7 Tahun di Makassar, Pengungsi Rohingya Akhirnya Terbang ke Amerika

7 Tahun di Makassar, Pengungsi Rohingya Akhirnya Terbang ke Amerika

Muhammad Taufiqqurahman - detikNews
Selasa, 18 Agu 2020 16:19 WIB
Seorang pengungsi etnis rohingya mandi dengan air yang dipasok mobil tangki bantuan di tempat penampungan bekas gedung imigrasi, Punteuet, Lhokkseumawe, Aceh, Rabu (1/7/2020). Kondisi tempat penampungan 99 orang pengungsi rohingya itu terkedala keterbatasan air bersih terutama untuk kebutuhan MCK, dan bersuci (wudhu). ANTARA FOTO/Rahmad/aww.
Foto: Ilustrasi pengungsi Rohingya. (ANTARA FOTO/RAHMAD)
Makassar -

Setelah bertahun-tahun menunggu untuk mendapatkan kepastian resettlement atau penempatan baru, 1 keluarga pengungsi asal Rohingya di Makassar akhirnya pindah ke Amerika Serikat (AS). Mereka menunggu hingga 7 tahun untuk mendapatkan kepastian tersebut.

"Mereka adalah 1 keluarga yang merupakan pengungsi asal Rohingya, Myanmar dan berangkat hari ini ke Amerika setelah mendapatkan resettlement, kata Kepala Rudenim Makassar, Togol Situmorang kepada detikcom, Selasa (18/8/2020).

Mohammad Islam bin Nur Alam adalah salah satu keluarga yang cukup beruntung dari sekitar 1.600-an pengungsi yang saat ini masih ada di rumah penampungan di Makassar.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kalau prosesnya kan bukan kita yang mengurus itu tetapi IOM dan UNHCR yang mengurus. Tetapi kita mengurus pengawasannya di sini. Dia berangkat bersama istri dan anak-anaknya," terangnya.

Melihat ke belakang, sepanjang 2020 ini telah ada 42 orang yang berhasil menuju ke negara tujuan setelah bermukim lama di negara transit, seperti Indonesia.

ADVERTISEMENT

"Negara yang dituju bermacam-macam, ada Amerika, Kanada dan lain-lain," ucapnya.

Menurutnya, alasan utama para pengungsi belum berangkat ke negara tujuan karena negara penerima belum menerima permohonan mereka. Dikatkannya, selama berada di negara transit, para pengungsi itu akan ditanggung oleh pihak dari PBB.

"Untuk negara terbanyak di sini berasal dari Afghanistan," kata dia.

Togol juga menyebut ada beberapa pengungsi yang juga memutuskan kembali ke negara asal setelah tidak kunjung mendapatkan kepastian dari negara penerima. Kepulangan mereka ke negara asal pun menjadi tanggungjawab dari IOM.

"Pada umumnya mereka tidak betah, karena negara kita ini negara transit bukan negara tujuan. Karena kelamaan tidak ada kepastian, mereka meminta dipulangkan," jelas Togol.

"Kendala utamanya kan mereka frustasi karena terlalu lama menunggu, ada yang stres juga," sambung dia.

Halaman 2 dari 2
(idh/idh)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads