Kawasan Gelora Bung Karno (GBK) di Senayan, Jakarta ramai di minggu pertama masa pembatasan sosial berskala besar (PSBB) transisi. Pakar epidemiologi menilai ramainya GBK ini karena kurangnya antisipasi.
"Itu kan harusnya sudah diantisipasi, tapi ternyata tidak diantisipasi ini kelemahan teman-teman di pemda tuh gitu, kurang mengantisipasi kemungkinan," kata Pakar epidemiologi fakultas kesehatan masyarakat Universitas Indonesia (FKM UI) Pandu Riono, ketika dihubungi, Minggu (7/6/2020).
Pandu mengatakan kurangnya pengawasan terhadap keramaian di GBK kemarin. Dia pun menyoroti kinerja para aparat atau petugas setempat yang tidak preventif terhadap potensi keramaian.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Harusnya kan sudah sadar lah bahwa ini GBK gimana, jadi teman-teman dari pemda dan wali kota setempat itu nggak ada antisipasi, masa semuanya harus perintah, kasihan gubernurnya lah," ujarnya.
Pandu meminta agar momen ini dijadikan pembelajaran bagi pemprov setempat. Jangan sampai akibat pelonggaran ini malah terjadi peningkatan kasus yang signifikan.
"Saran saya ini pengalaman berharga, jadi perlu antisipasi dari pemda lokal atau pengelola GBK. Di masa transisi itu bukan masa pembebasan, masih masa pengetatan," tuturnya.
Kawasan Gelora Bung Karno (GBK) di Senayan, Jakarta, menjadi titik kumpul warga untuk berolahraga pada Minggu (7/6) pagi. Banyak warga yang berolahraga di kawasan GBK, baik di dekat Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK) maupun di sisi luarnya.
Diperkirakan jumlah pengunjung lebih dari 28 ribu orang. Mereka mengenakan masker, tapi karena banyak orang, jarak antarorang juga terkadang terpantau dekat satu sama lain.
Simak video 'Kata Warga Saat Bisa Olahraga Kembali di GBK':
(eva/lir)