Tentu saja surat di atas bukan dalam bahasa aslinya, yakni bahasa Jerman. Dalam bahasa aslinya, Otto von Bismarck menggunakan istilah 'adjutant' yang dalam bahasa Prancis adalah 'aide de camp', merupakan prajurit pangkat rendah. Rasa nasionalisme Prancis menjadi terluka oleh pilihan kata dalam surat itu, karena utusannya disamakan dengan prajurit pangkat rendahan.
Otto von Bismarck sendiri menuliskan dalam bukunya, rilis pers yang dia tulis di atas bersifat lebih tegas ketimbang versi aslinya. Ibaratnya, dia memicu seekor banteng mengamuk. "Ini bakal seperti kain merah terhadap banteng Galia (Prancis)," kata Bismarck.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: Menghidupkan perang Napoleon di Leipzig |
Ilmuwan politik dari Universitas Freie Berlin dan London School of Economics, Mareike Klaine, memberikan tinjauan. Otto von Bismarck sengaja menghilangkan elemen kalimat yang bersifat mendamaikan dari surat versi pertama. Bismarck mendramatisasi aspek konfrontasi sehingga memicu kemarahan Jerman dan Prancis sekaligus.
"Bismarck ingin mempercepat respons dari pihak musuh, yang telah menganggap diri sendiri punya kekuatan yang lebih besar," kata Klaine, dilansir The Observer via The Guardian lewat tulisan Philip Oltermann.
"Rencana dia (Bismarck) berhasil: Prancis meluncurkan serangan menuju peperangan yang menyebabkan mereka sendiri kalah," kata Kleine.
Apakah yang disampaikan Bismarck di atas adalah hoax? Dilansir Antara via Kominfo, hoax merupakan informasi yang direkayasa untuk menutupi informasi sebenarnya, atau juga bisa diartikan sebagai upaya pemutarbalikan fakta menggunakan informasi yang meyakinkan tetapi tidak dapat diverifikasi kebenarannya.
Hoax juga bisa diartikan sebagai tindakan mengaburkan informasi yang sebenarnya, dengan cara membanjiri suatu media dengan pesan yang salah agar bisa menutupi pesan yang benar. Pengertian tersebut disampaikan oleh Ketua Komunitas Masyarakat Indonesia Anti Fitnah, Septiaji Eko Nugroho, bukan dalam konteks pembahasan Otto von Bismarck tentu saja, melainkan dalam pembahasan maraknya hoax di Indonesia dewasa ini.
(dnu/fjp)