Jakarta -
Biaya tes usap (swab test) COVID-19 yang rata-rata di angka Rp 1 juta lebih dinilai tidak terjangkau oleh semua kalangan. Desakan agar harga swab test lebih murah pun bermunculan. Mungkinkah?
Ikatan Dokter Indonesia (IDI) menekankan swab test perlu dilakukan guna membantu pengendalian penyebaran COVID-19, termasuk swab tes yang Dilakukan secara mandiri oleh masyarakat.
Menurut dia, bila masyarakat punya kesadaran untuk mengetes dirinya, maka pelacakan, penanganan, dan perawatan kasus COVID-19 bakal lebih efektif.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kesadaran untuk tes mandiri ini perlu. Kalau dia memiliki kesadaran dan dia mampu, maka dia akan membentengi diri dan sekitarnya," kata Ketua Umum Pengurus Besar IDI, Daeng Mohammad Faqih, kepada detikcom, Senin (28/9/2020).
Orang yang tahu bahwa dirinya positif COVID-19 akan membentengi diri supaya dia tidak menularkan virus Corona ke orang di sekitarnya. Orang ini nantinya bakal mendorong orang-orang di sekitarnya untuk tes juga, misalnya anak, istri, keluarga, atau koleganya.
"Dengan demikian, maka contact tracing akan meluas secara mandiri," kata Daeng.
Namun, Faqih mengatakan tak semua orang mampu membayar tes tersebut.
"Karena tes itu berbiaya, maka biasanya hanya masyarakat yang mampu dan yang 'well educated' yang melakukan tes mandiri," kata Faqih kepada detikcom, Senin (28/9/2020).
Faqih mengungkapkan harga tes PCR di rumah sakit rata-rata sekitar Rp 1 juta lebih. Masyarakat yang tidak mampu secara ekonomi bakal kesulitan mengaksesnya.
Bila mau terjangkau semua kalangan, menurut dia, harga swab test pun harus ditekan.
IDI punya ide. Alat-alat yang menunjang tes polymerase chain reaction (PCR) perlu diproduksi di dalam negeri. Bila alat-alat itu diproduksi di dalam negeri, harga tes bisa lebih murah.
"Seperti cartridge (untuk tes) harus diproduksi di dalam negeri untuk menekan harga tes," kata Daeng.
Simak juga video 'Alasan Masyarakat Tak Patuh Protokol Kesehatan Versi BPS':
[Gambas:Video 20detik]
Dia menjelaskan komponen PCR yang perlu diproduksi di dalam negeri, antara lain Virus Transfer Media (VTM), cartridge atau reagen ekstraksi, dan cartridge atau reagen pemeriksaan.
Dorongan senada juga disampaikan Pakar epidemiologi dari Universitas Airlangga, Laura Navika Yamani yang meminta pemerintah mengendalikan harga swab test.
"Untuk harga pemeriksaan memang harus diberikan standar oleh pemerintah agar tidak menjadi bisnis bagi beberapa pihak. Selain itu dengan harga yang terjangkau juga dapat mendorong masyarakat untuk melakukan pemeriksaan mandiri terutama masyarakat yang menyadari mereka dengan mobilitas tinggi ataupun meringankan instansi jika biaya terjangkau untuk melakukan pemeriksaan rutin bagi pegawai dengan mobilitas tinggi," kata Laura saat dihubungi detikcom, Minggu (28/9/2020).
Selain itu, Laura mendorong pemerintah untuk melakukan tes PCR (polymerase chain reaction) gratis. Dia menyarankan agar tes dilakukan di kluster dan di masyarakat dengan mobilitas tinggi.
Menurut dia, tes swab sebanyak-banyaknya masih terus harus dilakukan. Hal ini, lanjut Laura, karena angka positivity rate Corona di Indonesia yang masih tinggi.
Menindaklanjuti usulan agar harga swab test terjangkau masyarakat, Ketua Satgas COVID-19 Doni Monardo angkat suara.
"Kemudian menyangkut masalah tes swab, jadi kami sampaikan bahwa BPKP telah memberikan estimasi harga yang sifatnya kontraktual, itu sebesar Rp 439 ribu per spesimen," kata Doni dalam jumpa pers virtual di akun YouTube Sekretariat Presiden, Senin (28/9/2020).
Usulan harga tes swab tak hanya terkait yang sifatnya kontraktual, tapi juga yang mandiri. Untuk harga tes swab mandiri, Doni mengatakan BPKP mengusulkan harga tes swab mandiri sebesar Rp 797 ribu.
"Sedangkan untuk yang sifatnya mandiri, usulan dari BPKP adalah Rp 797 ribu," ujar eks Danjen Kopassus itu.
Doni mengatakan usulan harga tersebut belum dipatenkan saat ini. Usulan harga itu akan dievaluasi oleh Kementerian Kesehatan (Kemenkes) agar tak membebani masyarakat dan pengusaha jasa pemeriksaan laboratorium.
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini