Ada sembilan provinsi yang menjadi prioritas dalam penanganan virus Corona (COVID-19) di Indonesia. Prioritas di sembilan provinsi ini sesuai dengan arahan Presiden Joko Widodo (Jokowi).
"Seperti arahan Presiden tentang penanganan khusus pada provinsi prioritas, pada saat ini ada sembilan provinsi prioritas," kata juru bicara Satgas Penanganan COVID-19 Prof Wiku Adisasmito dalam konferensi pers yang disiarkan channel YouTube Sekretariat Presiden, Kamis (17/9/2020).
Ada sejumlah pertimbangan yang mendasari prioritas di sembilan provinsi tersebut. Pertimbangannya meliputi jumlah kasus aktif hingga laju kematian.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Pertimbangan pemilihan provinsi prioritas ini adalah karena jumlah kasus aktifnya, kedua dari laju insidensi atau kecepatan penambahan kasus, ketiga adalah dari persentase kematian, keempat adalah dari laju kematian, dan yang terakhir karena karakteristik wilayahnya," ujar Wiku.
Berikut ini sembilan provinsi prioritas penanganan Corona beserta pertimbangannya:
1. Sumatera Utara
Terjadi kecenderungan peningkatan risiko kabupaten/kota di Sumatera Utara dalam sepekan terakhir. Sementara itu, hanya ada satu kabupaten di Sumatera yang bebas dari Corona, yaitu Kabupaten Nias.
"Di Sumatera Utara ini cenderung terjadi peningkatan status risiko kabupaten/kotanya pada seminggu terakhir. (Sebanyak) 27 dari 33 kabupaten/kota berzona oranye, dan hanya 1 kabupaten/kota yang tidak terdampak, yaitu Nias," jelas Wiku.
Kota Medan menjadi penyumbang 50 persen kasus aktif di provinsi ini. Wiku meminta pemerintah daerah setempat menurunkan kasus di Kota Medan agar kondisi COVID-19 di Sumatera Utara semakin baik.
"Sedangkan di Sumatera Utara, penyumbang 50 persen jumlah kasus terpusat pada satu daerah, yaitu Kota Medan. Kami mohon, apabila terjadi proses penurunan jumlah kasus di Kota Medan secara khsususnya, kondisi Sumatera Utara akan meningkat dengan baik," ungkapnya.
2. DKI Jakarta
DKI Jakarta menempati posisi kedua kenaikan kasus tertinggi nasional. Ibu Kota juga menjadi provinsi dengan jumlah kasus tertinggi.
"DKI Jakarta adalah peringkat kedua nasional kenaikan kasus tertinggi, merupakan peringkat pertama nasional jumlah kasus tertinggi," ujar Wiku.
Tidak ada wilayah di DKI Jakarta yang berstatus zona hijau maupun kuning. Wiku pun meminta Pemprov DKI Jakarta memperbaiki kinerja penanganan COVID-19 di wilayahnya.
"Dan tidak ada kota yang berzona kuning maupun hijau di DKI Jakarta. Ini menjadi perhatian nasional agar kinerjanya bisa diperbaiki," tuturnya.
3. Jawa Barat
Sebanyak lima kabupaten/kota di Jawa Barat menjadi daerah penyangga DKI Jakarta. Mayoritas kasus di Jawa Barat juga berasal dari lima daerah tersebut, yaitu Bekasi, Kabupaten Bekasi, Kota Bogor, Kabupaten Bogor, dan Kota Depok.
"(Lima kabupaten/kota) penyumbang kasus tertinggi di Jawa Barat sebesar 70 persen. Dan lima daerah ini adalah lima daerah penyangga dari DKI Jakarta yang berasal dari Jawa Barat," kata Wiku.
Tidak ada wilayah berstatus zona hijau di Jawa Barat. Kenaikan kasus positif pun terjadi secara signifikan dalam sepekan terakhir.
"Di Jawa Barat tidak ada kabupaten/kota yang berzona hijau, dan kenaikan kasus positif sebesar 9,3 persen selama seminggu terakhir ini. Ini adalah perlu menjadi perhatian agar betul-betul kondisi terutama daerah yang menempel di DKI Jakarta dapat diturunkan kasusnya agar memperbaiki kinerja provinsi Jawa Barat," ujarnya.
4. Jawa Tengah
Terdapat penambahan kasus positif selama empat minggu berturut-turut di Jawa Tengah. Lebih dari setengah kasus positif berasal dari Kota Semarang.
"Per tanggal 13 September, mengalami kenaikan kasus mingguan sebesar 52 persen. 53 persen kasus positif berasal dari Kota Semarang," ungkap Wiku.
Persentase kematian di Jawa Tengah lebih tinggi daripada persentase nasional. Sementara itu, 30 daerah di Jawa Tengah juga berstatus zona oranye.
"Persentase kematian ini juga lebih tinggi dari nasional, yaitu 6,45 persen. Sebanyak 30 dari 35 kabupaten/kota di Semarang berada dalam zona oranye. Mari kita bekerja bersama-sama, bersama pemda dan masyarakat untuk memperbaiki kondisi ini di Jawa Tengah agar terjadi peningkatan kualitas pengamanan pada keselamatan manusia, terutama masyarakat di Jawa Tengah," jelasnya.
