Survei SMRC: 67% Responden Puas dengan Demokrasi di Tengah Pandemi Corona

Survei SMRC: 67% Responden Puas dengan Demokrasi di Tengah Pandemi Corona

Tim detikcom - detikNews
Senin, 24 Agu 2020 15:29 WIB
Ribuan bendera Merah Putih dipasang di kawasan objek wisata Poetoek Suko, Trawas, Mojokerto. Pengibaran ribuan bendera itu dalam rangka memeriahkan HUT RI ke-75
Ilustrasi Bendera Merah Putih (Zabur Karuru/Antara Foto)
Jakarta -

Survei Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) menunjukkan ada 67% responden yang puas terhadap demokrasi di tengah pandemi COVID-19. Angka ini sebenarnya mengalami penurunan dibandingkan sebelum pandemi.

Temuan ini dirilis SMRC dalam survei bertajuk 'Kondisi Demokrasi di Masa Covid-19' pada 23 Agustus 2020. Survei Nasional tersebut dilakukan pada 12-15 Agustus 2020 dengan melibatkan 2202 responden yang diwawancara per telepon dipilih secara random. Margin of error diperkirakan +/- 2,1%.

Hasil survei menunjukkan 67% warga sangat/cukup puas dengan jalannya demokrasi, sementara yang kurang/tidak puas sama sekali sekitar 27%.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Berikut ini hasilnya:

Sangat puas: 5%
Cukup puas: 62%
Kurang puas: 25%
Tidak puas sama sekali: 2%
Tidak jawab: 6%

ADVERTISEMENT

Kepuasan pada pelaksanaan demokrasi tersebut sebenarnya menunjukkan penurunan dibandingkan sebelum masa wabah COVID-19. Sebelum wabah melanda Indonesia, 74% warga menyatakan puas terhadap demokrasi, tapi kemudian turun tajam pada saat COVID-19 sudah merebak luas pada awal Juni 2020 menjadi 59%. Kini angkanya menaik kembali menjadi 67%.

Saiful mengatakan penurunan kepuasan pada demokrasi tidak hanya terjadi di Indonesia. Dia menyebut ini sebagai gejala yang banyak terjadi di banyak negara di masa pandemi.

"Penurunan ini terjadi akibat buruknya kondisi ekonomi, memburuknya keamanan, maupun adanya langkah-langkah pemerintah yang terkesan tidak demokratis untuk menangani pandemi," kata Saiful Mujani seperti dikutip dari situs SMRC, Senin (24/8/2020).

Dia meyakini kelumpuhan kepercayaan terhadap demokrasi tidak akan terjadi di Indonesia. Penyebabnya, kepercayaan publik kepada pemerintah masih besar.

"Namun bila ini tidak dimanfaatkan dengan benar sehingga COVID-19 dan krisis ekonomi yang disebabkannya tidak tertangani dengan baik, maka kelumpuhan demokrasi Indonesia bisa terjadi," ungkapnya.

Survei SMRC ini dilakukan karena menurut laporan evaluatif lembaga kajian internasional V-Dem (Varieties of Democracy Institute), COVID-19 berdampak negatif terhadap banyak negara demokratis. Sebelum COVID-19, sepertiga negara demokratis di dunia mengalami kemunduran berdemokrasi dan dengan merebaknya COVID-19 kemunduran tersebut bertambah laju dan meluas.

"Beberapa demokrasi lama di Asia dengan risiko kemunduran secara kuat adalah India dan Filipina. Indonesia dinilai berisiko sedang. Karena itu perlu dipelajari penilaian warga di Indonesia terhadap demokrasi: bagaimana warga merasakan pelaksanaan demokrasi, dan bagaimana komitmen atau dukungan mereka pada demokrasi," papar Saiful.

(imk/bar)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads