Misi Dagang antara Provinsi Jawa Timur dengan Provinsi Nusa Tenggara Timur berjalan sukses dengan total transaksi mencapai Rp 212,21 miliar. Angka tersebut merupakan total dari 64 transaksi, baik transaksi penjualan maupun transaksi pembelian.
Adapun rincian transaksi penjualan mencapai Rp 140.758.700.000 yang terdiri 39 total transaksi komoditas beras, besi, bibit bawang merah, pupuk organik, bening kentang dan buah mangga.
Sedangkan untuk transaksi pembelian mencapai Rp 71.457.000.000 dengan total 25 transaksi dengan rncian komoditas yang dibeli dari NTT meliputi cengkeh, jahe, bawang merah, dan kemiri kulit.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Alhamdulillah pukul 16.00 WIB tadi transaksi ditutup, dan transaksi yang dihasilkan mencapai Rp 212,12 miliar," ujar Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Jatim Drajat Irawan dalam keterangan tertulis, Kamis (29/10/2020).
Hal tersebut ia sampaikan dalam Misi Dagang Jawa Timur yang digelar di Kupang, NTT pada Senin (26/10).
Wakil Gubernur Jawa Timur Emil Elestianto Dardak mengatakan Misi Dagang mendorong agar pelaku usaha di dua provinsi saling berdagang dan berinvestasi. Hal ini melihat potensi industri maupun komoditas bahan baku antara dua daerah Jatim dan NTT sangat banyak.
"Jadi polanya Misi Dagang ini tidak hanya trade. Tapi investment and trade," tuturnya.
Emil menambahkan manfaat Misi Dagang juga dirasakan dari segi perdagangan dan industri pelayaran. Sampai saat ini sebanyak 2.600 ton telur dari Kabupaten Blitar ke kawasan NTT, yang dilakukan dari pelabuhan Perak.
Ia berharap dengan berkembangnya kerja sama antar dua provinsi ini, kelak pengiriman bisa memanfaatkan jalur pelayaran dari kawasan selatan seperti dari Prigi, bersambung ke Banyuwangi dan ke NTT.
Merespons hal ini, Wakil Gubernur NTT Josef Nae Soi menyambut baik kegiatan yang diinisiasi oleh Jawa Timur. Ia optimistis kerjasama melalui Misi Dagang ini akan menguntungkan kedua belah pihak.
"Kami berterima kasih pada ibu gubernur Provinsi Jatim yang telah menggelar Misi Dagang ini. Yang penting hubungan kedua pelaku usaha dari Jatim dan NTT bisa terus berkelanjutan," katanya.
Menurutnya, antara Jatim maupun NTT masing masing punya kekayaan dan intelektual sendiri. Namun, melalui kolaborasi ini keduanya bisa saling berinvestasi.
"Tapi bagaimana perpaduan ini bisa saling kita kolaborasikan. Tadi dikatakan kita investasi dan trade. Ada barang dari Jatim masuk, dan juga sebaliknya," katanya.
Di masa pandemi, Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa sempat meminta agar Misi Dagang tetap digelar, namun secara online. Namun penyelenggaraan Misi Dagang online mengalami banyak kendala karena transaksi yang dihasilkan tak sebanyak saat offline.
Oleh karena itu, ia meminta Disperindag Jatim untuk kembali menggelar Misi Dagang, namun dengan menerapkan protokol kesehatan ketat. Hingga akhir tahun, Misi Dagang rencananya akan dilakukan lagi di Pontianak dan di Papua.
"Tapi ini menunggu arahan ibu gubernur Misi Dagang selanjutnya akan digelar di Pontianak dulu atau di Papua dulu. Namun tujuannya jelas bahwa Misi Dagang ini untuk mendorong pemulihan ekonomi," kata Drajat.
Sebagaimana diketahui, selama pandemi Misi Dagang online sempat digelar sebanyak tiga kali, dan secara hybrid (offline dan online) sebanyak satu kali. Selama tahun 2020 ini, Pemprov Jatim juga telah menggelar sebanyak tujuh kali Misi Dagang antar provinsi.
Pertama Misi Dagang dilakukan di Medan dengan total transaksi Rp 475,5 miliar. Kemudian, di Riau dengan total transaksi Rp 362,1 miliar, lalu dilanjutkan dengan online tiga kali dengan total transaksi masing-masing Rp 58,6 miliar, Rp 75,2 miliar dan Rp 22,7 miliar. Serta juga diselenggarakan secara hybrid sebanyak satu kali dengan total transaksi sebanyak Rp 168 miliar.
Misi Dagang ini diharapkan dapat memperkuat kerja sama antar provinsi dan mendorong pemulihan ekonomi di tengah pandemi COVID-19
"Mudah-Mudahan penguatan hubungan dagang antar provinsi dan antar wilayah ini bisa menjadi pendorong pergerakan ekonomi seiring dengan pengendalian COVID-19," pungkasnya.
(akn/ega)