Satgas Penanganan COVID-19 menyebut angka kematian akibat Corona di Aceh melonjak 85 persen dalam sepekan terakhir. Rumah Sakit Umum Zainal Abidin (RSUZA), Aceh, mengakui tingginya angka kematian di Tanah Rencong.
"Faktanya, angka kematian Aceh memang tinggi, kita tidak memahami apa penyebabnya angka kematian yang tinggi di Aceh," kata Direktur RSUZA dr Azharuddin saat dimintai konfirmasi, Rabu (7/10/2020).
Dia menyebut ada beberapa faktor yang berperan menyebabkan kematian, di antaranya parahnya kondisi pasien saat dirujuk ke rumah sakit (RS). Akibatnya, upaya optimal yang dilakukan RS kadang tidak membuahkan hasil dan berakhir dengan kematian.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Faktor lain adalah keterlambatan pasien berobat sehingga, ketika tiba di rumah sakit, kondisinya sudah parah. Azharuddin menilai warga enggan berobat karena takut pada Corona.
"Masyarakat menganggap, kalau ke RS, banyak dilakukan pemeriksaan yang lebih ketat dan detail. Dalam hal ini benar, upaya itu dilakukan agar ketika ke RS pasien tidak tercampur antara yang positif COVID atau negatif," jelas Azharuddin
Pemeriksaan ketat tersebut dilakukan untuk keamanan sesama pasien, tenaga kesehatan, serta keluarga dan masyarakat. Azharuddin menyebut pasien yang meninggal di Aceh kebanyakan memiliki penyakit penyerta (komorbid).
"Rata-rata meninggal karena ada komorbid," ujar Azharuddin.
Azharuddin mengungkapkan RSUZA saat ini masih kekurangan alat kesehatan, seperti alat bantu napas khusus (high flow nasal cannula/HFNC). Idealnya, alat itu harus tersedia di RS minimal 20 unit.
"Kita baru punya dua unit. Kita punya juga ventilator, juga sudah difungsikan pada kasus yang memerlukan dalam rawatan kritis di RICU," beber Azharuddin.
Sebelumnya, Satgas Penanganan COVID-19 memaparkan progres kasus kematian virus Corona di 10 provinsi prioritas penanganan selama sepekan. DKI Jakarta mengalami penurunan paling banyak, sementara Papua mengalami kenaikan paling banyak.
Berikut persentase perbandingan jumlah kematian periode 21-27 September dibanding periode 28 September-4 Oktober di 10 provinsi prioritas:
- Sumatera Utara: sama (tidak ada perubahan)
- DKI Jakarta: penurunan -52%
- Jawa Barat: kenaikan +29,0%
- Jawa Tengah: penurunan -57,4%
- Jawa Timur: kenaikan +5,9%
- Kalimantan Selatan: kenaikan +25%
- Sulawesi Selatan: penurunan -46.2%
- Papua: kenaikan +187,5%
- Bali: penurunan -2,6%
- Aceh: kenaikan +85%