Puluhan Warga Kabupaten Limapuluh Kota, Sumatera Barat (Sumbar) melakukan napak tilas untuk mengenang Pemerintah Revolusioner Republik Indonesia (PRRI) ke hutan Kabupaten Agam. Namun perjalanan tanpa persiapan itu berujung tersesat di tengah rimba.
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Agam menerima laporan orang hilang itu pada Minggu (4/10/2020). Puluhan warga yang terdiri dari mahasiswa dan orang tua itu diketahui masuk hutan pada Sabtu (3/10) pagi.
"Ada dua rombongan. Mereka dari Nagari Suayan, Limapuluh Kota. Rombongan pertama 14 orang, dipimpin langsung Wali Nagari. Mereka mencari sumber air di daerah perbatasan dengan Kamang Hilia Agam. Rombongan kedua, ada 77 orang lagi, dengan tujuan membuka jalur wisata," kata Luthfi kepada wartawan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Luthfi mengatakan rombongan pertama yang terdiri dari 14 orang itu lebih dulu ditemukan. Mereka keluar hutan di sekitar daerah Simarasok, Kecamatan Baso, Agam. Sementara sisanya berhasil dievakuasi pada Minggu (4/10) malam.
"Alhamdulillah, semua sudah ditemukan dan selamat semuanya. Jam 23.30 WIB tadi malam seluruhnya sudah dievakuasi. Masih di wilayah hutan atau Rimbo Suayan, Nagari Suayan, Kecamatan Akabiluru, Kabupaten Limapuluh kota," kata Kapolres Payakumbuh AKBP Alex Prawira saat dihubungi detikcom, Senin (5/10/2020).
Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik BPBD Sumbar, Rumainur, mengatakan warga yang tersesat itu ditemukan dalam keadaan lemas dan ada yang kelaparan. Mereka tersesat saat melakukan napak tilas.
"Mereka melakukan kegiatan napak tilas dalam rangka Hari Kesaktian Pancasila. Jadi mereka saja, tidak melibatkan orang profesional. Dulu pernah juga mereka lakukan, setelah lama tidak, dilakukan lagi. Namanya hutan kan berubah," ujar Raimunir saat dihubungi, Senin (5/10/2020).
Rombongan itu juga mencari tempat wisata batu. Namun akibat kurang persiapan dan tanpa melibatkan ahli, akhirnya rombongan tersesat.
"Informasinya begitu, dari beberapa teman kita di lapangan. Selain melakukan napak tilas, mereka mencari tempat wisata baru. Kan beberapa daerah punya tempat wisata baru. Tapi mereka kurang persiapan, tidak ada yang ahli memakai kompas, tidak membawa radio," tuturnya.
Hal senada dikatakan Kepala Pusdalops BNPB Sumbar, Bambang Surya Putra. Puluhan warga masuk ke hutan untuk mengenang Pemerintah Revolusioner Republik Indonesia (PRRI).
"Untuk mengenang lintasan perjuangan PRRI, napak tilas namanya," ujar Surya saat dihubungi terpisah.