Jakarta -
Hoax yang disiarkan oleh Prada Muhammad Ilham menjadi masalah. Kabar yang menyimpang dari fakta telah memprovokasi kemarahan teman-teman Prada Ilham untuk menyerang Polsek Ciracas. Kabar pelintiran juga pernah mengobarkan kerusuhan dalam skala lebih besar, yakni peperangan dengan puluhan ribu korban jiwa.
Ini adalah kisah dari keterangan pers tertulis yang disunting sedemikian rupa sehingga menjadi kabar penyulut emosi. Keterangan pers ini membuat dua negara saling berperang. Ngerinya, hal itu dibikin dengan sengaja supaya menyulut perang.
Rilis pers beracun itulah yang menyulut Perang Prancis-Jerman (Franco-Prussian War) pada 1870-1871. Gara-gara perang yang disulut urusan segelintir politikus itu, puluhan ribu nyawa orang jadi melayang.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dilansir Encyclopaedia Britannica, diakses detikcom pada Jumat (4/9/2020), pihak Jerman kehilangan nyawa 8.500 pria ditambah 460 aparatnya. Di pihak Prancis, 17 ribu orang tewas. Jerman memang menang, tapi hoax mengawali kemenangan ini.
Soal rilis pers penyulut perang
Cerita ini disarikan dari buku 'Western Civilization: A Brief History' karya Jackson J Spelvogel, 'Bismarck: The Man & The Statesman' karya Bismarck sendiri, 'Perempuan Naga' karya David Michael Lindsey, hingga Encyclopaedia Britannica.
Pada 1870, Pangeran Leopold Jerman ditawari menjadi penguasa Spanyol oleh wangsa Katolik Hohenzollern-Sigmaringen, wangsa yang menaungi Leopold. Saat itu, sedang terjadi kekosongan takhta di Spanyol. Tetangga Spanyol, yakni Prancis, tidak terima bila takhta Spanyol diserahkan kepada orang Jerman.
Kaisar Prancis bernama Napoleon III berang. Pangeran Leopold sadar, perebutan takhta Spanyol bisa memicu peperangan Prancis vs Jerman, maka Pangeran Leopold akhirnya menolak tawaran menjadi raja di Spanyol. Meski begitu, Kaisar Prancis Napoleon III belum puas dengan penolakan secara lisan dari Pangeran Leopold.
Pangeran Leopold adalah kerabat dari Kaisar Jerman-Raja Prusia, yakni Wilhelm I. Untuk memastikan tak ada lagi ningrat Jerman yang berambisi merebut takhta Spanyol, Napoleon III menghubungi Wilhelm I.
Pada 13 Juli 1870, di tempat tetirah bernama Bad Ems kawasan Kurpark, Raja Prusia Wilhelm I dimintai garansi oleh Prancis agar Wilhelm I menjamin tidak akan ikut pencalonan menjadi penguasa Spanyol. Pihak yang meminta garansi itu adalah Duta Besar Prancis Vincent Benedetti, yang diperintahkan oleh Menteri Luar Negeri Prancis.
Tonton juga 'Polsek Ciracas Diserang Gegara Hoax, DPR Soroti Penggunaan Medsos':
[Gambas:Video 20detik]
Melangkahlah Dubes Prancis Benedetti mendekati Wilhelm I yang sedang berjalan. Percakapan keduanya berlangsung sopan dan santun, meski akhirnya Wilhelm I menolak memberikan garansi bahwa dirinya tidak akan mencalonkan diri menjadi penguasa Spanyol.
Setelah rampung lobi-lobi politik itu, Wilhelm I meminta seorang stafnya bernama Heinrich Abeken menulis laporan dari peristiwa tersebut. Laporan tersebut harus dikirimkan ke Kanselir Prusia, Otto von Bismarck, yang berkantor di Berlin. Raja Wilhelm I ingin Bismarck membuat rilis pers untuk diterbitkan ke media dan para duta besar.
Otto von Bismarck adalah politikus yang punya ambisi politik. Selama ini Prusia belum bisa merangkul wilayah Jerman selatan. Bila perang Prusia versus Prancis berkobar, Jerman selatan bakal bersatu dengan Prusia dan wilayah Prusia bertambah besar. Maka Bismarck ingin agar perang berkobar supaya Prusia bertambah besar.
Bagaimana cara mengobarkan perang antara Prancis vs Prusia? Edit saja surat dari Raja Wilhelm I itu sebelum menjadi rilis pers. Nantinya, media-media bakal memuat berita yang bikin panas kuping Prancis. Harapannya, Prancis menjadi terpancing untuk perang.
Begini perbandingan suratnya, dikutip dari German History in Documents and Images:
Versi asli dari Heinrich Abeken, staf Raja Prusia Wilhelm I:
Yang Mulia Raja (Wilhelm I -red) menyurati saya:
"Bapak Benedetti menghentikan langkah saya di jalan untuk meminta dengan amat sangat bahwa saya harus mengizinkan dia mengirim telegram segera ke Paris, bahwa saya tidak akan pernah mengizinkan pencalonan wangsa Hohenzollern di kemudian hari sampai waktu yang tidak ditentukan. Saya menolak untuk menyetujuinya, dan terakhir dengan berat hati saya menyampaikan ke dia bahwa seseorang tidak boleh dan tidak bisa berasumsi bahwa kewajiban seperti itu bakal berlaku selama-lamanya. Tentu saja, saya menyampaikan ke dia bahwa saya belum menerima kabar. Karena dia mendapat kabar dari Paris dan Madrid lebih awal ketimbang saya, dia bisa dengan mudah memahami kenapa pemerintahan saya sekali lagi keluar dari masalah ini."
Kemudian, Yang Mulia menerima laporan resmi dari Pangeran (Charles Anthony). Sebagaimana yang beliau sampaikan ke Count Benedetti bahwa dia menantikan kabar dari Pangeran Yang Mulia sendiri, untuk mendapatkan hal sebagaimana tertera di atas dengan saran dari Count Eulenburg dan saya sendiri, maka saya memutuskan untuk tidak menerima utusan Prancis lagi namun berkabar kepadanya lewat ajudan, bahwa Yang Mulia telah menerima konfirmasi dari Pangeran mengenai kabar bahwa Benedetti telah menerimanya dari Paris, dan tidak ada lagi yang beliau sampaikan kepada Duta Besar. Yang Mulia kemudian menyerahkan keputusan kepada Anda mengenai perlu-tidaknya menyampaikan hal ini kepada para duta besar dan pers soal permintaan Benedetti dan penolakan di atas.
Versi rilis pers resmi dari Kanselir Prusia Otto von Bismarck:
Setelah laporan penolakan dari pewaris Pangeran Hohenzollern yang telah resmi dikirimkan oleh Pemerintah Kerajaan Spanyol kepada Pemerintah Kekaisaran Prancis, Duta Besar Prancis menyampaikan permintaan kepada Yang Mulia Raja (Wilhelm I -red) di Ems, agar Yang Mulia Raja menyetujui dirinya mengirimkan telegram ke Paris bahwa Yang Mulia Raja akan mewajibkan dirinya sendiri untuk tidak pernah lagi memberi persetujuan mengenai pencalonan dari wangsa Hohenzollern, sampai waktu yang tidak ditentukan. Kemudian, Yang Mulia Raja menolak untuk menerima utusan Prancis lagi dan menyampaikan kepadanya lewat ajudan bahwa tak ada lagi yang perlu disampaikan dari Yang Mulia Raja.
Wilhelm I, Napoleon III, dan Otto von Bismarck di tengah. (Public domain/Wikimedia Commons) |
Tentu saja surat di atas bukan dalam bahasa aslinya, yakni bahasa Jerman. Dalam bahasa aslinya, Otto von Bismarck menggunakan istilah 'adjutant' yang dalam bahasa Prancis adalah 'aide de camp', merupakan prajurit pangkat rendah. Rasa nasionalisme Prancis menjadi terluka oleh pilihan kata dalam surat itu, karena utusannya disamakan dengan prajurit pangkat rendahan.
Otto von Bismarck sendiri menuliskan dalam bukunya, rilis pers yang dia tulis di atas bersifat lebih tegas ketimbang versi aslinya. Ibaratnya, dia memicu seekor banteng mengamuk. "Ini bakal seperti kain merah terhadap banteng Galia (Prancis)," kata Bismarck.
Ilmuwan politik dari Universitas Freie Berlin dan London School of Economics, Mareike Klaine, memberikan tinjauan. Otto von Bismarck sengaja menghilangkan elemen kalimat yang bersifat mendamaikan dari surat versi pertama. Bismarck mendramatisasi aspek konfrontasi sehingga memicu kemarahan Jerman dan Prancis sekaligus.
"Bismarck ingin mempercepat respons dari pihak musuh, yang telah menganggap diri sendiri punya kekuatan yang lebih besar," kata Klaine, dilansir The Observer via The Guardian lewat tulisan Philip Oltermann.
"Rencana dia (Bismarck) berhasil: Prancis meluncurkan serangan menuju peperangan yang menyebabkan mereka sendiri kalah," kata Kleine.
Apakah yang disampaikan Bismarck di atas adalah hoax? Dilansir Antara via Kominfo, hoax merupakan informasi yang direkayasa untuk menutupi informasi sebenarnya, atau juga bisa diartikan sebagai upaya pemutarbalikan fakta menggunakan informasi yang meyakinkan tetapi tidak dapat diverifikasi kebenarannya.
Hoax juga bisa diartikan sebagai tindakan mengaburkan informasi yang sebenarnya, dengan cara membanjiri suatu media dengan pesan yang salah agar bisa menutupi pesan yang benar. Pengertian tersebut disampaikan oleh Ketua Komunitas Masyarakat Indonesia Anti Fitnah, Septiaji Eko Nugroho, bukan dalam konteks pembahasan Otto von Bismarck tentu saja, melainkan dalam pembahasan maraknya hoax di Indonesia dewasa ini.
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini