Vaksin Moderna dari Amerika Serikat (AS) diklaim hampir 95 persen efektif melindungi dari virus Corona (COVID-19). Apakah vaksin itu akan digunakan di Indonesia?
Juru bicara Satuan Tugas (Satgas) Penanganan COVID-19 Wiku Adisasmito tidak menjawab secara gamblang. Menurutnya, semua vaksin berpotensi digunakan bagi masyarakat Indonesia.
"Pada intinya, pemerintah terbuka dengan kandidat vaksin mana pun tanpa lengah dalam memutuskan untuk melakukan kerja sama," ucap Wiku dalam akun YouTube Sekretariat Presiden, Selasa (17/11/2020).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut Wiku, vaksin tidak bisa langsung masuk dan digunakan di Indonesia. Ada beberapa proses yang perlu dilewati.
"Penetapan kandidat vaksin harus melalui proses pengawalan badan berwenang, yaitu Badan POM (Pengawas Obat dan Makanan), dan dikaji dengan dasar saitifik lainnya," ucap Wiku.
"Vaksin yang akan digunakan Indonesia tentunya harus yang sudah lolos uji klinis tahap I, II, dan III, dan memperoleh emergency use authorization dari Badan POM," katanya.
Selain itu, vaksin akan disesuaikan dengan kondisi masyarakat dan fasilitas yang ada di Indonesia.
"Selain itu, vaksin COVID-19 yang nanti digunakan adalah vaksin yang tentunya sesuai dengan karakteristik masyarakat Indonesia serta sesuai sarana pendukung lainnya seperti cold chain (rantai dingin)," katanya.
Vaksin Moderna diklaim hampir 95% efektif. Bagaimana penjelasannya. Lihat di halaman berikutnya.
Diketahui, vaksin yang dikembangkan oleh Moderna diklaim hampir 95 persen efektif melindungi dari COVID-19. Moderna mengatakan ini adalah 'hari yang luar biasa' dan mereka berencana mengajukan permohonan penggunaan vaksin dalam beberapa minggu ke depan.
Uji coba vaksin ini melibatkan 30 ribu orang di AS. Setengah dari mereka diberi dua dosis vaksin dengan jarak empat pekan. Sisanya mendapat suntikan hampa.
Analisis ini berdasar pada 95 orang pertama yang mengidap gejala COVID-19.
Hanya lima kasus COVID-19 terjadi pada mereka yang diberi vaksin, sementara 90 kasus tercatat pada mereka yang diberi suntikan hampa. Perusahaan mengatakan vaksin itu melindungi 94,5 persen dari seluruh relawan.