Kisah Dokter Slamet Gugur Saat Melawan Wabah Sampar

Sejarah Pagebluk Zaman Kolonial

Kisah Dokter Slamet Gugur Saat Melawan Wabah Sampar

Rakhmad Hidayatulloh Permana - detikNews
Minggu, 11 Okt 2020 10:23 WIB
RSUD dr. Slamet
Nama Dokter Slamet diabadikan sebagai nama RSUD di Garut. (Hakim Ghani/detikcom)
Jakarta -

Sudah lebih dari 100 dokter yang gugur dalam perang melawan pandemi Corona di Indonesia. Di zaman kolonial dulu, ada kisah dokter yang gugur saat menangani wabah sampar. Dia adalah Dokter Mas Slamet Atmosoediro.

Atep Kurnia dalam buku 'Jaman Woneng: Wabah Sampar di Priangan, 1925-1937' mencatat bahwa Dokter Mas Slamet menjadi korban sampar atau penyakit pes yang mewabah di Bandung dan Garut, khususnya pada 1930. Saat itu, dia dijuluki seorang martir.

"Oleh koleganya dan media sezaman, ia disebut-sebut sebagai martir demi profesinya (het slachtoffer werd van zijn beroep)," tulis Atep Kurnia.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dokter Slamet diketahui lahir di Lampegan pada 1891 dan lulus dari Opleiding School Voor Inlandsche Ambtenaren (OSVIA) pada 21 Juni 1916.

ADVERTISEMENT

Dokter Slamet kemudian diangkat sebagai dokter pribumi (Inlandsch arts) pada Burgerlijken Geneeskundigen Dienst oleh Hoofdinspecteur, Chef van den Burgerlijken Geneeskundigen Dienst pada 1916.

Ia ditempatkan di Centrale Burgerlijke Ziekeninrichting (CBZ), Weltevreden, Batavia, atau kini menjadi Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM). Selanjutnya, Dokter Slamet ditugaskan ke beberapa daerah. Hingga akhirnya, dia ditugaskan ke Garut.

"Kemudian pada 1918, Dokter Slamet dialihkan ke Tobelo, Ternate, Maluku, hingga tahun 1921. Sejak 1922, ia dipindahkan lagi ke Weltevreden, Batavia. Kemudian pada 1925, dia mulai bekerja di Garut," lanjutnya.

Dokter Slamet gugur saat menangani wabah sampar (Dok. KITLV)Dokter Slamet gugur saat menangani wabah sampar. (Dok. KITLV)

Lantas, pada 1927, Dokter Slamet ditugaskan untuk memberantas wabah sampar. Lalu pada 1929, dia diangkat sebagai kepala rumah sakit di Garut (belast met de leiding van ziekenhuis).

Namun, saat bertugas, Dokter Slamet juga ikut terpapar penyakit mematikan ini. Semua berawal dari adanya pasien yang dibawa dari Bandung ke Garut pada awal Mei 1930. Saat itu ada seorang anak yang dibawa oleh orang tuanya dari Bojongloa, Bandung, ke Garut.

Tonton juga 'Wabah Yang Mengubah Sejarah Indonesia':

[Gambas:Video 20detik]

Sehari setelah dirawat, anak tersebut kemudian meninggal karena penyakit sampar. Kondisi mendorong Mas Slamet untuk melakukan pemeriksaan. Dokter Slamet sangat memperhatikan kasus ini.

Tetapi Dokter Slamet tidak yakin mengenai penyakit tersebut. Tak lama kemudian beberapa orang di antara lingkungan orang yang meninggal tersebut mengalami demam tinggi. Dan setelah didiagnosa, mereka diduga terpapar sampar. Dokter Slamet termasuk yang mengalami gejala ini.

"Sabtu malam, 9 Mei 1930, Mas Slamet merasa sakit dan kondisinya terus memburuk. Minggu paginya (10 Mei 1930), kedaannya kian memburuk sehingga dia memutuskan untuk diperiksa di Rumah Sakit Provinsi di Tasikmalaya, karena di sana peralatannya relatif lebih lengkap dan perawatannya bisa lebih baik. Itu terjadi pada pukul 9 pagi," tulis Atep Kurnia merujuk pada pemberitaan koran pada masa itu.

Saking ganasnya penyakit sampar itu, Dokter Slamet sempat menjerit karena kesakitan saat dibawa ke Tasikmalaya. Nyawanya tak tertolong lagi, Dokter Slamet wafat pada tanggal 11 Mei 1930, usainya saat itu baru 38 tahun.

Kematian Dokter Slamet ini pun menjadi peringatan akan bahayanya wabah sampar. Polisi disiagakan untuk menjaga penduduk yang diduga terpapar sampar. Pengawasan untuk mencegah merebaknya wabah ini jadi semakin ketat.

Jasa-jasa Dokter Slamet tetap dikenang. Namanya bahkan diabadikan sebagai salah satu nama jalan di Bandung. Untuk mengenang jasanya, nama Dokter Slamet menjadi nama rumah sakit di Garut.

"Sejak 1979, berdasarkan SK Menkes RI nomor 51/Men.Kes/SK/II/79, namanya juga diabadikan sebagai nama rumah sakit di Garut," ungkap Atep Kurnia dalam bukunya.

Halaman 2 dari 2
(rdp/imk)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads