Ini Riwayat Jenderal Sudirman Panglima TNI Pertama yang Disinggung FPI

Ini Riwayat Jenderal Sudirman Panglima TNI Pertama yang Disinggung FPI

Rakhmad Hidayatulloh Permana - detikNews
Sabtu, 21 Nov 2020 17:26 WIB
Kawasan Monumen Panglima Besar Jenderal Sudirman kerap dijadikan tempat ngabuburit warga Pacitan. Selain sarat nilai perjuangan, situs sejarah itu juga menyuguhkan keindahan panorama alam.
Patung Jenderal Sudirman di Pacitan (Purwoto Sumodiharjo)
Jakarta -

Ketua DPP FPI Slamet Ma'arif menyebut Panglima TNI pertama, Jenderal Sudirman, adalah seorang ulama. Jenderal Sudirman dikenal sebagai pahlawan nasional yang memiliki latar belakang priyayi.

Dikutip dari situs Perpusnas, Jenderal Sudirman merupakan salah satu pahlawan Indonesia, jasa-jasanya sangat dikenang dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia.

Jenderal Besar Sudirman merupakan salah satu orang yang memperoleh pangkat bintang lima selain Soeharto dan AH Nasution. Jenderal besar Indonesia ini lahir di Bodas Karangjati, Rembang, Purbalingga, 24 Januari 1916.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

ADVERTISEMENT

Ayahnya bernama Karsid Kartawiuraji dan ibunya bernama Siyem. Namun ia lebih sering tinggal bersama pamannya yang bernama Raden Cokrosunaryo setelah diadopsi. Ketika Sudirman pindah ke Cilacap pada 1916, ia bergabung dengan organisasi Islam Muhammadiyah dan menjadi siswa yang rajin serta aktif dalam kegiatan ekstrakurikuler.

Kemampuannya dalam memimpin dan berorganisasi serta ketaatan dalam Islam menjadikan ia dihormati oleh masyarakat. Jenderal Sudirman merupakan salah satu tokoh besar di antara sedikit orang lainnya yang pernah dilahirkan oleh suatu revolusi. Saat usianya masih 31 tahun, ia sudah menjadi seorang jenderal.

Meski menderita sakit paru-paru yang parah, ia tetap bergerilya melawan Belanda. Ia berlatar belakang seorang guru HIS Muhammadiyah di Cilacap dan giat di kepanduan Hizbul Wathan.

Dia selalu konsisten dan konsekuen dalam membela kepentingan tanah air, bangsa, dan negara. Hal tampak ketika Agresi Militer II Belanda.

Sementara itu, sebagaimana yang dijelaskan oleh Connie Rahakundini Bakrie dalam buku 'Pertahanan Negara dan Postur TNI Ideal', pembentukan TNI berawal dari pembentukan Badan Keamanan Rakyat (BKR) pada 22 Agustus 1945 oleh para pendiri bangsa. Pembentukan BKR ini dirasa perlu karena waktu itu Belanda masih berniat menjajah Indonesia.

Kemudian, baru pada 3 Juni 1947 namanya diganti menjadi TNI. Sebelumnya mengalami pergantian nama dua kali, yakni dari Tentara Keamanan Rakyat (TKR) pada 5 Oktober 1945 dan Tentara Keselamatan Rakyat (TKR) pada 1 Januari 1945. Namun nantinya kelahiran TNI diperingati setiap 5 Oktober.

Berdirinya TNI ini disahkan oleh Presiden Sukarno pada 3 Juni 1947. Jabatan Panglima TNI pertama itu diamanatkan kepada Jenderal Sudirman.

Berikut Ini Data Lengkap Tentang Jendral Besar Sudirman

Pengalaman Pekerjaan:
-Guru di HIS Muhammadiyah di Cilacap
-Pengalaman Organisasi:
-Kepanduan Hizbul Wathan

Jabatan di Militer:
-Panglima Besar TKR/TNI, dengan pangkat Jenderal Besar Bintang Lima
-Panglima Divisi V/Banyumas, dengan pangkat Kolonel
-Komandan Batalyon di Kroya

Tanda Penghormatan:
-Pahlawan Pembela Kemerdekaan

Sebelumnya, Slamet meminta pihak TNI tidak diadu domba dengan ulama. Dia merespons pencopotan baliho Habib Rizieq Syihab oleh TNI. Dia juga berbicara tentang umat dan TNI yang sehati dalam mempertahankan NKRI.

"Saya menasihati TNI bahwa TNI didirikan oleh ulama (Jenderal Sudirman) dan dari dulu menyatu dengan umat Islam. Jadi TNI jangan mau diadu dengan ulama dan umat Islam. Saya yakin TNI tetap sehati dengan ulama dan umat Islam untuk mempertahankan NKRI," ujarnya, Jumat (20/11).

Terkait baliho bergambar wajah Habib Rizieq Syihab yang diturunkan, Slamet menyebut umatlah yang berinisiatif memasangnya. Slamet pun tak mempermasalahkan penurunan baliho itu.

"Yang harus diingat, yang pasang baliho itu umat, bukan FPI. Spanduk yang dicabut spanduk ucapan selamat datang IB HRS, dan beliau sudah ada di Tanah Air, jadi nggak masalah TNI bantu Satpol PP," ujar Slamet.

Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads