Menjelang Idul Adha 1441 Hijriah, terjadi kelangkaan elpiji (LPG) 3 kilogram di Pontianak, Kalimantan Barat (Kalbar). Ternyata LPG 3 kg langka karena banyak dipakai para pengusaha.
Sales Manager Area Pertamina Kalbar, Weddy Surya Widrawan, mengatakan kelangkaan ini terjadi mulai pertengahan Juli. Sebab, berdasarkan hasil pantauan dan inspeksi mendadak (sidak), ditemukan banyak tempat usaha menggunakan tabung gas melon ini.
"Dan itu sebenarnya tidak boleh, karena dengan 'new normal' sekarang ini, mulai banyak pengusaha itu yang larinya ke gas 3 kg. Makanya kita razia, razia, dan razia," kata Weddy saat menghadiri kunjungan kerja Kepala BPH Migas di Kantor Bupati Kubu Raya, Rabu (29/7/2020).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pihak Pertamina berupaya mengatasi kelangkaan elpiji 3 kg ini dengan melakukan operasi pasar bersama Dinas Koperasi, Usaha Mikro, dan Perdagangan Kota Pontianak. Akibat kelangkaan ini, terjadi antrean panjang di pangkalan elpiji, termasuk pengecer.
"Bukan hanya operasi pasar, kami juga telah melakukan hukuman juga kepada badan usaha atau tempat usaha yang menggunakan gas elpiji 3 kg. Bahkan Minggu ini kami telah mengeluarkan sanksi kepada 10 badan usaha, tapi kami lihat kok ini tren ini nggak bakal turun malah tak berefek sama sekali terutama ke agen dan pangkalan. Pangkalan tidak terhitung, kalau agen paling utama diberi sanksi. Meskipun yang nakal adalah pangkalannya atau pengecer, tapi kami hukum pihak agen," ungkapnya.
![]() |
Menurut Weddy, sanksi kepada agen ini sesuai laporan dari masyarakat dan temuan di lapangan. Namun dia belum bisa memastikan penyebab utama LPG 3 kg langka.
"Kesalahan mereka macam-macam, ada yang menjual di atas Harga Eceran Tertinggi (HET), dan mereka melayani pengecer. Dan itu tidak boleh, karena ada masyarakat yang mengetahui agen melayani pengecer yang mengangkut gas elpiji 3 kg ke alat angkut tanpa identitas, tidak ada cap Pertamina-nya, itu sudah masuk pelanggaran," jelasnya.
Weddy meminta masyarakat mendokumentasikan berupa foto atau video jika ada agen atau pangkalan yang melakukan penimbunan atau penyelewengan dalam penyaluran elpiji 3 kg. Dia mengatakan pihaknya tak segan-segan menindak.
Sebelumnya, Gubernur Kalbar, Sutarmidji, menyoroti lemahnya pendistribusian dan pengawasan sehingga timbul kelangkaan gas elpiji untuk rakyat miskin 3 kg yang bahkan memicu timbulnya antrean panjang.
Dia mengatakan beberapa operasi pasar yang digelar juga tak mampu mengatasi kelangkaan elpiji 3 kg, termasuk di beberapa daerah di Kalbar. Sutarmidji menyebut harga LPG 3 kg bisa mencapai Rp 30 ribu per tabung.
"Saya sudah sering sudah sering memanggil pihak PT Pertamina namun hal yang sama tetap saja terulang. Bukan sekali, mungkin udah lima, enam kali, kan tiap satu tahun sudah lima, enam kali terulang kayak gini terus," ketus Sutarmidji, saat ditemui di Kantornya usai penyerahan sapi simental sumbangan kurban dari Presiden Jokowi, kemarin.
Sutarmidji mengaku kesal karena yang disalahkan selalu pengecer dan distributor. Dia menduga kelangkaan terjadi karena Pertamina mengurangi pasokan.
"Kecuali tabungnya tak ada, gasnya kan ada. Kalau ulah spekulan nggak mungkin, soalnya ini tiba-tiba hampir di seluruh daerah. Begini terus setiap tahun, jadi mau apa. Jika ada pelanggaran distributor atau pengecer, cabut saja izinnya, ngape susah-susah," keluhnya.
Sementara itu, Pemerintah Kota Pontianak menggelar operasi pasar LPG 3 kg di pasar rakyat hingga kantor kecamatan. Wali Kota Pontianak Edi Rusdi Kamtono menyatakan akan bekerja sama dengan kepolisian untuk menelusuri kalau spekulan atau agen yang memanfaatkan situasi.
Menurutnya, pihak Pertamina tengah melakukan penelusuran adanya dugaan agen atau pangkalan yang mengalihkan penjualan gas elpiji ke daerah lainya.
"Sebab ketersediaan stok untuk wilayah Kota Pontianak mencukupi," ujarnya.
![]() |
Pemerintah Kota Pontianak akan menutup tempat usaha bagi para pelaku usaha yang masih menggunakan elpiji bersubsidi, baik itu restoran, rumah makan, hotel, maupun usaha lainnya.
"Saya ingatkan para pelaku usaha yang masih menggunakan gas elpiji tiga kilogram, segera tukarkan dengan gas nonsubsidi, seperti Bright Gas atau di atasnya," tutup Edi.
Kepala Dinas Koperasi, Usaha Mikro, dan Perdagangan kota Pontianak, Haryadi S Triwibowo, menjelaskan operasi pasar ini bertujuan menstabilkan harga elpiji yang sempat naik. Dia mengatakan HET tertinggi LPG 3 kg ialah Rp 16.500 per tabung.
Sementara itu, antrian panjang warga membeli elpiji 3 kg hampir terlihat di semua pangkalan hingga tingkat pengecer. Bahkan warga tak menghiraukan jarak saat ikut antre dan tidak menggunakan masker. Dikhawatirkan kerumunan warga antre LPG 3 kg ini memicu klaster baru penularan COVID-19. Saat ini Kota Pontianak masih zona kuning.