Indonesia berada di pinggir jurang resesi. Partai NasDem meminta pemerintah berfokus meningkatkan daya beli masyarakat dan memfokuskan APBN untuk penanganan pandemi virus Corona.
"Bagaimana kita bisa menjaga daya beli masyarakat. Sekarang ini menjadi problem karena selama ini 2 instrumen itu kan ada APBN dan swasta yang menjadi pilar itu. Nah sekarang swasta ini juga terdampak dengan krisis yang terjadi hari ini, sehingga satu-satunya instrumen itu adalah APBN, APBD," kata Ketua Fraksi NasDem DPR RI Ahmad Ali kepada wartawan, Senin (31/8/2020).
Menurut Ali, perlu ada kebijakan yang lebih tegas dan terstruktur untuk alokasi APBN dan APBD di tengah pandemi COVID-19 untuk pemulihan ekonomi. Ia juga meminta pemerintah tidak lagi gencar membangun infrastruktur, tapi lebih fokus ke program padat karya untuk masyarakat.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"APBN, APBD itu seminimal mungkin mengurangi pembangunan penggunaan APBN APBD yang bersifat padat modal. Saya selalu mengatakan bahwa negeri ini tidak akan ambruk, negeri ini tidak akan bubar kalau kemudian tahun 2021, katakanlah seperti itu, 2020-2021 ini kita tidak melakukan pembangunan beratus-ratus atau beribu-ribu kilo jalan, atau membangun gedung-gedung mewah," ujar Ali.
"Tapi negeri ini akan sangat sulit dan bahkan akan terjadi guncangan sosial yang sangat dahsyat kalau kemudian puluhan juta orang Indonesia tidak dijaga, tidak dicarikan sehingga semua orang bisa menjaga daya belinya. Kalau itu disiplin dilakukan, maka kemudian insyaallah kita bisa meminimalisir dampak daripada krisis ini," imbuhnya.
Lebih lanjut, Ali menilai program padat karya penting agar masyarakat yang terkena PHK imbas pandemi bisa kembali bekerja. Jika daya beli masyarakat terjaga, menurut Ali, Indonesia bisa terhindar dari resesi.
"Kita mau betul APBD itu digunakan semaksimal mungkin untuk kegiatan padat karya, supaya masyarakat yang hari ini menganggur, ketika swasta melakukan PHK, perumahan (merumahkan karyawan), ini mereka kembali berkegiatan. Jadi memastikan kebutuhan hidup mereka, aktivitas ekonomi mereka bisa terjaga. Kalau itu bisa dilakukan, kita bisa antisipasi. Kalau daya beli masyarakat bisa terjaga, maka insyaallah kontraksi ekonomi sampai akhir tahun ini bisa pertumbuhan minusnya semakin kecil," ungkapnya.
Sebelumnya, Menkopolhukam Mahfud Md menyebut Indonesia akan dilanda resesi ekonomi bulan depan. Kendati demikian, resesi itu tidak akan membuat Indonesia mengalami krisis ekonomi.
Mahfud mengatakan imbauan pemerintah untuk hidup normal kembali dengan menyadari COVID-19 kurang efektif karena saat ini masih banyak masyarakat yang tidak mengenakan masker dan berkerumun seakan-akan tidak terjadi apa-apa. Padahal virus Corona ini sangat nyata sebagai musuh atau dapat membahayakan kehidupan sehari-hari.
"Sementara kehidupan ekonomi turun terus. Bulan depan hampir dapat dipastikan 99,9 persen akan terjadi resesi ekonomi di Indonesia," katanya saat memberikan sambutan dalam acara temu seniman dan budayawan Yogya di Warung Bu Ageng, Jalan Tirtodipuran, Kecamatan Mantrijeron, Kota Yogyakarta, Sabtu (29/8).
Tonton video 'Mahfud Md: Bulan Depan Hampir Pasti Indonesia Resesi, tapi Aman':