Komang mengatakan 17 santri dan 2 santri asal Bonebone itu langsung dibawa ke Makassar untuk menjalani karantina di Swissbell Hotel Makassar.
"Jadi, 19 santri yang positif sudah tidak ada lagi di Luwu Utara dan keluarganya juga akan kita lakukan kontak tracing besok untuk memastikan apakah di Luwu Utara ini sudah masuk wilayah transmisi lokal atau tidak," terangnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Mengenai kasus positif di Luwu Utara, Komang mengatakan awalnya ada 73 santri dari Temboro yang dilaporkan Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan kepada Pemerintah Kabupaten Luwu Utara. Ke-73 santri ini, sebut dia, langsung melakukan pemeriksaan rapid test di Bandara Sultan Hasanuddin, Makassar.
"Hasil rapid test yang didapatkan waktu itu adalah satu kasus yang reaktif, sementara kasus lainnya non reaktif, sehingga pihak Bandara Sultan Hasanuddin dan Dinas Kesehatan Provinsi, merekomendasi santri non-reaktif ini pulang ke rumahnya masing-masing di Luwu Utara, sementara satu kasus reaktif diminta untuk karantina di Makassar," kata Komang Krisna.
Komang mengatakan pihaknya langsung bergerak cepat untuk melakukan pemeriksaan swab meskipun santri tersebut hasil rapid test-nya non-reaktif. Pemeriksaan PCR itu dilakukan di BBLK Makassar.
"Seandainya Pemda tinggal diam, kita biarkan, kita tidak respons, dan kita tidak periksa, pasti akan sangat berbahaya bagi masyarakat Luwu Utara sendiri, dan kita tidak mau melakukan itu," imbuhnya.
Dia menjelaskan pihaknya akan melakukan pemeriksaan tahap ketiga dengan jumlah sampel 48 orang. Termasuk 20 sampel dari kasus positif pertama di Palopo yang ada di RSUD Sawerigading.
"Untuk kasus positif di Palopo, kita sudah lakukan contact tracing dan hasilnya ada 20 orang yang kontak erat," ungkapnya.
Sebagai informasi, sebaran 17 santri yang dinyatakan positif Corona ini adalah 7 orang Masamba, 5 orang Baebunta, 1 orang Baebunta Selatan, dan 4 orang Sukamaju.
(knv/knv)