5. Jawa Timur
Sama seperti Jawa Tengah, persentase kematian di Jawa Timur juga lebih tinggi dari persentase nasional. Sebanyak 35 persen kasus positif ditemukan di Kota Surabaya.
"Persentase kematian lebih tinggi dari nasional, yaitu 7,25 persen. Kami perlu sampaikan angka ini adalah angka yang sangat tinggi. Mari kita bekerja bersama-sama untuk dapat menurunkan persentase angka kematian ini sehingga bisa di bawah rata-rata nasional. 35 persen kasus positif itu berasal dari Kota Surabaya. Apabila kita memperbaiki kondisi di Kota Surabaya akan berkontribusi cukup besar di dalam kinerja Provinsi Jawa Timur," ungkap Wiku.
Mayoritas daerah di Jawa Timur juga berstatus zona oranye. Sementara itu, provinsi ini menempati peringkat keempat laju kematian tertinggi.
"(Sebanyak) 28 dari 38 kabupaten/kota berada di zona oranye. Peringkat keempat kecepatan laju kematian tertinggi di Indonesia. Jadi Jawa Timur menjadi peringkat keempat dalam laju kematian tertinggi. Apabila ini bisa dikoreksi, maka kondisi nasional akan berubah besar," ucapnya.
6. Bali
Provinsi Bali mengalami kenaikan kasus positif mingguan yang cukup signifikan selama 4 minggu berturut-turut. Kasus kematian akibat COVID-19 di Bali juga mengalami kenaikan dalam satu minggu terakhir.
"Bali juga menduduki peringkat keempat dari provinsi dengan insidensi kasus tertinggi, yaitu 171,39 per 100 ribu penduduk. Kenaikan kematian tertinggi selama 1 minggu terakhir, yaitu 72 persen," kata Wiku.
Hal itu disebut Wiku perlu menjadi perhatian untuk pemerintah daerah di Bali. Sementara itu, enam daerah di Bali berstatus zona merah.
"Dan dari sembilan kabupaten/kota, enam di antaranya merupakan zona merah dan tiga zona oranye. Ini perlu menjadi perhatian Pemerintah Provinsi Bali dan seluruh pemerintah kabupaten/kota yang berada di Bali," ujarnya.
7. Kalimantan Selatan
Terdapat kenaikan kasus positif di Kalimantan Selatan. Proporsi kasus kematiannya pun mencapai lebih dari 4 persen.
"Kenaikan kasus positif sebesar 10,3 persen. Peningkatan kasus ini tinggi terdapat di Kota Banjarmasin, Kabupaten Kota Baru, dan Kabupaten Tapin. Proporsi angka kematiannya untuk Kalimantan Selatan adalah 4,16 persen," ujar Wiku.
Di sisi lain, Kalimantan Selatan mengalami perbaikan zona risiko. Wiku meminta kondisi itu terus ditingkatkan.
"Ada perbaikan signifikan dari zona risiko. Kabupaten/kota risiko tinggi berkurang menjadi 3 kabupaten/kota, dan risiko sedang menjadi 10 kabupaten/kota. Kondisi ini harus diperbaiki dari waktu ke waktu," tuturnya.
8. Sulawesi Selatan
Peningkatan kasus positif terjadi di Sulawesi Selatan selama 4 minggu sebelumnya, dan pada minggu terakhir mengalami penurunan. Terdapat 3 wilayah dengan kenaikan kasus yang signifikan.
"Dan minggu terakhir mengalami penurunan sebesar 18,7 persen dari minggu sebelumnya. Kabupaten/kota yang mengalami kenaikan kasus signifikan yaitu Kabupaten Luwu Timur, Kabupaten Bone, dan Kabupaten Kepulauan Selayar," jelas Wiku.
Kota Makassar menyumbang lebih dari setengah kasus positif di Sulawesi Selatan. Wiku meminta hal itu menjadi perhatian pemerintah daerah setempat.
"Proporsi kematian sebesar 2,85 persen dan Kota Makassar menyumbangkan 55,5 persen kematian di Sulawesi Selatan dalam pekan terakhir. Kami mohon perhatian untuk Makassar, pimpinan Kota Makassar agar betul-betul dapat menekan dan menyelamatkan jiwa dari masyarakat yang tertular oleh COVID," ujarnya.
9. Papua
Kenaikan kasus terjadi secara signifikan selama 5 pekan terakhir di Papua. Angka kesembuhan pun dilaporkan menurun.
"Kenaikan kasus signifikan dalam 5 pekan terakhir, sebesar 43,2 persen dari pekan sebelumnya. Angka kesembuhannya mengalami sedikit penurunan dari pekan sebelumnya, yaitu dari 79,7 persen menjadi 76 persen. Ini harus ditingkatkan kembali agar banyak masyarakat yang bisa segera sembuh dan selamat," ungkap Wiku.
Masih ada 13 daerah yang berstatus zona hijau di Papua. Zona risiko rendah pun bertambah menjadi 8 daerah.
"Sedangkan zona hijau terdapat di 13 kabupaten/kota atau sekitar 44,83 persen, dan zona risiko sedang berkurang menjadi 8 kabupaten/kota atau 27,69 persen. Sedangkan zona risiko rendah bertambah menjadi 8 kabupaten/kota yaitu 27,59 persen," jelasnya.