mirip gelombang tsunami adalah hal yang lazim.

ADVERTISEMENT

"Fenomena awan tsunami atau awan Arcus terbentuk sebagai hasil dari ketidakstabilan atmosfer di sepanjang pertemuan massa udara yang lebih dingin dengan massa udara yang lebih hangat serta lembab sehingga membentuk tipe awan yang memiliki pola pembentukan horizontal memanjang. Kondisi tersebut dapat terjadi salah satunya karena adanya fenomena angin laut dalam skala yang luas mendorong massa udara ke arah daratan," jelasnya saat dihubungi detikcom.

Etsy mengungkapkan awan Arcus merupakan awan yang lazim terjadi meskipun frekuensi kejadiannya jarang.

Fenomena awan Arcus, kata dia, ini dapat menimbulkan angin kencang dan hujan lebat yang dapat disertai kilat atau petir dan badai guntur di sekitar pertumbuhan awan.

Sebelumnya, 'awan tsunami' juga sempat muncul di Aceh. Ceritanya di halaman berikutnya.

Awan Tsunami di Meulaboh

Pada Agustus 2020, video awan seperti ombak yang menggulung di Meulaboh, Aceh, viral.

Dilihat detikcom dari video yang beredar, Senin (10/8/2020), awan tersebut seperti ombak besar. Ada bagian awan yang terlihat menghitam dan ada yang putih.

Awan tersebut seperti ombak menggulung yang memanjang di langit. Menurut BMKG, fenomena ini dikenal sebagai awan Arcus atau awan tsunami.

Kasi Data BMKG Stasiun Sultan Iskandar Muda, Zakaria, menjelaskan awan itu merupakan bagian dari awan kumulonimbus. Dia mengatakan awan ini bisa menimbulkan angin kencang hingga hujan es.

Selain itu, awan ini biasanya terjadi di daerah yang tidak begitu luas sehingga tidak dapat dipantau oleh satelit. Dia mengimbau warga agar tak berada di lokasi terbuka jika melihat awan tersebut.

Ada penjelasan ilmiah di balik fenomena ini. Simak di halaman berikutnya

Penjelasan Ilmiah Pakar dan Petanda Ini

Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menegaskan fenomena awan tsunami itu lazim terjadi dan tidak berpotensi timbulkan gempa atau tsunami.

"Secara ilmiah dalam dunia meteorologi, fenomena awan tersebut dinamakan dengan awan arcus. Fitur awan arcus dapat ditemukan di antara jenis awan Cumulonimbus dan Cumulus," kata Deputi Bidang Meteorologi, BMKG, Guswanto dalam keterangannya, Selasa (11/8/2020).

"Fenomena awan arcus terbentuk sebagai hasil dari ketidakstabilan atmosfer di sepanjang pertemuan massa udara yang lebih dingin dengan massa udara yang lebih hangat serta lembab, sehingga membentuk tipe awan yang memiliki pola pembentukan horizontal memanjang," imbuhnya.

Guswanto mengatakan fenomena awan arcus ini bisa terjadi karena adanya fenomena angin laut dalam skala yang besar. Kemudian angin laut ini mendorong massa udara ke daratan, sehingga terjadilah gumpalan awan itu.

Menurut Guswanto, fenomena awan arcus adalah hal yang lazim terjadi. Namun dengan frekuensi yang jarang.

Dalam kesempatan terpisah, Pakar Iklim Universitas Gadjah Mada (UGM), Dr Emilya Nurjani, menjelaskan kemunculan awan tsunami ini menjadi pertanda akan adanya cuaca buruk.
"Awan di Meulaboh kemarin pagi merupakan awan Arcus, awan vertikal yang bisa tumbuh sangat besar. Awan ini sendiri tidak berbahaya, tetapi merupakan penanda atau adanya cuaca buruk yang akan datang," dalam keterangan tertulis yang dikirim Humas UGM, Selasa (11/8/2020).

Dosen Fakultas Geografi UGM ini mengatakan fenomena awan arcus atau yang ramai disebut awan tsunami merupakan hal lazim, tetapi jarang terjadi atau fenomena langka. Meskipun awan arcus tidak berbahaya, tetapi memiliki potensi menimbulkan hujan deras yang disertai dengan petir atau kilat dan angin kencang.

Kemunculan awan arcus ini, kata Emilya, berhubungan dengan kondisi dinamika di atmosfer. Proses terbentuknya awan ini dicirikan oleh arus naik dan turun yang kuat di dalam awan.

Awan terbentuk saat aliran udara dingin turun dari awan mencapai tanah. Udara dingin yang dibawa ke tanah melalui aliran angin bawah tersebut kemudian menyebar secara horizontal di depan sistem awan.

Selanjutnya, lanjut Emilya, udara dingin yang lebih berat menyebar dengan cepat di permukaan tanah dan mendorong udara lembab yang lebih hangat ke atmosfer.

Halaman 2 dari 3
(aan/imk)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads