Stasiun Gambir ramai didatangi pemudik yang akan menaiki kereta api (KA) jarak jauh di masa libur Idul Adha 2020. Para penumpang mengungkapkan alasan memilih tetap mudik di tengah pandemi virus Corona (COVID-19).
Salah satu penumpang bernama Tin (60) mengungkapkan sudah 4 bulan ia tidak pulang ke kampung halamannya di Surabaya, Jawa Timur. Setelah perjalanan KA kembali dibuka, ia pun memutuskan untuk pergi ke Surabaya seorang diri.
"Sendiri. Memang kebetulan saya setiap bulan (pulang), karena Corona ini jadi 4 bulan (baru pulang)," ungkap Tin saat ditemui detikcom di Stasiun Gambir, Jakarta Pusat, Minggu (2/7/2020).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tin pun mengungkapkan ada rasa takut ketika memutuskan untuk mudik di tengah pandemi Corona ini. Di sisi lain, ia tetap harus pulang ke Surabaya untuk menjenguk kedua orang tuanya.
"Ada rasa takut, semua itu ada rasa takut tapi kita nggak boleh yang berlebihan. Takut berlebihan juga nggak baik. Kita intinya bismillah saja. Kita pergi karena Allah, pulang karena Allah. Kita memang harus pulang, nemenin orang tua," jelasnya.
![]() |
Selain Tin, penumpang KA lainnya bernama Agus (48) juga mudik ke Surabaya. Ia mengungkapkan alasannya pulang ke kampung halamannya saat libur Idul Adha.
"Ya memang sudah saatnya saya balik," jelas Agus.
Selain itu, Agus menilai persyaratan dokumen yang harus dipenuhi untuk menaiki kereta kini tergolong lebih sederhana. Protokol kesehatan di dalam kereta pun disebutnya sangat baik.
"Kalau naik kereta cuma hasil rapidnya saja kok, sama kita pakai masker sama (lengan) panjang atau jaket," ujarnya.
"(Duduknya) masih berjarak juga terus kan kita disediain face shield dari kereta api," sambungnya.
Tak hanya itu, penumpang KA asal Surabaya bernama Wita (56) datang ke Jakarta karena ingin mengantar orang tuanya. Ia mengungkapkan keinginannya berkunjung ke Jakarta sempat tertunda karena pandemi Corona.
"Ya karena apa, karena liburan. Karena ibu kepengin ketemu sama cucunya pas liburan, cuma ada COVID jadi kan lama ketemu sama cucunya karena Agustus pada sekolah. Dan saya bisa nganter ortu karena kebetulan long weekend kan," ujarnya.
Meskipun protokol kesehatan di dalam kereta sudah baik, Wita menganggap persyaratan dokumen masih menyulitkannya. Seharusnya, kata Wita, penumpang tidak perlu melampirkan hasil rapid test.
"Harusnya kalau ada COVID gini kita dipermudah. Kalau keadaannya kita dapat surat sehat harusnya bisa masuk lah, kenapa kalau kita punya surat sehat, kenapa harus rapid lagi," ungkapnya.
(azr/azr)