Nama Ustadz Maaher At Thuwailibi belakangan jadi kontroversi karena kerap melontarkan kata-kata kasar dalam banyak videonya yang tersebar di media sosial. Setelah jadi tersangka karena menghina ulama kharismatik Nahdlatul Ulama (NU), Habib Luthfi bin Yahya, Maaher menyesal. Seperti apa latar belakangnya?
Ustadz Maaher At Thuwailibi lahir di Medan, Sumatera Utara, pada 14 Juli 1992. Bungsu dari tiga orang bersaudara ini memiliki nama asli Soni Eranata, nama pemberian kedua orang tuanya.
Ditanya soal latar belakang keluarga, Maaher mengaku terlahir dari keluarga biasa-biasa saja. Orang tuanya bekerja sebagai buruh kasar, tidak ada yang berprofesi sebagai pendakwah.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Ya Allah, (ibu) tukang cuci dari rumah ke rumah," kata Maaher.
Maher mengaku besar di Medan. Dia baru pindah ke Kota Bogor, Jawa Barat, sekitar 6 tahun lalu. Mendalami agama pun dia terbilang baru. Dia tidak pernah mondok atau di pesantren. Dia mengaku hanya jadi 'santri kalong' di Kota Bogor. Namun tidak dijelaskan rinci di mana.
"Pesantren itu nggak formal, jadi ngalong istilahnya," kata Maaher.
Ditanya latar belakang pendidikan, Maaher mengaku kuliah di Universitas Ibnu Khaldun Kota Bogor, kurang-lebih 5 tahun lalu. Dia mengaku telat kuliah karena sibuk ngaji.
Saya kuliah di UIK Universitas Ibnu Khaldun kurang-lebih dari lima tahun lalu lah. Saya kan telat ya karena saya sibuk ngaji, jadi saya ngulang dari awal. Saya udah pernah kuliah dulu di Al Hidayah tapi nggak selesai, (kuliah) pendidikan syariah juga di Bogor. Tapi nggak selesai," kata Maaher.
"Nggak selesainya (kuliah) itu karena satu keburu kawin, nikah, punya anak. Susah lah. Apalagi perantau kan. Jadi saya kuliahnya terputus, ceramah ke mana-mana nggak ada titel, nggak ada gelar akademik, jadi saya kuliah dari awal di UIK itu," sambungnya.
Maaher memiliki seorang istri dan dua anak masing-masing berusia 3 tahun dan 1 tahun. Dia menjadi tulang punggung keluarga mencari nafkah lewat berdakwah. Maaher mengaku tidak pernah mematok tarif alias dibayar seikhlasnya.
"Walaupun mungkin kami nggak bisa beli apa-apa, tapi cukuplah untuk makan sehari-hari, bayar listrik, bayar air, cukup," ujarnya.
Untuk memenuhi kebutuhan keluarga, Maaher mengaku bisnis kecil-kecilan. Dia juga nyambi berjualan kitab-kitab keagamaan hingga jualan parfum. Maaher tidak merasa malu meski menurutnya ada orang yang mencibir.
"Jadi saya bisnis kecil-kecilan ya, jualan kitab-kitab keagamaan, jualan parfum. Banyak orang menghina jualan parfum, 'ah elu penjual parfum jadi ustadz'. Nabi Zakaria itu profesinya itu tukang potong kayu lho. Nabi Muhammad manusia paling mulia profesinya itu penggembala kambing dan domba. Jadi di mana letak hinanya jualan parfum? Saya bukan jual diri, jual narkoba. Nah dari situ aja sih, dan alhamdulillah cukup.
"Adapun ceramah-ceramah itu ya wajar lah ketika ceramah dapat honor, dan kita nggak mentarif sama sekali. Itu rezeki lah untuk tambahan bensin," sambung Maaher.
Kini gegara ucapannya, Maaher terjerat kasus pidana. Dia jadi tersangka atas kasus dugaan penghinaan terhadap ulama karismatik Nahdlatul Ulama Habib Luthfi bin Yahya. Maher ditangkap tim Direktorat Tindak Pidana Siber Bareskrim Polri di kediamannya di wilayah Kota Bogor, Jawa Barat, pada Kamis (3/12), pukul 04.00 WIB. Dia kemudian ditetapkan sebagai tersangka kasus penghinaan terhadap Habib Luthfi bin Yahya karena cuitan di akun Twitternya @ustadzmaaher_ yang punya 64 ribu pengikut.
Ustadz Maaher ditangkap berdasarkan laporan polisi bernomor LP/B/0677/XI/2020/Bareskrim pada 27 November 2020. Dia dijerat dengan Pasal 45 ayat (2) juncto Pasal 28 ayat (2)
Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2016 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik. Dengan ancaman pidana penjara 6 tahun dan/atau denda paling tinggi 1 miliar rupiah.
Saat itu di akun Twitter-nya, Maher membalas cuitan seorang netizen sambil mengunggah foto Habib Luthfi disertai narasi 'Iya tambah cantik pake Jilbab.. Kayak Kyai nya Banser ini ya..'. Menurut polisi, dari cuitan itu, ada indikasi Maaher melakukan upaya penghinaan terhadap ulama. Cuitan itu menuai banyak kritik dan kemarahan netizen karena dianggap menghina Habib Luthfi yang selama ini dikenal amat santun dan disegani masyarakat dan para tokoh. Habib Luthfi juga merupakan anggota Dewan Pertimbangan Presiden.
Dimintai klarifikasi soal cuitan tersebut, Maher berdalih itu hanya kesalahpahaman. Menurut Maaher dia sebenarnya tidak berniat menghina Habib Luthfi. Sebelum ditangkap dia mengaku sudah berniat merencanakan berangkat menemui Habib Luthfi untuk mencium tangan dan meminta maaf.
"Bagi saya meminta maaf itu bukan aib, bukan cacat. Justru menunjukkan kesatria bahwa kita mengaku salah. Hukum yang ada, kemudian syariat yang kita anut, Islam bahkan semua agama juga mengajarkan meminta maaf dan memaafkan dan itu indah," ucap Maaher.