Makassar -
Sungguh bejat kelakuan oknum guru ngaji Kota Makassar, Sulawesi Selatan (Sulsel). Dia kini harus berurusan dengan polisi setelah diduga mencabuli sejumlah muridnya.
"Laporan orang tua korban sementara kita lidik (selidiki)," kata Kanit PPA Polrestabes Makassar AKP Ismail kepada wartawan, Sabtu (8/8/2020).
Ismail mengungkapkan oknum guru mengaji diduga melakukan aksinya saat mengajari muridnya di Kecamatan Biringkanaya, Makassar. Orang tua korban lalu mengambil langkah hukum setelah tahu kejadian ini.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Jadi pada saat dia (korban) itu mengaji, itu guru ngajinya dia masukkan tangannya di balik sarungnya korban baru dia pegang-pegang alat vitalnya," terang Ismail.
Polisi kemudian turun tangan dengan meminta keterangan para korban dan mencari bukti lebih lanjut.
"Kalau tadi baru sebatas keterangan korban yang saya sampaikan, artinya harus diperkuat lagi. Karena cabul kan terkadang tidak ada bekas. Tapi meski begitu kami tetap upayakan visum korban," katanya.
Menurut dia, pokisi telah memeriksa 5 orang korban. Tiga korban di antaranya telah divisum.
"Saat ini kita sudah melakukan penanganan terhadap dugaan kasus pencabulan yang dilakukan memang oleh oknum guru mengaji. Korbannya saat ini sementara kita lakukan penyelidikan, ada 3 orang yang sudah melapor," ujar Ismail.
Polisi juga sudah berkoordinasi dengan Pusat Pelayanan Terpadu Perempuan dan Anak (P2TPA) dan 5 orang sudah dimintai keterangannya.
"Yang sudah diasesmen di sana (P2TPA) itu ada 5. Tapi yang baru melaporkan di sini (3 orang), dan kita sudah melakukan visum," katanya.
Namun, kata dia, hasil visum kepada para korban belum diterima polisi.
"Jadi anak-anak ini pada saat diajari mengaji, oknum guru mengajinya ini duduk di samping anak-anak tersebut, lalu kemudian guru mengaji ini memasukkan tangannya ke balik pakaiannya korban ini," ungkap Ismail.
Ismail menambahkan Pl dugaan pencabulan tersebut terus didalami untuk menemukan ada atau tidak korban lain.
"Dia kan guru mengaji, dan halaman rumahnya dia dijadikan tempat untuk belajar mengaji. Jadi korban-korban ini dititip oleh orang tuanya ke sana untuk belajar mengaji. Jadi kejadiannya tepat di halaman rumahnya si pelaku," jelasnya
Kepada polisi, para korban mengaku lebih dari sekali dicabuli. "Jadi sebagian korban mengatakan bahwa dia sudah lebih dari 1 kali (dicabuli)," kata dia.
Ismail mengatakan, terlapor merupakan oknum guru mengaji di area perumahan para korban. Terlapor mengajari muridnya di halaman rumah, dan kemudian hari di sela aktivitas mengajar ngaji dia diduga melakukan aksi pencabulan terhadap muridnya.
"Jadi korban-korban ini dititip oleh orang tuanya ke sana untuk belajar mengaji," ungkap Ismail.
Untuk memperkuat fakta-fakta penyelidikan, Unit PPA Polrestabes Makassar kini juga akan melihat sejauh mana dampak trauma kepada korban di kasus dugaan pelecehan seksual ini sehingga polisi melibatkan psikolog.
LBH Apik Sulawesi Selatan, yang menjadi penasihat hukum murid yang diduga menjadi korban pencabulan, mengungkap awal korban berani buka suara. Korban mengaku diberi Rp 2.000-5.000 agar tutup mulut.
Pengakuan ini disampaikan orang tua korban kepada LBH Apik Sulsel sesaat setelah anak mereka mengaku telah dicabuli oleh guru di tempatnya mengaji. Ada 6 yang sudah melapor ke LBH Apik.
"Kemarin waktu ibunya (korban) saya ambil keterangannya di kantor, itu katanya dikasihkan uang setelah kejadian itu. Dikasih uang Rp 2 ribu, Rp 5 ribu, kadang juga tidak dikasih," ujar penasihat korban dari LBH Apik Sulsel, Nur Akifah saat ditemui di Mapolrestabes Makassar, Sabtu (8/8/2020).
Cara pelaku memberi imbalan uang tunai itu diduga agar pelaku mudah melakukan aksi pencabulan. Selain itu, agar korban tidak buka suara.
"Mungkin itu modusnya ya, cara pelaku itu melakukan supaya mudah dia. Maksudnya anak-anak mungkin supaya diam dia tidak angkat suara. Jadi dia memberikan uang setelah melakukan itu (pencabulan)," katanya.
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini