Argumen Pangdam Jaya soal Pancasilais Pasti Beragama

Round-Up

Argumen Pangdam Jaya soal Pancasilais Pasti Beragama

Tim detikcom - detikNews
Kamis, 26 Nov 2020 07:50 WIB
Panglima Kodam Jaya Mayjen TNI Dudung Abdurachman saat memimpin apal pencegahan penyebaran COVID-19 di JIExpo Kemayoran, Jakarta, Senin (14/9/2020). Agung Pambudhy
Pangdam Jaya Mayjen Dudung Abdurachman (Agung Pambudhy/detikcom)
Jakarta -

Pangdam Jaya Mayjen Dudung Abdurachman mengemukakan pandangannya terkait agama dan Pancasila. Bagi Dudung, mereka yang Pancasilais sudah pasti beragama.

Pernyataan Dudung itu disampaikan di Markas Kodam Jaya Jalan Mayjen Sutoyo, Cililitan, Jakarta Timur, Rabu (25/11/2020). Dudung awalnya berbicara mengenai hukum atraktif.

"Intinya bahwa yang saya sampaikan ada hukum atraktif, ada hukum atraktif itu apabila kita menuai suatu kebaikan, maka kebaikan kita akan dapat, begitu juga kalau kita berbuat jahat kepada orang, maka kejahatan juga tidak akan lama datang kepada diri kita," kata Dudung di Markas Kodam Jaya Jalan Mayjen Sutoyo, Cililitan, Jakarta Timur, Rabu (25/11/2020).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Setelah itu, Dudung berbicara mengenai hukum karma dalam istilah masyarakat Bali. Dudung lantas mengatakan orang yang beragama belum tentu Pancasilais.

"Kalau orang Hindu, orang Bali, itu istilahnya ada namanya hukum karma, jadi akan dibalas bukan di akhirat, tetapi akan dibalas di dunia. Kemudian orang yang beragama itu belum tentu Pancasilais, tetapi orang yang Pancasilais sudah pasti dia beragama," ungkap Dudung.

ADVERTISEMENT

"Karena ada juga dia merasa beragama, tapi persatuan dan kesatuan dia tidak junjung tinggi, ada orang merasa beragama, tetapi kemanusiaan yang adil dan beradab juga dia junjung tinggi," imbuhnya.

Dudung juga menyinggung soal pihak yang merasa ingin benar sendiri. Dia mengingatkan bahwa Pancasila merupakan perekat kehidupan bangsa.

"Ada juga orang yang beragama kemanusiaan kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan atau perwakilan dia tidak ingin bermufakat dan sebagainya, merasa ingin benarnya sendiri, aturannya aturan sendiri. Ingat bahwa Pancasila itu adalah kesepakatan bersama, kesepakatan bersama yang diambil dari kultur budaya bangsa Indonesia yang kemudian melahirkan sebuah Pancasila, maka Pancasila ini adalah sebagai perekat kehidupan berbangsa dan bernegara," tuturnya.

Selain itu, Dudung berbicara mengenai perdebatan ideologis Islam. Dia menyentil pihak yang menegasikan pihak lain dengan dalih amar makruf nahi mungkar.

"Para hadirin sekalian, belakangan ini kita masih saja disibukkan dengan perdebatan ideologis tentang bagaimana sejatinya esensi Islam dalam pemikiran atau abkar dan gerakan atau harakat oleh sejumlah kecil umat Islam. Amar makruf nahi mungkar digunakan untuk seolah-olah melakukan klaim kebenaran sembari menegasikan yang lain," kata Dudung.

Dudung menerangkan ideologi tersebut melahirkan hitam dan putih tafsiran tunggal. Menurut Dudung, hal itulah yang membuat wajah agama Islam menjadi kaku dan menang sendiri.

"Output-nya tentu hitam dan putih melahirkan tafsir tunggal sehingga yang muncul di permukaan adalah wajah agama yang kaku dan maunya menang sendiri. Padahal sudah jelas agama Islam adalah rahmatan lil alamin, artinya kasih sayang untuk keseluruhan alam," ucapnya.

Dudung menegaskan agama Islam yang dibawa Nabi Muhammad SAW mengajarkan kebenaran dan menjauhi keburukan. Maka, kata Dudung, siapa pun yang melakukan keburukan, hal itu hanya mengatasnamakan agama.

"Sebab, agama Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad melalui para ulama ini dengan jelas mengajarkan kebenaran, kebaikan, serta menjauhi keburukan. Maka jika siapa pun melakukan keburukan lalu mengatasnamakan agama, ketahuilah itu bukan sejatinya agama, itu hanya mengatasnamakan agama," ungkap Dudung.

Dalam kesempatan yang sama, Dudung juga mengingatkan bahwa tak ada alasan bagi umat yang beragama apa pun untuk melanggar protokol kesehatan di masa pandemi COVID-19. Dudung menyebut menjaga kesehatan adalah bagian dari amalan agama.

"Maka tak ada alasan bagi kita untuk beragama tapi melanggar protokol kesehatan. Sebab, menjaga kesehatan juga bagian dari mengamalkan agama," kata Dudung.

Dudung mengatakan agama juga tidak mengajarkan caci maki. Dia menyebut agama justru mengajarkan untuk bertutur kata baik.

"Beragama tapi mencaci maki, maka mencaci maki itu bukan sejatinya agama, justru mendengarkan, berkatalah yang baik atau diam. Jadi agama justru mengajarkan berkatalah yang baik atau diam," ungkap Dudung.

Dudung menegaskan, dalam agama Islam, Nabi Muhammad SAW merupakan suri teladan dan panutan bagi umat. Nabi Muhammad, kata Dudung, juga menuntun umatnya untuk berakhlak dan berbudi pekerti yang baik.

"Alhasil menjadi Islam adalah menjadi sejatinya umat dengan benar mencontoh pribadi Rasulullah Nabi Muhammad SAW. Beliaulah panutan, pelita dan obor yang menuntun kita pada cahaya, bukan pada kegelapan akhlak dan suramnya budi pekerti," kata Dudung.

"Apalagi kita sebagai bangsa yang menjunjung tinggi tradisi ketimuran, maka tata krama, kearifan lokal, dan kebudayaan adalah sejumlah hal yang tidak boleh kita lepaskan.

Dudung mengungkapkan agama Islam tidak mengajarkan untuk mendewa-dewakan individu seolah suci tanpa cela. Dudung menuturkan Nabi telah bersabda bahwa kemuliaan seseorang didasarkan atas ketakwaannya.

"Justru agama tidak bertentangan dengan budaya, agama adalah nilai, value, prinsip, dan spirit yang bisa bersanding dengan kebudayaan kita, bukan kebudayaan luar yang dipaksakan atas nama agama, agama Islam juga tidak mengajarkan agar kita mengultuskan individu tertentu, menahbiskan seolah orang, seseorang itu suci tanpa cela, padahal Nabi Muhammad bersabda tidak ada kemuliaan dari seorang atas seorang, kecuali karena ketakwaannya," ungkapnya.

Halaman 2 dari 3
(knv/lir)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads