Merebaknya virus Corona atau COVID-19 di Sumatera Utara (Sumut) turut berdampak terhadap kehidupan para petani. Mereka harus berjuang demi melawan sengsara sembari berusaha menjaga kedaulatan pangan di tengah pandemi corona.
Salah satu petani di Percut Sei Tuan, Deli Serdang, Devina, bercerita tentang pendapatan dirinya dan ibu-ibu sesama anggota Kelompok Tani Srikandi berkurang hingga 50 persen sejak corona merebak. Penyebabnya, kata Devina, permintaan terhadap hasil tani, terutama sayuran, menurun sejak corona merebak.
"Hasil jual petani berkurang, karena kan minat masyarakat, daya belinya menurun. Jadi banyak lah, yang istilahnya sudah siap dipanen kita tunda. Kayak kami kan ada yang padi, kalau padi waktu panen ya tetap panen. Kalau sayuran yang sudah siap panen, siap jual terakhir karena barang di pasar itu pun istilahnya berkurang yang beli jadi panen istilahnya sekali panen ini dibagi bertahap," ucap Devina, Jumat (17/4/2020).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dia mengatakan kondisi tersebut berdampak bagi pendapatan petani. Selain itu, kata dia, tak jarang sayuran yang sudah dipanen mulai membusuk dan membuat petani merugi.
"Hampir 50 persen, maupun kadang lebih. Kan misalnya ada barang nggak laku kita jual busuk dia kan. Jadi ya berdampak juga dari hasil pertanian dari sayuran itu kan kalau sudah siap panen nggak bisa bertahan lama. Bisanya satu hari ya kan, jadi kalau nggak habis ya rugi petani. Sudah harga turun, yang beli berkurang, diturunkan harganya pun nggak itu juga petani. Karena banyak masyarakat yang udah istilahnya diberhentikan kerjanya," tuturnya.
Devina mengatakan dirinya bersama rekan-rekan petani lain di kelompoknya turun langsung menjual hasil panen ke warga secara eceran. Hal itu dilakukan agar sayuran yang sudah dipanen tidak membusuk karena tak ada pembeli yang datang mengambil hasil tani mereka.
"Kayak kami biasa ada yang datang gitu kan, ya terpaksalah turun ke lapangan. Istilah kita jual sendiri lah ke lapangan, kita ecer lah supaya barang jangan rusak," ucap Devina.
Bertepatan dengan hari Perjuangan Petani Internasional yang jatuh 17 April, Devina berharap pemerintah membantu kehidupan para petani yang terdampak penyebaran virus Corona. Dia berharap masalah virus corona segera selesai.
"Harapan kami lah istilahnya petani ini di zaman ini COVID-19 ini mengharapkan, apalagi pas hari Perjuangan Petani Internasional ya. Diharapkan ya pemerintah itu betul mau menjalankan kedaulatan pangan biar rakyat terutama petani ikut berdaulat," tuturnya.
Terdampak Corona, Janda Miskin di Polman Dapat Sembako:
Petani lainnya, Rohani, mengatakan kehidupan dirinya dan petani lain di Desa Mekar Sari, Mekar Jaya, Langkat, makin sengsara semenjak corona. Rohani mengatakan cabai yang mereka tanam kini sama sekali tak ada yang membeli.
"Tanaman pun pada nggak laku. Dampaknya sangat besar, mau untuk makan aja pun susah. Panen cabai sampai merah, nggak laku. Kan saya tanam cabai kecil, cabai rawit, karena dimana-mana nggak laku sampai merah, mau dijual pun nggak bisa dijual. Kayak mana coba?" ucap Rohani.
Dia juga mengatakan belum ada bantuan dari pemerintah yang diterima dirinya untuk mengurangi dampak ekonomi akibat corona. Kehidupannya pun terasa makin sengsara semenjak corona merebak.
"Tanaman yang ditanam entah dimana mau jualnya. Pembeli pun bagaimana, orang pada nggak punya duit. Kerjaan juga di sini apa? Orang pada bertani. Bertani di sini nggak laku, mau dijual ke mana. Jadi kami ini mau makan apa?" ucapnya.
"Kalau saya sendiri nanam cabai setiap sebelum corona kadang ngutip 20 Kg, 30 Kg, cukup untuk makan. Sekarang ini sampai merah itu nggak terkutip, mau makan apa? Nggak ada yang beli jadi susah, anak sekolah bayar tetap," sambung Rohani.
Dia juga merasa bantuan yang diberikan pemerintah selama ini, seperti Program Keluarga Harapan (PKH), kurang tepat sasaran. Dia berharap pemerintah benar-benar memperhatikan kehidupan petani di kampungnya.
"Yang saya lihat, yang dapat PKH itu rumahnya mewah, makan berlebih, yang cukup semua. Sementara kami, yang nggak ada apa-apa, rumah masih numpang, tanah perjuangan kami digusur, nanam pun numpang-numpang. Kami nggak dapat apa-apa," tuturnya.
Rohani menduga pemerintah tidak tahu kondisi petani yang harus berjuang melawan sengsara di tengah corona. Dia berharap bantuan yang diberikan pemerintah untuk mengurangi dampak corona bisa tepat sasaran.
"Mungkin pemerintah itu nggak tahu yang di bawah-bawah ini kayak mana, tapi kami sengsara gara-gara ada corona ini. Ibaratnya dulu makan bisa kenyang, sekarang nggak bisa kenyang karena harus untuk besok lagi. Itupun kalau bisa makan," ucap Rohani.