Ini adalah cerita sejarah pengamanan demonstrasi dua dekade silam. Pernah terjadi pada 1998, Pam Swakarsa digebuki pasukan Marinir karena faktor ketidaktahuan.
Catatan pengamanan demonstrasi ini disampaikan mantan Kepala Staf Kostrad TNI Mayjen (Purn) Kivlan Zen dalam bukunya. Kata Kivlan, Pasukan Pengamanan Swakarsa (Pam Swakarsa) dibentuknya atas perintah Panglima ABRI era itu, Jenderal Wiranto, untuk mengamankan Sidang Istimewa MPR pada 10-13 November 1998.
Pada November 1998, Gedung Parlemen di Senayan Jakarta menjadi pusat perhatian massa demonstran sekaligus pengamanan aparat.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Di satu sisi, ada Pam Swakarsa yang terdiri atas orang-orang sipil yang dikumpulkan jadi satu untuk melindungi Sidang Istimewa MPR dan mendukung Presiden BJ Habibie. Di sisi lain, ada pula aparat betulan yang mengamankan situasi, dari polisi hingga Korps Marinir TNI AL.
Di pihak yang berlawanan, ada demonstran yang anti-Sidang Istimewa MPR dan anti-Habibie, menolak dwifungsi ABRI, dan menolak politikus Orde Baru.
Lewat rapat dengan Wiranto pada 9 November 1998 (tentu saja ini cerita versi Kivlan), Pam Swakarsa disepakati bakal ditempatkan di bagian depan untuk menghadapi demonstran. Pokoknya, bila Pam Swakarsa terdesak, tentara Kodam Jaya bakal langsung menolong dari belakang.
"Namun, dalam praktiknya, tidak jarang Pam Swakarsa malah digebuki pasukan marinir di beberapa lokasi, karena mereka (Marinir) tidak diberi tahu," tulis Kivlan dalam buku 'Masalah Internal TNI AD 1945-2000'.
![]() |
Halaman selanjutnya, BJ Habibie datang ke MPR, Pam Swakarsa sempat tertahan oleh Marinir:
Tonton juga 'Bujukan Marinir Bubarkan Massa Aksi di Patung Kuda':
Marinir di lapangan tidak tahu bahwa Pam Swakarsa adalah pasukan yang diam-diam dikerahkan ABRI untuk menghadapi demonstran anti-Sidang Istimewa MPR.
Pada 10 November 1998, Presiden BJ Habibie bakal menuju Gedung Parlemen untuk menghadiri Sidang Istimewa hari perdana. Kivlan mendapatkan informasi, iring-iringan Presiden Habibie akan dicegat massa anti-Sidang Istimewa MPR. Kivlan hendak mengeluarkan pasukan Pam Swakarsa dari Manggal Wana Bhakti (Kementerian Kehutanan) untuk menjaga perjalanan BJ Habibie menuju MPR.
"Tetapi pasukan Marinir yang menjaga Manggala Wana Bhakti tidak membolehkan pasukan Pamswakarsa keluar karena mereka tidak mengetahui rencana pengamanan kedatangan Presiden Habibie yang akan melewati daerah tersebut," tulis Kivlan dalam buku 'Personal Memoranda: Dari Fitnah ke Fitnah'.
![]() |
Akhirnya, Kivlan menunjukkan kartu anggotanya kepada Marinir, barulah Marinir membolehkan pasukan Pam Swakarsa bergerak keluar dari Manggala Wana Bhakti. Pam Swakarsa beradu fisik dengan massa anti-Sidang Istimewa MPR di jembatan penyeberangan Slipi, rel kereta api, dan lampu lalu lintas Kebon Jeruk.
"Aku bersyukur dan merasa lega dapat menyelamatkan Presiden BJ Habibie dan rombongan," ujar Kivlan.
![]() |
Pada 13 November 1998, hari akhir Sidang Istimewa MPR, Pam Swakarsa tidak lagi ditempatkan di depan demonstran, melainkan di bagian belakang dekat JHCC (sekarang JCC/Jakarta Convention Center) dan sekitar Senayan. Demonstran tidak lagi berhadapan dengan Pam Swakarsa, melainkan berhadapan langsung dengan ABRI.
Saat 13 November 1998, terjadi kerusuhan berdarah yang dikenal dengan Tragedi Semanggi. Di gedung MPR sendiri, Sidang Istimewa ternyata berhasil dihelat dari awal sampai akhir.