Sejumlah anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Polewali Mandar (Polman) melakukan inspeksi mendadak (sidak) ke Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Polman. Sidak dilakukan setelah pihak DPRD mendengar laporan seorang pasien terhambat mendapat tindakan operasi melahirkan anaknya.
Hambatan tersebut terjadi karena pasien bernama Anni tersebut karena diketahui positif Corona. Pihak rumah sakit (RS) berdalih tidak memiliki fasilitas memadai, untuk melakukan operasi terhadap pasien terkonfirmasi Corona.
Pasien asal Desa Tammangalle, Kecamatan Balanipa, Kabupaten Polman tersebut sempat dirujuk ke Rumah Sakit Regional di Mamuju. Namun Anni terpaksa dipulangkan kembali atas permintaan pihak keluarga karena RS rujukan itu tak memiliki fasilitas memadai untuk pelayanan persalinan bagi pasien positif Corona.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sekembalinya di RSUD Polman, pasien langsung menjalani operasi caesar. Malang, nyawa bayi dalam kandungannya tidak tertolong.
Ketua DPRD Polman Jufri Mahmud yang memimpin sidak mengaku menyayangkan terjadinya peristiwa ini. Pihak RS diduga tidak memiliki strategi pelayanan terhadap pasien di masa pandemi Corona.
"Sangat disayangkan, karena tadinya bilang tidak sanggup operasi dan dirujuk, namun dikembalikan dan dilakukan operasi. Akhirnya apa yang tidak kita harapkan itu terjadi, bayi dalam kandungan meninggal dunia. Kami dari DPRD sangat menyayangkan, bagaimana strategi pelayanan rumah sakit terhadap pasien dalam masa pandemi," ujar Jufri kepada wartawan, saat berada di RSUD Polman, Kamis (25/6/2020).
Jufri menilai Satgas COVID-19 Kabupaten Polman kurang siap mengantisipasi masalah di RS terkait penanganan COVID-19.
"Kita ingin mengkritisi bagaimana Tim Gugus mengantisipasi masalah di rumah sakit untuk penanganan COVID, karena yang kami dengar belum pernah diajukan untuk membuat ruangan isolasi untuk ibu hamil yang akan operasi, berarti selama ini rumah sakit belum mengantisipasi apa yang akan terjadi," ungkapnya.
Sementara itu, Direktur RSUD Polman Andi Emy Purnama membantah pihaknya lalai melakukan penanganan sehingga pasien kehilangan bayi dalam kandungannya. Dia mengatakan pihaknya terkendala karena RSUD Polman belum memiliki kamar operasi khusus persalinan bagi pasien positif COVID-19.
"Kami dari RSUD Polewali belum memiliki kamar operasi khusus untuk penanganan COVID, jadi dokter spesialisnya menganjurkan untuk dirujuk saja, karena tidak ada kamar operasi, ada kamar operasi yang standar tapi non-COVID," kata Emy.
Dia mengaku telah berupaya merujuk pasien ke beberapa rumah sakit terdekat agar segera mendapat pelayanan namun tidak ada yang menerima. Pihak RSUD Polman lalu merujuk pasien ke RS Regional Sulbar di Mamuju, sebagai rumah sakit yang ditunjuk Pemerintah Pusat untuk menangani kasus COVID-19 di Sulbar.
"Yang perlu kita pahami bersama, untuk rujukan kasus maternal persalinan seperti ini, yang kasus COVID di Sulbar memang belum ada, di Sulawesi Selatan pun masih empat, itu yang kendala juga sehingga ketika kita mau rujuk sering full, itu kondisi kemarin kenapa kita dikatakan terlambat, tetapi kita sudah sesuai dengan alur yang seharusnya," ungkap Emy.
"Pada saat pasien tiba di Mamuju, ternyata rumah sakit juga belum siap untuk kamar operasinya, jadi pasien disuruh memilih untuk dioperasi di ruang yang seadanya, yang tidak standar, namun pasien menolak untuk dilakukan seperti itu dan meminta dipulangkan kembali ke Polewali " tambahnya.
Dia mengatakan, sesampainya di RSUD Polman, Tim langsung melakukan tindakan terhadap pasien. Dia mengatakan ada satu ruangan yang dikhususkan untuk melakukan operasi caesar.
"Setelah operasi dilakukan, kondisi pasien baik-baik saja, namun bayinya meninggal dunia," ujar Emy.