Makna Mendalam Benda Purbakala yang 'Dikandung' Danau Sentani Papua

Round-Up

Makna Mendalam Benda Purbakala yang 'Dikandung' Danau Sentani Papua

Tim detikcom - detikNews
Rabu, 07 Okt 2020 22:38 WIB
Benda-benda purbakala tampak jelas di Danau Sentani saat surut.
Benda purbakala yang terlihat di Danau Sentani ketika surut. (Foto: Dokumen Badan Arkeologi Papua)
Jakarta -

Sejumlah benda purbakala seperti menhir atau papan batu peninggalan zaman megalitikum di Danau Sentani, Papua, terlihat jelas karena air surut. Ternyata benda itu memiliki makna mendalam di zaman prasejarah.

Peneliti Badan Arkeologi Papua Hari Suroto menerangkan benda itu dulunya sebagai media penghubung masyarakat dengan roh nenek moyang atau dengan leluhurnya atau kekuatan gaib.

"Jadi ketika mereka mau berburu atau mencari ikan atau menokok pergi ke hutan sagu, mereka taruh sirih pinang dulu, dengan harapan kalau berburu dapat binatang buruan, kalau mencari ikan dapat ikan yang banyak, kalau dia mau pergi ke hutan sagu, ketika menokok sagu tidak dimakan buaya atau bagaimana. Atau ketika naik perahu, selamat, tidak terbalik," kata Hari, saat dihubungi detikcom, Rabu (7/10/2020).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Hari menyebut tradisi itu kini sudah tidak ada lagi. Namun cerita dari turun-temurun soal tradisi itu masih terjaga.

"Sekarang kan mayoritas masyarakat Sentani itu mayoritas Kristen, Kristen Protestan. Jadi tradisi itu sudah nggak ada. Cuma dalam ingatan kolektif masyarakat Sentani sendiri masih ada cerita turun-temurun bahwa memang itu dulu berfungsi untuk kegiatan berkaitan dengan spiritual atau apa," tuturnya.

ADVERTISEMENT

Hari mengatakan batu menhir tersebut tidak hanya berada pada datu titik di Danau Sentani. Tapi ada banyak batu yang memang sudah tercatat arkeolog.

"Menhir berukir di Pulau Asei, Danau Sentani bagian timur. Batu perempuan di Situs Batu Beranak, Pulau Mantai, Danau Sentani bagian barat," ujarnya.

Selain itu, ada batu laki-laki Situs Batu Beranak di Pulau Mantai, Danau Sentani bagian barat. Lalu, papan batu di Situs Warakho, Kampung Doyo Lama, Sentani.

"Batu anak di Situs Batu Beranak, Pulau Mantai, Danau Sentani bagian barat," ujarnya.

Benda-benda ini tersimpan di bawah permukaan air Danau Sentani. Harta karun antropologi masyarakat Papua ini 'terkandung' di danau yang ada di bawah lereng Pegunungan Cagar Alam Cyclops ini.

Hari mengatakan benda-benda megalitik ini sebelumnya sempat dikhawatirkan hilang atau tergeser posisinya akibat banjir bandang yang melanda Sentani pada Maret 2019. Biasanya saat kondisi permukaan air Danau Sentani sedang pasang, benda-benda peninggalan itu hanya terlihat samar-samar berada dalam air.

Benda-benda purbakala tampak jelas di Danau Sentani saat surut.Benda-benda purbakala tampak jelas di Danau Sentani saat surut. (Foto: Dokumen Badan Arkeologi Papua)

"Hal ini terlihat di Pulau Asei, pulau kecil di tengah Danau Sentani bagian timur. Tinggalan menhir yang sebelumnya berada di dalam air, sekarang tampak terlihat jelas, bahkan ukirannya tampak terlihat jelas sekali," kata Hari dalam keterangannya.

Selain itu, papan batu di Tanjung Warakho, Kampung Doyo lama, juga tampak terlihat jelas di permukaan tanah tepi danau karena air sedang surut.

"Posisinya juga tepat berada di posisi semula, tidak bergeser," ujarnya.

Hari menjelaskan sejumlah menhir juga terlihat jelas di perairan Pulau Mantai. Dua buah menhir berukuran besar yang dipercaya oleh masyarakat Sentani bagian barat sebagai laki-laki dan perempuan dewasa.

"Tidak jauh di sampingnya terdapat 10 batu menhir berukuran lebih kecil yang dipercaya sebagai anak-anaknya. Menhir-menhir ini dikenal sebagai Ainining Duka atau batu beranak," katanya.

Menhir atau masyarakat Kwadeware menyebutnya batu rezeki atau batu marew juga tampak terlihat jelas di pinggir Pulau Mantai, berjarak sekitar 10 meter sebelah selatan batu beranak.

"Pada masa lalu tinggalan megalitik ini berkaitan dengan kepercayaan pada roh nenek moyang atau kekuatan supranatural," ujarnya.

Hari mengatakan pihaknya akan meneliti lebih lanjut benda-benda peninggalan zaman megalitikum di Danau Sentani. Tapi tidak dalam waktu dekat karena peralatan masih terbatas dan SDM yang memadai.

"Tentu kita akan melakukan penelitian lanjutan, terutama arkeologi bawah air karena kita kan sangat terbatas peralatan, kemudian terutama alat menyelam kemudian SDM," ucapnya.

"SDM itu kan dibutuhkan peneliti yang punya sertifikasi menyelam, kita kan nggak punya. Apalagi kan kalau mengambil suatu data itu kan harus ilmiah, tidak boleh sembarang, dengan metode. Tentu harus kita rencanakan baik-baik, mungkin direncanakan anggarannya, teknisnya. Mungkin tahun depan," imbuhnya.

Halaman 2 dari 2
(eva/lir)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads