Sheikh Abdurrahman as-Sudais, Ulama yang Pro-Kerajaan Saudi

Saudi dan Ulama

Sheikh Abdurrahman as-Sudais, Ulama yang Pro-Kerajaan Saudi

Rakhmad Hidayatulloh Permana - detikNews
Minggu, 13 Sep 2020 09:21 WIB
Syeikh Abdurrahman as-Sudais (ANTARA Foto)
Sheikh Abdurrahman as-Sudais (Foto: dok. Antara Foto)
Mekkah -

Kerajaan Arab Saudi menuai kehebohan setelah menangkap qari ternama Sheikh Abdullah Basfar. Pandangan Basfar ini berbeda dengan Imam Masjidil Haram Sheikh Abdurrahman as-Sudais, yang pro-Kerajaan dan ingin Saudi-Israel berdamai.

Ulama yang memiliki nama lengkap Sheikh Abdurrahman bin Abdul Aziz bin Muhammad as-Sudais ini lahir di Riyadh pada 10 Februari 1960. Dia kini menjabat imam dan Khatib Masjidil Haram sekaligus sebagai Ketum Pengurus Masjidil Haram.

Dia menyelesaikan studi magisternya dengan predikat cum laude dari Universitas Islam Imam Muhammad bin Saud, Fakultas Syari'ah Jurusan Ushul Fiqih. Namun ia kemudian dikenal luas di kalangan umat Islam dunia sebagai qari bersuara merdu. Album rekaman qiroahnya tersebar di berbagai platform digital.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

ADVERTISEMENT

Namun Sheikh As-Sudais bukanlah sosok ulama yang kerap mengkritik kerajaan. Dia bahkan memiliki pandangan yang sering kali sejalan dengan arah politik Kerajaan.

Misalnya, pada Juni 2019, Sheikh As-Sudais turut mengutuk serangan yang dilancarkan oleh milisi Houthi di Bandara Abha, Yaman. Dalam konflik di Yaman, Houthi merupakan musuh pasukan yang dipimpin oleh Arab Saudi. Selain itu, Houthi didukung oleh Iran, yang notabene musuh politik Saudi.

Seperti dilansir Antara, Kamis (13/6/2019), Sheikh As-Sudais mengutuk serangan milisi Houthi dan menyebutnya melanggar syariah. "Tindakan ini tidak ditolerir oleh syariah, adat, atau norma apa pun. Ia tak lain adalah kerusakan di muka bumi," ujar sang Imam Masjidil Haram. Kendati demikian, kutukan itu tak pernah diarahkan untuk pasukan dari kubu Saudi.

Sang imam baru-baru ini juga sempat melontar penyataan kontroversial. Dia telah menyebabkan kehebohan di media sosial setelah ditafsirkan oleh beberapa orang sebagai awal normalisasi Saudi dengan Israel.

Seperti dilansir Middle East Eye, Sudais menyampaikan khotbah Jumat (4/9/2020) tentang dialog dan kebaikan kepada nonmuslim, membuat referensi khusus untuk orang Yahudi.

Komentar itu muncul kurang dari empat minggu setelah Uni Emirat Arab dan Israel mengumumkan rencana menormalisasi hubungan diplomatik di tengah spekulasi mengenai apakah Arab Saudi akan mengikuti.

Tonton juga 'Sheikh Abdullah Basfar, Ulama Terkemuka yang Ditangkap Saudi':

[Gambas:Video 20detik]

Imam itu mendesak jemaah menghindari 'kesalahpahaman tentang keyakinan yang benar di hati yang berdampingan dengan hubungan yang sehat dalam pertukaran antarpribadi dan hubungan internasional'.

Dia melanjutkan dengan menyebutkan beberapa cerita dari kehidupan Nabi Muhammad, yang menjaga hubungan baik dengan nonmuslim. "Ketika jalannya dialog manusia yang sehat diabaikan, bagian-bagian peradaban masyarakat akan bertabrakan, dan bahasa yang akan menjadi lazim adalah kekerasan, pengucilan, dan kebencian," ujar sang imam.

Dia menekankan pentingnya tetap patuh terhadap para pemimpin dan otoritas serta menyadari faksi dan kelompok yang sesat.

Pernyataan itu menuai kritik di media sosial, dengan banyak pengguna menuduh Sudais menyalahgunakan masjid paling suci Islam.

Untuk diketahui, kesepakatan normalisasi antara Israel dan UEA telah menimbulkan kekhawatiran tentang status sensitif Al-Aqsa, situs tersuci ketiga dalam Islam.

Ini bukan pertama kalinya Sudais menimbulkan kontroversi. Pada 2017, dia dikritik karena mengklaim dalam sebuah wawancara TV bahwa Presiden AS Donald Trump, AS, dan Arab Saudi mengarahkan dunia menuju perdamaian.

Dia juga dicemooh selama ceramah yang dia berikan di sebuah masjid di Jenewa pada 2018 ketika dia ditanya oleh seorang anggota hadirin: "Bagaimana Anda bisa menguliahi kami tentang perdamaian saat Anda memboikot dan membuat kelaparan saudara-saudara Anda di Yaman dan Qatar?"

Arab Saudi tidak memiliki hubungan diplomatik resmi dengan Israel, tetapi negara-negara Teluk Arab semakin dekat hubungan publiknya dengan Israel dalam beberapa tahun terakhir. Hal itu didorong oleh persaingan bersama mereka dengan Iran dan keuntungan menghubungkan ekonomi mereka.

Pandangan As-Sudais ini jelas bertolak belakang dengan ulama yang menolak modernisasi. Dilansir Middle East Monitor (MEMO), Selasa (8/9) akun Twitter the Prisoners of Conscience menyampaikan bahwa Sheikh Basfar ditangkap pada Agustus lalu, tanpa memberikan rincian lebih lanjut tentang bagaimana dan di mana dia ditangkap.

Basfar adalah seorang profesor di departemen Sharia dan Islamic Studies di King Abdul Aziz University di Jeddah. Ia juga mantan Sekretaris Jenderal Organisasi Kitab dan Sunnah Dunia.

Laporan tentang penahanan Sheikh Basfar bertepatan dengan laporan tentang penahanan Sheikh Saud al-Funaisan, yang ditangkap pada Maret.

Isu yang berkembang di masyarakat Saudi, penangkapan ulama ini dikaitkan dengan kritik terhadap sang putra mahkota Mohammed bin Salman (MBS).

Sejak 2017, ketika putra mahkota mengambil alih kekuasaan, dia telah menindak ulama, jurnalis, akademisi, dan aktivis dunia maya atas pandangan kritis mereka tentang cara dia memerintah negara dan rencananya mengubah Arab Saudi menjadi sekuler.

Halaman 2 dari 2
(rdp/fay)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads