Satgas Penanganan COVID-19 mengungkap ada rumah sakit yang mematok harga tes PCR atau tes swab hingga Rp 2,5 juta. Padahal harga sekali pemeriksaan spesimen tidak lebih dari Rp 500 ribu.
"Demikian juga harga, ada rumah sakit yang mematok harga tes PCR swab sampai di atas Rp 2,5 juta. Padahal harga rutin atau harga yang bisa kita lihat sebenarnya tidak akan lebih dari Rp 500 ribu per unit atau per sekali pemeriksaan spesimen," kata Ketua Satgas COVID-19 Doni Monardo dalam rapat di Komisi VIII DPR, Kamis (3/9/2020).
Menurut Doni, saat ini ada 278 laboratorium dengan 320 mesin PCR untuk pemeriksaan terkait Corona. Ia juga mengungkapkan ada 51 persen masyarakat yang bisa melakukan swab gratis di laboratorium yang dikelola pemerintah.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kami telah mendistribusikan jutaan reagen ke seluruh daerah, dan memang kalau dilihat 51 persen mereka yang sekarang mengikuti tes swab ini adalah gratis. Itu adalah lab-lab yang dikelola oleh pemerintah. Tapi ada juga lab-lab tertentu yang kami juga dapat laporan, itu ada yang minta bayaran kepada masyarakat," ujarnya.
Doni mengatakan pihaknya akan melakukan penertiban harga tes PCR ini bersama Kementerian Kesehatan. Satgas juga akan bekerja sama dengan BPKP untuk menetapkan standar harga tes PCR agar tidak merugikan masyarakat maupun pengusaha.
"Kami bicarakan lagi dengan Kemenkes untuk melakukan penertiban dan di sini nanti bisa kita tetapkan berapa harga standar yang kiranya bisa dipatok untuk setiap pemeriksaan spesimen di seluruh Indonesia. Supaya harganya standar," ucap Doni.
"Kita juga tidak ingin pengusaha yang telanjur membeli alat, membangun jaringan, mereka rugi, tapi kami juga tidak ingin masyarakat justru juga mengalami kerugian. Jadi kami akan libatkan BPKP bersama-sama untuk memutuskan harga yang layak sehingga semuanya berjalan dengan lebih baik," imbuhnya.
Selain itu, Doni mengungkapkan ada rumah sakit yang tidak ingin kehilangan pemasukan. Kepala BNPB itu menyebut rumah sakit mengalokasikan ruangan dan ICU khusus COVID untuk pasien non-COVID.
"Rumah-rumah sakit, ternyata juga rumah sakit rujukan COVID, tidak mau kehilangan pendapatan. Jadi yang semula sudah disiapkan untuk rumah sakit bed isolasi dan ICU, ini oleh pihak sakit dialihkan untuk pasien non-COVID, supaya ada pemasukan," ungkap Doni.
Di sisi lain, kesehatan para dokter yang menangani COVID-19, disebut Doni, turut diperhatikan. BNPB menggelontorkan Rp 83 miliar untuk memenuhi kebutuhan vitamin dan gizi para dokter.
"Termasuk tenaga kesehatan tadi kami laporkan dengan menggunakan dana siap pakai pada beberapa minggu yang lalu telah disalurkan Rp 83 miliar untuk pemenuhan vitamin dan gizi kepada para dokter. Itu segera kami bekerja sama dengan Kemenkes, dengan Bapak Menteri, sehingga dokter bisa mendapatkan asupan gizi tambahan," pungkasnya.
Tonton video 'Corona di RI Hari Ini Capai 3.622, Jakarta Tertinggi!':