Sebelumnya, Ikatan Dokter Indonesia (IDI) mengungkap jumlah kematian terkait virus Corona (COVID-19) di Indonesia lebih dari 1.000 orang. Jumlah itu terdiri dari jumlah kasus positif ditambah pasien dalam pengawasan (PDP) yang meninggal dunia di rumah sakit.
IDI mengungkapkan ada beberapa pasien PDP dinyatakan positif setelah meninggal. Oleh karena itu, IDI menegaskan angka kematian yang disebut mencapai 1.000 orang itu merupakan akumulasi dari kasus positif dan PDP Corona.
"Dari angka positif COVID yang meninggal dan PDP COVID yang meninggal di RS yang merawat atau barangkali ada juga yang di luar di rumah sakit tapi sudah dilaporkan sebagai PDP itu kalau ditotal-total ya memang angkanya di atas angka yang disebutkan," ujar Humas PB IDI Halik Malik saat dihubungi, Sabtu (18/4).
Sementara itu, juru bicara pemerintah untuk penanganan Corona, Achmad Yurianto, menegaskan setiap data yang dipublikasi oleh pemerintah setiap harinya adalah data pasien yang benar-benar terkonfirmasi positif. Data yang disampaikan pemerintah itu bukan data gabungan PDP dan positif, melainkan hanya pasien terkonfirmasi positif Corona saja.
"Dia (IDI) dapat data dari mana? Kalau data dari saya kan jumlah konfirmasi positif, apakah semua orang yang meninggal harus COVID? Kalau nggak COVID nggak boleh meninggal? Nggak, kalau di saya itu data yang konfirmasi COVID saja, kalau data yang bukan COVID juga ada datanya, tapi yang saya umumkan cuma data COVID," ujar Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Corona, dr Achmad Yurianto, saat dihubungi, Minggu (19/4).
"Kalau semua kematian dijumlahkan ke konfirmasi positif, pasti angkanya tinggi," imbuh Yuri.
Yuri menegaskan dirinya juga memiliki data kematian untuk pasien dalam pengawasan (PDP) dan juga orang dalam pemantauan (ODP). Data yang disampaikan setiap harinya ini juga merupakan data laporan ke World Health Organization (WHO).
"Ada (data). Yang saya umumkan itu sama dengan apa yang saya laporkan ke WHO," tegasnya.
(aik/aik)