Data Okupansi RS DKI dan Peringatan Pemerintah ke Anies Sedari Juli

Round-Up

Data Okupansi RS DKI dan Peringatan Pemerintah ke Anies Sedari Juli

Tim detikcom - detikNews
Senin, 14 Sep 2020 21:40 WIB
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan (Facebook Pemprov DKI Jakarta)
Foto: Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan (Facebook Pemprov DKI Jakarta)
Jakarta -

Data okupansi tempat tidur di rumah sakit rujukan COVID-19 di Jakarta diungkap oleh Gubernur DKI Anies Baswedan. Namun, pemerintah pusat mengaku telah memperingatkan soal hal itu sedari bulan Juli.

Sebagaimana diketahui, Gubernur Anies Baswedan memprediksi tempat tidur isolasi Corona akan penuh pada 17 September nanti. Situasi tersebut disebabkan oleh peningkatan jumlah kasus COVID-19 yang terjadi sejak pemberlakuan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) transisi.

"Kita memasuki masa transisi, dan apa yang terjadi? Secara bertahap, terutama di bulan Agustus, kita mulai menyaksikan peningkatan jumlah kasus. Persentase dari tempat tidur yang digunakan naik. Ambang batasnya 4.053," kata Anies dalam konferensi pers di Balai Kota DKI Jakarta, Jakarta Pusat, Rabu (9/9/2020).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Data inilah yang menjadi pertimbangan Anies untuk memberlakukan PSBB versi ketat. Sebab, diperkirakan tempat tidur isolasi itu tidak akan mampu lagi menampung pasien pada 17 September.

"Bila situasi ini berjalan terus, tidak ada pengereman, maka dari data yang kita miliki, bisa dibuat proyeksi 17 September tempat tidur isolasi yang kita miliki akan penuh dan sesudah itu tidak mampu menampung pasien COVID lagi dan ini waktunya tinggal sebentar," sambung Anies.

ADVERTISEMENT


Sementara itu, Satgas Penanganan COVID-19 menjelaskan alasan pemerintah pusat turun tangan mengatasi okupansi RSUD di Ibu Kota. Pemerintah pusat menilai ada persoalan pada pendataan okupansi yang belum real time dan terdata dengan baik.

"Masalahnya isunya yang muncul kan adalah katanya rumah sakit tidak cukup, rumah sakit tidak cukup, penuh, dan seterusnya," kata juru bicara Satgas Penanganan COVID-19 Wiku Adisasmito saat dihubungi, Sabtu (12/9/2020).

Wiku menjelaskan yang sesungguhnya terjadi adalah adanya permasalahan pada pendataan secara real time. Dia pun menyebut selama ini yang dilakukan Pemprov DKI adalah pengisian data secara manual sehingga tidak punya data real time terkait rumah sakit yang penuh atau yang tidak.

"Sebenarnya yang terjadi adalah tempat tidur yang ada untuk ruang isolasi atau ICU itu kan pendataannya belum real time, pendataan keterisiannya belum real time, belum interoperabilitas dari data atau sistem tentang keterisian tempat tidur rujukan COVID belum ada," papar Wiku.

Namun, Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto menjamin rumah sakit-rumah sakit di Jakarta masih mampu menampung pasien COVID-19.

"Khusus untuk DKI Jakarta berdasarkan dari pengecekan langsung, pengamatan, dan juga sidak di lapangan, per 13 September 2020 pukul 12 siang, dapat kami sampaikan, bahwa untuk DKI Jakarta masih mampu melakukan perawatan pasien COVID-19," kata Terawan dalam keterangan pers yang disampaikan lewat siaran kanal YouTube Sekretariat Presiden, Senin (14/9/2020).

Dia menjelaskan perihal ketersediaan tempat tidur baik di ruang-ruang isolasi untuk pasien bergejala sedang, juga tempat tidur di ruang-ruang ICU untuk pasien bergejala berat. Berikut ini angka rincian yang disampaikan Terawan.

Data Okupansi RSUD DKI 14 September: ICU Tinggal 5 Kamar
Ruang isolasi untuk pasien bergejala sedang:
- Total: 4.271 tempat tidur
- Masih kosong: 1.088 tempat tidur

"Dalam beberapa hari ke depan, ruang isolasi ini akan ditambah 1.022 tempat tidur, sehingga menjadi 5.293 tempat tidur," kata Terawan.

Terkait data okupansi ini, Ketua Satgas Penanganan COVID-19 Letjen Doni Monardo mengaku pada akhir Juli lalu sudah mengingatkan Anies perihal tren peningkatan okupansi tempat tidur di rumah sakit di DKI Jakarta.

"Saya sejak tanggal 23 Juli yang lalu sudah menyampaikan kepada Gubernur DKI tentang tren peningkatan bed occupancy rate di wilayah Jakarta. Ada 67 RS rujukan COVID," kata Doni dalam jumpa pers yang disiarkan kanal YouTube Sekretariat Presiden, Senin (14/9/2020).

Doni mengakui, dari 67 rumah sakit rujukan COVID, 20 di antaranya memang okupansi tempat tidur di ICU-nya penuh. Namun, dia menegaskan masih ada 47 rumah sakit lain yang tersedia.

"Ada 20 yang memang penuh 100%, tetapi masih ada 47 rumah sakit COVID lainnya yang mana ruang ICU-nya masih cukup, masih cukup longgar," katanya.

Kepala BNPB itu juga mengungkapkan Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto pun telah menambah kapasitas ruang ICU di rumah sakit milik pemerintah dan BUMN. Setidaknya, ada 40 rumah sakit yang kapasitas ICU-nya ditambah.

"Bahkan Bapak Menteri Kesehatan telah menambah kapasitas ICU untuk hampir 40 rumah sakit COVID, terutama milik pemerintah pusat dan BUMN. Jadi kekhawatiran bahwa pada tanggal 17 September yang akan datang itu rumah sakit penuh semua, mudah-mudahan ya mudah-mudahan bisa kita atasi dengan baik," tutur Doni.

Lebih lanjut, Doni mengatakan saat ini pemerintah juga telah menyiapkan ruang isolasi di Rumah Sakit Darurat (RSD) COVID-19 Wisma Atlet. Menurutnya, saat ini masih ada ribuan kamar yang kosong.

"Ya mudah-mudahan tidak terisi. Kemudian pemerintah juga telah menyiapkan dukungan kepada daerah yang kasusnya tinggi agar bisa memanfaatkan hotel. Nah, kami sudah bekerja sama dengan Puskes TNI dan Mabes TNI untuk bekerja sama dengan hotel-hotel yang selama ini telah menerima WNI kita yang pulang dari luar negeri," kata dia.

Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads