Data okupansi tempat tidur di rumah sakit rujukan COVID-19 di Jakarta diungkap oleh Gubernur DKI Anies Baswedan. Namun, pemerintah pusat mengaku telah memperingatkan soal hal itu sedari bulan Juli.
Sebagaimana diketahui, Gubernur Anies Baswedan memprediksi tempat tidur isolasi Corona akan penuh pada 17 September nanti. Situasi tersebut disebabkan oleh peningkatan jumlah kasus COVID-19 yang terjadi sejak pemberlakuan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) transisi.
"Kita memasuki masa transisi, dan apa yang terjadi? Secara bertahap, terutama di bulan Agustus, kita mulai menyaksikan peningkatan jumlah kasus. Persentase dari tempat tidur yang digunakan naik. Ambang batasnya 4.053," kata Anies dalam konferensi pers di Balai Kota DKI Jakarta, Jakarta Pusat, Rabu (9/9/2020).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Data inilah yang menjadi pertimbangan Anies untuk memberlakukan PSBB versi ketat. Sebab, diperkirakan tempat tidur isolasi itu tidak akan mampu lagi menampung pasien pada 17 September.
"Bila situasi ini berjalan terus, tidak ada pengereman, maka dari data yang kita miliki, bisa dibuat proyeksi 17 September tempat tidur isolasi yang kita miliki akan penuh dan sesudah itu tidak mampu menampung pasien COVID lagi dan ini waktunya tinggal sebentar," sambung Anies.
Sementara itu, Satgas Penanganan COVID-19 menjelaskan alasan pemerintah pusat turun tangan mengatasi okupansi RSUD di Ibu Kota. Pemerintah pusat menilai ada persoalan pada pendataan okupansi yang belum real time dan terdata dengan baik.
"Masalahnya isunya yang muncul kan adalah katanya rumah sakit tidak cukup, rumah sakit tidak cukup, penuh, dan seterusnya," kata juru bicara Satgas Penanganan COVID-19 Wiku Adisasmito saat dihubungi, Sabtu (12/9/2020).
Wiku menjelaskan yang sesungguhnya terjadi adalah adanya permasalahan pada pendataan secara real time. Dia pun menyebut selama ini yang dilakukan Pemprov DKI adalah pengisian data secara manual sehingga tidak punya data real time terkait rumah sakit yang penuh atau yang tidak.
"Sebenarnya yang terjadi adalah tempat tidur yang ada untuk ruang isolasi atau ICU itu kan pendataannya belum real time, pendataan keterisiannya belum real time, belum interoperabilitas dari data atau sistem tentang keterisian tempat tidur rujukan COVID belum ada," papar Wiku.
Namun, Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto menjamin rumah sakit-rumah sakit di Jakarta masih mampu menampung pasien COVID-19.
"Khusus untuk DKI Jakarta berdasarkan dari pengecekan langsung, pengamatan, dan juga sidak di lapangan, per 13 September 2020 pukul 12 siang, dapat kami sampaikan, bahwa untuk DKI Jakarta masih mampu melakukan perawatan pasien COVID-19," kata Terawan dalam keterangan pers yang disampaikan lewat siaran kanal YouTube Sekretariat Presiden, Senin (14/9/2020).
Dia menjelaskan perihal ketersediaan tempat tidur baik di ruang-ruang isolasi untuk pasien bergejala sedang, juga tempat tidur di ruang-ruang ICU untuk pasien bergejala berat. Berikut ini angka rincian yang disampaikan Terawan.
Data Okupansi RSUD DKI 14 September: ICU Tinggal 5 Kamar
Ruang isolasi untuk pasien bergejala sedang:
- Total: 4.271 tempat tidur
- Masih kosong: 1.088 tempat tidur
"Dalam beberapa hari ke depan, ruang isolasi ini akan ditambah 1.022 tempat tidur, sehingga menjadi 5.293 tempat tidur," kata Terawan.