Karena belum teruji keampuhannya, rencana Kementan untuk memproduksi massal kalung ini juga perlu dipertimbangkan kembali. Saleh menyoroti anggaran yang dibutuhkan dalam pengadaan kalung yang belum teruji tersebut.
"Dalam konteks ini, Kementan diminta untuk memperhitungkan segala aspek jika ingin melakukan produksi massal. Termasuk sumber anggaran dan mekanisme pendistribusiannya kepada masyarakat. Sebab, upaya memproduksi eucaplyptus secara massal tentu membutuhkan biaya yang tidak sedikit," katanya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sebelumnya, Kementerian Pertanian (Kementan) disebut bakal memproduksi kalung antivirus Corona dari tanaman eucalyptus atau astiri secara massal pada Agustus mendatang. Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo mengklaim dari hasil laboratorium, ada satu jenis eucalyptus yang efektif membunuh COVID-19.
"Ini sudah dicoba. Jadi ini bisa membunuh, kalau kontak 15 menit dia bisa membunuh 42 persen dari Corona. Kalau dia 30 menit maka dia bisa 80 persen," tutur Mentan Syahrul Yasin Limpo usai menemui Menteri PUPR Basuki Hadimuljono di kantor Kementerian PUPR, Jakarta, Jumat (3/7).
Eucalyptus memang digadang-gadang menjadi antivirus Corona. Di bulan Mei lalu, Kepala Balitbangtan Fadjry Djufry mengatakan telah mendapat formula untuk menangkal penularan COVID-19 dari tanaman eucalyptus karena bahan aktif dari tumbuhan tersebut diklaim bisa membunuh Mpro atau enzim dalam virus Corona.
(fas/azr)