Komisi X Maklum Chat Dosen 'Kok Kamu Atur Saya': Kekurangan Komunikasi Daring

Komisi X Maklum Chat Dosen 'Kok Kamu Atur Saya': Kekurangan Komunikasi Daring

Eva Safitri - detikNews
Jumat, 21 Agu 2020 16:23 WIB
Ketua Komisi X DPR Syaiful Huda.
Ketua Komisi X DPR Syaiful Huda. (Azizah/detikcom)
Jakarta -

Tangkapan layar chat WhatsApp (WA) dosen 'Kok Kamu Atur Saya' ramai diperbincangkan di media sosial Twitter. Terkait hal itu, Komisi X DPR menilai adanya miscommunication atau kesalahpahaman.

"Kita posisinya nggak bisa nge-judge hanya berbasis chatting-an itu, karena kita tak tahu persis konteks masing-masing pihak dosen ataupun mahasiswa seperti apa, mungkin ada waktu yang tidak tepat, jadi saya anggap ini sebagai misleading atau miscomm," kata Ketua Komisi X DPR Syaiful Huda, Jumat (21/8/2020).

Melalui hal ini, Syaiful memaklumi situasi tersebut sebagai kekurangan atau minus dari komunikasi via daring. Sebab, orang yang berkomunikasi tidak melihat secara langsung bagaimana gestur masing-masing.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Saya kira ini semakin mengafirmasi ke kita betapa rapuhnya model komunikasi via media daring, karena dilihat dari aspek komunikasi tidak interpersonal. Jadi masing-masing kita nggak bisa lihat secara fisik gestur masing-masing," ujarnya.

Dia juga meminta netizen tidak bertindak secara sepihak. Syaiful mendorong lebih baik yang bersangkutan, baik dosen maupun mahasiswa, melakukan klarifikasi.

ADVERTISEMENT

"Saya kira jangan men-judge dulu, lebih baik coba ditabayunkan atau diklarifikasi dan itu kan bagian dari aspek komunikasi, nggak berhenti sampai pada konteks saling menyampaikan, tapi kan butuh klarifikasi," katanya.

"Saya mendorong baik yang bersangkutan dosen maupun mahasiswanya melakukan tabayun. Saya menyesalkan kenapa chat begitu disebar, jadi menurut saya pada konteks itu terjadi pelanggaran komunikasi," lanjut Syaiful.

Tangkapan layar percakapan antara dosen dan mahasiswa di-posting di akun Twitter @collegemenfess. Dari tangkapan layar, tampak mahasiswa bertanya terkait draf skripsi yang dia kirim kepada dosen tersebut.

"Assalamualaikum. Maaf mengganggu waktunya, bu. Izin bertanya, untuk draft skripsi yg (disensor) kirim, apakah ada yg harus diperbaiki? Akan (sensor) perbaiki secepatnya, bu. Terima kasih," tulis mahasiswa tersebut.

Sang dosen kemudian menjawab, "Sdh perbaiki???? Klu sdh saya acc saja."

Kemudian dibalas oleh mahasiswa, "Sudah, bu, saya sudah kirim skripsi yg sudah saya perbaiki ke ibu. Kira-kira kapan saya bisa menemui ibu untuk tanda tangan di lembar persetujuan ya, bu? Terima kasih."

Pesan itu berbalas oleh dosen sebagai berikut, "Lho kok kamu mengatur saya. Etika km dmn. Baca sms yg km kirim. ok bye."

Si mahasiswa kemudian membalas pesan dengan minta maaf, "Maaf bu, saya tidak bermaksud seperti itu."

Bu dosen lalu mengirim pesan berbunyi, "Jgn sms saya lg ya."

Mahasiswa itu kemudian kembali meminta maaf, "Maaf bu, saya tidak bermaksud untuk mengatur. Maaf sekali, bu."

"Maaf, bu, saya tidak bermaksud untuk mengatur ibu. Saya tidak bermaksud...(tangkapan layar terpotong)"

Halaman 2 dari 2
(eva/jbr)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads