Solusi
Yayat memetakan masalahnya. Untuk sektor transportasi, kelas pekerja yang bermukim pada jarak 20-60 km akan menggunakan KRL untuk ke Jakarta.
Namun para pekerja yang punya rumah cukup jauh itu banyak yang hanya berangkat ke Jakarta pada Senin dan menghuni Jakarta sampai Jumat. Maka kepadatan di hari Senin cenderung lebih parah.
Stasiun Bogor padat oleh warga yang hendak berangkat kerja pada Senin (8/6) kemarin. Begitu pula, Stasiun Rangkasbitung dan Stasiun Bekasi, itu adalah stasiun tempat para pekerja mengakses transportasi ke Jakarta.
Di Bogor, headway (jarak antara bagian depan suatu kendaraan dan bagian depan kendaraan berikutnya pada suatu waktu) berkisar 5 menit saja, maka stasiun cenderung tidak terlalu padat. Ini juga dipengaruhi faktor pelataran Stasiun Bogor yang relatif luas.
Namun di Stasiun Rangkasbitung, pengguna KRL harus menunggu lebih lama lantaran headway lebih lama, yakni bisa sampai 30 menit. Di Bekasi, headway berkisar 10-15 menit.
Baca juga: Mengabaikan Syarat Kenormalan Baru |
Pekerja yang bermukim kurang dari 20 km akan menggunakan sepeda motor ke Jakarta. Pekerja yang bermukim di daerah-daerah tanpa akses angkutan umum akan ke Jakarta lewat jalan tol, sehingga jalan tol menjadi macet.
Apa solusi supaya warga tak harus berdesak-desakan di stasiun dan bermacet-macetan di jalan?
"Jam masuk kerja perlu diatur, jangan jam 8 pagi semua masuknya. Kantor harus menerapkan shift. Karyawan yang ber-KTP Bogor, Bekasi, atau Rangkasbitung perlu diperbolehkan masuk siang hari," kata Yayat.
![]() |