Saat berada di Keraton Sumenep, Wakil Ketua MPR Jazilul Fawaid memuji peran kesultanan yang dibangun pada tahun 1781 itu dalam proses penyebaran agama Islam di Pulau Madura. Ia mengatakan pada saat itu kondisi masyarakat di sana masih menjalankan tradisi dan budaya sebelum Islam datang ke pulau garam.
Namun, lanjutnya, para raja tetap menghargai kebiasaan dan budaya yang dilakukan oleh masyarakat. Para raja tidak kaku dalam masalah-masalah tertentu ketika mereka berdakwah.
"Islam hadir di Sumenep tanpa menghilangkan budaya-budaya yang ada. Hingga Islam bisa berpadu antara ajaran agama dengan budaya, sehingga peradaban dan kerukunan tetap terjaga," tutur Jazilul dalam keterangannya, Jumat (21/8/2020).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pria asal Pulau Bawean, Kabupaten Gresik, Jawa Timur itu berharap apa yang ada di Sumenep saat ini, yakni perpaduan antara Islam dan budaya, tetap berjalan dengan baik. Ia juga menegaskan tradisi dan syiar harus tetap dihidupkan.
"Bangunan fisik makam para raja dan wali tetap bisa dirawat dan dijaga," ujarnya.
Bila orang datang ke Sumenep, menurut pria yang akrab disapa Gus Jazil ini, ia yakin mereka akan ingat bahwa di tempat ini Islam menghargai kebudayaan. Dia tidak berharap orang datang ke Sumenep hanya sekadar tahu dan mencari sumber daya alam.
"Tapi rasakan juga keserasian antara agama Islam dan budaya masyarakat," tukasnya.
Dengan merawat apa yang ada, Gus Jazil yakin semangat perjuangan para raja akan terus hidup dan menggelora di tengah masyarakat Madura dan Indonesia.
(ega/ega)