Keterbatasan fasilitas tak menjadi penghambat anak-anak Rimba di Jambi dalam menimba ilmu. Anak-anak ini tetap belajar meski tanpa ada ruangan kelas, meja serta kursi seperti sekolah pada umumnya.
Salah satu lokasi yang dijadikan tempat mereka belajar adalah teras salah satu rumah di kawasan Bathin XIV, Kabupaten Batanghari, Jambi. Sekelompok anak-anak rimba Jambi mendapatkan pelajaran membaca dan menulis dari para relawan.
"Sudah 2 tahun ini mengajar. Pelajaran yang diajarkan adalah pelajaran mulai dari membaca dan menulis lalu berhitung 1 sampai 100," kata salah satu pengajar, Besiap Bungo, Minggu (19/7/2020).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Besiap sendiri merupakan orang Rimba yang telah mendapat pendidikan untuk baca-tulis oleh KKI Warsi. Dia mengaku menjadi pengajar bagi anak-anak Rimba di agar mereka tak buta huruf.
![]() |
"Saya mau melihat anak-anak rimba ini pintar, biar mereka bisa membaca maupun menulis tidak dibodohi lagi," ujar Besiap.
Selain itu, Besiap juga bercerita soal dirinya mengikuti pendidikan selama 4 tahun yang diberikan oleh KKI Warsi Jambi sebelum dinyatakan siap untuk mengajar anak-anaka rimba. Sejauh ini ada 4 orang rimba Jambi yang telah dilatih KKI Warsi Jambi untuk menjadi tenaga pengajar bagi anak-anak Rimba di Jambi.
"Kita dari Warsi memberikan bekal pada kader-kader kita dalam menimba ilmu. Mereka kita berikan pendidikan mulai dari membaca dan menulis serta berhitung, lalu ketika mereka telah dianggap telah paham maka kemudian mereka menyalurkan ilmu itu ke anak-anak rimba lainnya," kata staf komunikasi KKI Warsi Jambi, Sukmareni.
Reni mengatakan ada alasan anak-anak Rimba lebih memilih ikut kegiatan belajar mengajar di Desa Hajran, Kabupaten Batanghari, Jambi. Salah satunya, mereka tidak berani melakukan kegiatan sekolah formal.
Menurut kepercayaan kelompok anak Rimba di sana, sekolah formal dianggap tabu dan dapat melanggar adat nenek moyang mereka. Namun, setelah diberikan pemahaman akhirnya pada tahun ajaran 2020/2021 ada tiga anak di kelompok orang rimba itu yang mau mengikuti sekolah formal.
"Selama ini orang-orang rimba di sana masih belum mau sekolah formal. Hal itu dianggap tabu dan melanggar adat nenek moyang. Tapi seiring waktu tahun ini mereka sudah mulai mau sekolah. Ada tiga anak yang baru mau daftar sekolah formal. Tahun ini rencana perdana mereka akan sekolah formal. Hanya saja karena COVID sekolahnya belum mulai," ujar Reni.
Berdasarkan catatan Warsi Jambi, ada 49 anak rimba yang tercatat dalam mengikuti sekolah formal pada tahun ajaran baru 2020/2021. Mereka yang ikut sekolah formal itu berasal dari Sarolangun dan Tebo.
"Kalau sekarang yang untuk mengikuti sekolah formal ditahun ajaran sekarang bagi anak-anak Rimba Jambi sudah ada 49 anak. 41 orang anak daftar di SD dan 8 anak laginya daftar di jenjang SMP dan mereka-mereka yang daftar di sekolah formal itu berasal dari Sarolangun dan Tebo," ujar Reni.