Ganjar Belajar Kejujuran dari Pemulung dan Penjual Sayur

Ganjar Belajar Kejujuran dari Pemulung dan Penjual Sayur

Faidah Umu Sofuroh - detikNews
Rabu, 09 Des 2020 19:41 WIB
Pemprov Jateng
Foto: dok. Istimewa
Jakarta -

Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo memberikan piagam penghargaan kepada beberapa orang sebagai Tokoh Teladan Kejujuran Jawa Tengah. Piagam bertuliskan kalimat 'Balekake Yen Dudu Duweke' itu ditandatangani langsung oleh Ganjar.

"Saya itu mendengar kabar, ada cerita-cerita hebat dari masyarakat kecil yang menginspirasi. Maka, saya ingin mendengar langsung dan mengundang mereka. Banyak cerita bagus tentang kejujuran dan integritas. Saya bangga, nilai-nilai seperti inilah yang ingin kita wujudkan dalam kehidupan sehari-hari sampai pada masyarakat tingkat bawah," kata Ganjar dalam keterangannya, Rabu (9/12/2020).

Ganjar meyakini masih banyak orang baik di Jawa Tengah dan di Indonesia. Ia pun mendengarkan cerita orang-orang yang dipanggilnya itu. Ternyata mereka juga terinspirasi dari orang lain, ada dari orang tuanya, pemuka agama, dan lainnya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Ada banyak orang yang melakukan seperti ini, saya meyakini itu. Maka saya berharap berikanlah cerita-cerita kebaikan dan kejujuran pada dunia. Kepada orang-orang baik di luar sana, saya memberikan hormat setinggi-tingginya pada mereka, dan mari kita meniru," tukasnya.

Pada Senin (7/12), Ganjar pun mendengar kisah-kisah kejujuran dari warganya itu jelang peringatan Hari Antikorupsi Sedunia (Hakordia), 9 Desember. Berikut kisah orang-orang yang menjadi okoh Teladan Kejujuran Jawa Tengah.

ADVERTISEMENT

Dimulai dari seorang pemulung di Kartasura Sukoharjo bernama Mulyadi (45). Pada 2018 silam ia pernah menemukan dompet coklat berisi uang Rp 15 juta di jalanan. Akhirnya, pemilik dompet itu lanjut Mulyadi datang mencari dompet yang jatuh itu. Setelah bertemu pemiliknya, dompet berisi uang itu langsung dikembalikan Mulyadi.

"Kulo tingali enten duite (saya lihat ada uangnya). Kathah pak, lembaran abang (banyak pak, lembaran merah ratusan ribu). Akhire kulo nunggu sing duwe ning pinggir dalan nganti magrib (saya nunggu pemiliknya di pinggir jalan sampai magrib)," kata Mulyadi.

Mulyadi yakin bahwa uang yang ditemukannya itu pasti ada pemiliknya. Ia tidak berkeinginan memiliki, karena memang bukanlah haknya. Ia berpikir, nungkin si pemilik uang itu ingin menggunakannya untuk keperluan mendesak.

"Kui dudu nggone kulo (itu bukan punya saya), akeh sing ngomong ngopo ora digawe wae (banyak yang bilang kenapa tidak dipakai), kulo ajrih kalih gusti Allah (saya takut pada Allah). Alhamdulillah Gusti Allah mbales, kulo sekeluarga sehat (saya dan keluarga selalu diberikan kesehatan), rezeki lancar, kulo ditulungi wong akeh (saya ditolong orang banyak)," ucapnya.

Kisal lain disampaikan Tan Le Hok Fuk atau Kakek Afuk (50). Pemulung asal Solo ini nekat bersepeda Solo-Pasuruan hanya demi mengembalikan dompet kepada pemiliknya. Kepada Ganjar, Kakek Afuk menceritakan awalnya sedang mencari rongsok di jalanan. Ketika itu, ia menemukan dompet berisi STNK dan KTP yang menunjukkan bahwa pemiliknya ada di Pasuruan.

"Dalam hati saya seperti ada yang membisiki, kui balekno, dudu nggonmu (itu dikembalikan, bukan milikmu). Lalu, saya berniat mengembalikan," ucapnya.

Kakek Afuk bahkan rela menjual handphone miliknya untuk memperbaiki sepeda dan ongkos ke Pasuruan. Akhirnya, dompet itu bisa ia kembalikan ke pemiliknya dengan bersepeda ke Pasuruan.

Ganjar juga mendengarkan kisah Widiyanti (33), penjual sayur dan gorengan keliling asal Kebumen. Widiyanti yang saat berjualan menemukan plastik kresek jatuh di jalan dan berisi uang, langsung berusaha mengejar pemiliknya yang menaiki motor. Sayang, dirinya yang hanya bersepeda, tak bisa mengejar.

"Akhirnya saya berikan uang itu ke polisi. Setelah itu diposting di medsos dan orangnya mengambil. Lega saja rasanya, bisa mengembalikan. Saya tahu dia itu penjual ayam, sebagai sama-sama pedagang, saya tahu rasanya cari uang itu susah," jelasnya.

Meski sebenarnya ingin memiliki handphone dan banyak orang yang menyalahkan kenapa uang itu dikembalikan, namun Widiyanti merasa lega bisa berbuat seperti itu. "Lega saja rasanya. Lagian saya juga takut nemu uang sebanyak itu, mau dipakai itu bukan hak saya. Takut sama Allah," ucapnya.

Selain tiga kisah itu, ada juga kisah driver ojek online bernama Dian Ramadhan asal Purwokerto yang mengembalikan uang kelebihan pembayaran Rp 100.000, penghulu asal Klaten bernama Abdurrahman M Bakri yang tidak pernah mau menerima amplop, Ernita Sihono yang lupa membayar pesanan ojek online dan mencari pengemudi sampai ketemu dan kisah Muhsono dan Nur Azizah asal Wonosobo yang mengembalikan handphone serta dompet kepada pemiliknya.

(prf/ega)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads