Indonesia di Pinggir Jurang Resesi, PAN Ingatkan Protokol Kesehatan

Indonesia di Pinggir Jurang Resesi, PAN Ingatkan Protokol Kesehatan

Rolando Fransiscus Sihombing - detikNews
Senin, 31 Agu 2020 14:53 WIB
Eddy Soeparno (Foto: Zhacky/detikcom)
Foto: Eddy Soeparno (Foto: Zhacky/detikcom)
Jakarta -

Resesi di depan mata. PAN mengingatkan yang paling penting bukan soal resesinya, namun syarat fundamental untuk membangkitkan ekonomi harus terpenuhi.

"Dalam kondisi sekarang resesi itu nyaris merupakan sebuah keniscayaan," kata Sekjen PAN Eddy Soeparno kepada wartawan, Senin (31/8/2020).

Eddy menjabarkan sejumlah permasalahan yang membuat Indonesia sulit menghindari resesi. Salah satunya adalah soal penyerapan anggaran.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Dengan melihat bahwa, satu, penyerapan anggaran, termasuk anggaran belanja pemerintah, kemudian stimulus dan bansos itu belum optimal. Sehingga memang penyerapan di bawah itu memang rendah, yang menyebabkan masyarakat tidak sepenuhnya memiliki uang untuk bisa dibelanjakan," ujar Eddy.

Selain itu, Eddy berasumsi bahwa masyarakat saat ini menyimpan uang untuk antisipasi terjadinya perburukan ekonomi. Eddy pun turut menyinggung soal gaji ke-13 PNS.

ADVERTISEMENT

"Di samping itu, gaji ke-13 PNS itu juga masih belum terlihat ada efeknya di perekonomian, sehingga itu membuat asumsi, kita bisa membuat asumsi bahwa justru masyarakat menerima uang kemudian ditabung, ditahan untuk menghadapi kondisi yang sewaktu-waktu bisa terjadi memburuk dari aspek perekonomian," ujar Eddy.

Namun dari semua itu, Eddy berpendapat yang perlu dikejar bukanlah soal resesi atau tidak. Eddy berpandangan yang perlu dikejar adalah membuat pertumbuhan ekonomi dengan menerapkan protokol kesehatan.

"Kedua, ya memang kalau kita lihat bahwa yang perlu dikejar itu jangan masalah resesi atau tidak resesi, tapi yang perlu dikejar adalah prasyarat menciptakan pertumbuhan ekonomi ke depannya, bagaimana? Salah satu prasyarat terpenting adalah bagimana kita mendisplinkan masyarakat untuk bisa mengenakan masker, menjaga jarak, mengurangi pertemuan-pertemuan di tempat umum dalam jumlah besar, khalayak ramai, itu jika diperlukan dilakukan pembatasan mikro di daerah yang memang zona merah," imbuhnya.

Sebelumnya, Menkopolhukam Mahfud MD menyebut Indonesia akan dilanda resesi ekonomi bulan depan. Kendati demikian, resesi itu tidak akan membuat Indonesia mengalami krisis ekonomi.

Mahfud mengatakan, imbauan Pemerintah untuk hidup normal kembali dengan menyadari COVID-19 kurang efektif karena saat ini masih banyak masyarakat yang tidak mengenakan masker, berkerumun seakan-akan tidak terjadi apa-apa. Padahal virus Corona ini sangat nyata sebagai musuh atau dapat membahayakan kehidupan sehari-hari.

"Sementara kehidupan ekonomi turun terus. Bulan depan hampir dapat dipastikan 99,9 persen akan terjadi resesi ekonomi di Indonesia," katanya saat memberikan sambutan dalam acara temu seniman dan budayawan Yogya di Warung Bu Ageng, Jalan Tirtodipuran, Kecamatan Mantrijeron, Kota Yogyakarta, Sabtu (29/8).

(rfs/tor)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads