Santriwati yang terpapar virus Corona di Pondok Pesantren (Ponpes) Salafiyah Parappe di Kabupaten Polewali Mandar (Polman), Sulawesi Barat (Sulbar), bertambah satu orang. Tercatat, sudah ada 18 santriwati yang terkonfirmasi COVID-19.
"Betul, hari ini ada lagi satu santri yang diumumkan terkonfirmasi COVID-19 dan sudah dirujuk ke rumah sakit unjuk jalani perawatan lebih lanjut," kata Kepala UPTD Puskesmas Campalagian, H Ramlah, kepada wartawan, Jumat (11/9/2020).
Guna mengantisipasi penyebaran virus semakin meluas, Satgas COVID-19 Polman langsung melakukan pertemuan lintas sektor untuk memperketat pengawasan. Pertemuan dihadiri pengelola Ponpes Salafiyah Parappe berlangsung di Aula Kantor Camat Campalagian.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pertemuan menghasilkan sejumlah kesepakatan, di antaranya memperketat penerapan protokol kesehatan di lingkungan ponpes, melarang semua santri/santriwati dan pembina keluar-masuk ponpes. Dan sementara waktu membatasi kunjungan orang tua santri/santriwati.
![]() |
Satu-satunya poin rekomendasi yang belum mendapat kesepakatan dari pihak ponpes adalah rencana pelaksanaan rapid test atau swab test pada semua kontak erat santriwati terkonfirmasi COVID-19.
"Seperti yang kami sampaikan, kami di pondok pesantren mengutamakan kebersamaan, masalah sekecil apa pun itu harus diselesaikan secara bersama. Masalah tawaran ini insyaallah kami akan bicarakan, bagaimana keputusan dalam forum, itu yang akan kami lakukan. Bukan menolak hanya kami meminta tenggang waktu untuk membicarakan ini dulu," kata salah seorang pengelola Ponpes Salafiyah Parappe, Ustaz Suaib Jawas.
Menurut dia, selama ini pihaknya telah berupaya maksimal mengantisipasi penularan virus Corona di lingkungan ponpes. Dia mengatakan untuk membuka ponpes pun pihaknya sudah menerapkan protokol.
Menanggapi hal tersebut, Sekretaris Satgas COVID-19 Polman, Andi Bebas Manggazali, mengatakan akan terus melakukan pendekatan dengan pihak ponpes agar langkah pencegahan penularan virus Corona berjalan lancar. Dia mengaku terjadi miskomunikasi dengan pihak ponpes setelah identitas santriwati yang diketahui terpapar virus Corona, tersebar luas di medsos.
![]() |
"Pertama, kami adakan pendekatan dengan pihak pengelola pondok pesantren, seperti apa kita membangun sinergitas bersama gugus tugas kabupaten dan kecamatan, untuk mengantisipasi semakin banyaknya penyebaran virus COVID ini," ujarnya.
"Sebenarnya bukan tidak mau, adanya media sosial yang mengekspose pondok pesantren ini menyebut nama-nama (santriwati) yang positif terpapar, padahal itu harusnya dirahasiakan. Ini ada ketersinggungan, ada miskomunikasi, sehingga kami coba dari gugus tugas kabupaten dan kecamatan untuk melakukan pendekatan. Insyaallah 14 hari setelah inkubasi, kami akan adakan pendekatan lagi untuk dilakukan swab," terangnya.
Usai melakukan pertemuan, Satgas COVID-19 Polman mengunjungi Ponpes Salafiyah Parappe. Dengan mengenakan alat pelindung diri (hazmat), Satgas berkeliling melihat kondisi para santri dan santriwati yang menjalani karantina di asrama masing-masing serta memantau kesiapan ponpes yang memberlakukan lockdown lokal.
"Ada delapan langkah-langkah yang harus kami sepakati tadi, yang sangat riskan itu, langkah-langkah yang kami ambil mulai saat dia (santri) itu bangun hingga tidur kembali. Pertama pada saat dia tidur kan harusnya atur jarak, tapi kapasitas ruangan tidak memungkinkan, dalam ukuran 7x8 itu diisi sampai 25 orang. Sehingga kami sarankan kepada pihak ponpes, agar, kan ini tidak ada lagi pembelajaran, sehingga tempat kelas yang digunakan untuk belajar, dimanfaatkan sebagai tempat tidur," pungkas Bebas.
(jbr/jbr)